Show simple item record

dc.contributor.advisorLubis, Djuara P.
dc.contributor.advisorKinseng, Rilus A.
dc.contributor.advisorBakti, Andi M. Faisal
dc.contributor.authorBurhan, Ahmad Badari
dc.date.accessioned2023-08-14T01:01:35Z
dc.date.available2023-08-14T01:01:35Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123819
dc.description.abstractKomunikasi pembangunan memainkan peran strategis dalam transformasi pertanian padat input ke padat pengetahuan, disertai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) digital bisa menjadi multiplier untuk menghubungkan orang dan tempat, meningkatkan rantai pasokan dan kolaborasi sehingga pertanian menjadi lebih berjejaring dan pemanfaatan sumber daya menjadi lebih efisien. Di antara aplikasi/platform TIK digital adalah aplikasi pertanian berbasis ponsel pintar Android, grup Facebook (FB), grup WhatsApp (WAG), Internet/Website, dan saluran YouTube dan memiliki kapabilitas untuk menciptakan komunitas praktik virtual (VCoP). Namun, pemanfaataan TIK digital oleh inidividu bisa berbeda karena faktor-faktor yang memengaruhinya, oleh karena itu penelitian ini merumuskan masalah tentang “bagaimana pemanfaatan TIK digital untuk pengembangan kapasitas petani?” Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis ragam pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital di kalangan petani sebagai platform komunikasi pembangunan; (2) Menilai hubungan karakteristik individu petani pengguna TIK digital dengan pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital; (3) Menilai relasi sosial pada lingkungan komunitas praktik virtual di kalangan petani pengguna TIK digital; (4) Menilai pemanfaatan TIK digital untuk mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas petani, dan; (5) Merancang model pemanfaatan TIK digital untuk pengembangan kapasitas petani. Penelitian ini menggunakan desain explanatory sequential mixed methods yang memadukan metode survei pada pendekatan kuantitatif disertai wawancara dan observasi partisipatif online pada beberapa aplikasi pertanian Android dan WAG kelompok tani untuk memahami perilaku pemanfaatan TIK digital di kalangan petani. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage cluster random sampling. Sebanyak 529 petani pengguna ponsel pintar Android berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri atas 221 petani berasal dari wilayah Kabupaten Brebes, 150 petani berasal dari wilayah Kabupaten Boyolali, 158 petani berasal dari wilayah Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Analisis statistik deskriptif kuantitatif dan uji korelasi Gamma untuk menilai hubungan antarvariabel. Selanjutnya, PLS-SEM digunakan untuk menilai kesesuaian model luar (pengukuran) dan model dalam (struktural). Partial Least Square (PLS) adalah Structural Equation Modeling (SEM) berbasis komponen atau berbasis varian dan bertujuan untuk menilai kerangka teoritis dari perspektif model prediktif. Penelitian ini berlandaskan pada kerangka pemikiran bahwa pemanfaatan aplikasi/platform TIK sebagai platform komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk memfasilitasi mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas petani dimotivasi oleh faktor-faktor individual dan relasional. Di antara faktor-faktor individual yang dianalisis adalah karakteristik demografi, sosial, ekonomi, dan orientasi budaya petani. Faktor individual lainnya adalah keterampilan digital, efikasi-diri untuk berbagai pengetahuan atau knowledge sharing self-efficacy (KSSE), dan resepsi aktif petani atas inisiatif komunikasi pembangunan. Faktor relasional yang dianalisis adalah modal sosial dan relasi kuasa sosial yang terjadi pada lingkungan VCoP di kalangan petani. Sebagian besar responden adalah petani kecil dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar dan memiliki penghasilan usaha tani kurang dari Rp1.000.000 per bulan. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor individual, antara lain usia, pendidikan, pendapatan usaha tani, kepemilikan PC atau laptop (di samping ponsel pintar), ketersediaan anggaran kuota Internet, dan orientasi budaya berkorelasi signifikan dengan pemanfaatan aplikasi TIK digital tertentu. Sebagian petani memiliki keterampilan digital rendah, padahal semua jenis keterampilan digital berkorelasi sangat signifikan dan positif dengan intensitas pemanfaatan semua aplikasi TIK digital. Selain itu, temuan penelitian ini juga mengindikasikan pentingnya faktor psikologi dan kognitif sosial dalam pemanfaatan aplikasi TIK digital, yaitu efikasi-diri untuk berbagi pengetahuan. Perbedaan pada karakteristik individu petani menyebabkan ketidaksetaraan digital dan sekaligus mengindikasikan preferensi petani terhadap pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital tertentu sesuai dengan karakteristiknya. Pemanfaatan aplikasi TIK digital mengembangkan atau menguatkan modal sosial dan relasi kuasa sosial. Modal sosial yang dikonstruksi dari hubunganhubungan sosial pada lingkungan virtual komunitas petani sebagian besar berada pada tingkat moderat hingga tinggi. Relasi kuasa sosial mengacu pada basis kuasa sosial, pemberdayaan, dan kemitraan pada tingkat moderat hingga tinggi. Disparitas pada relasi sosial ini memberikan kontribusi ketidaksetaraan pada perilaku berbagi pengetahuan di kalangan petani. Selanjutnya, pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital juga memfasilitasi mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas di kalangan petani. Sebagian besar petani mempraktikkan prinsip-prinsip mode komunikasi dialogis pada tingkat moderat sampai tinggi, kecuali interaktivitas pada tingkat mendekati moderat, intensitas berbagi pengetahuan juga sebagian besar tergolong rendah hingga moderat, dan menghasilkan disparitas dalam pengembangan kapasitas petani dengan persentase substantial pada tingkat rendah hingga tinggi, meskipun lebih dari 50 persen petani memersepsi pengembangan kapasitas pada tingkat moderat. Model pemanfaatan TIK digital untuk pengembangan kapasitas memberikan landasan untuk memahami fenomena ketidaksetaraan digital di kalangan petani. Akhirnya, penelitian ini menyimpulan adanya ketidaksetaraan di kalangan petani dalam pemanfaatan TIK digital sebagai platform komunikasi pembangunan untuk mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas disebabkan adanya disparitas pada faktor-faktor individual dan relasional di kalangan petani. Upaya yang disarankan untuk individu petani, pengurus kelompok tani, penyuluh pertanian lapangan (PPL), pengembang aplikasi, admin grup Facebook dan WAG kelompok tani, dan pengambil kebijakan untuk meningkatkan kapasitas petani adalah mendorong individu petani lebih aktif dalam memanfaatkan TIK digital untuk mempraktikkan mode komunikasi dialogis dan meningkatkan perilaku berbagi pengetahuan pada lingkungan VCoP, melibatkan mereka secara lebih efisien dan efektif dengan memperhatikan karakteristik dan kerentanan petani kecil, serta konteks spesifik dan lokalitas.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Digital untuk Pengembangan Kapasitas Petaniid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordcapacity developmentid
dc.subject.keyworddialogic modes of communicationid
dc.subject.keyworddigital inequalityid
dc.subject.keywordfarmersid
dc.subject.keywordindividual factorsid
dc.subject.keywordknowledge sharingid
dc.subject.keywordrelational factorsid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record