Show simple item record

dc.contributor.advisorMaharijaya, Awang
dc.contributor.advisorPurwito, Agus
dc.contributor.advisorSobir
dc.contributor.authorMaulidha, Aditya Resty
dc.date.accessioned2023-08-12T01:35:04Z
dc.date.available2023-08-12T01:35:04Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123784
dc.description.abstractBawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang paling sering dimanfaatkan sebagai bahan atau bumbu masakan. Umbi bawang merah juga digunakan sebagai zat pengatur tumbuh tanaman karena adanya kandungan auksin di dalamnya. Kendala utama dalam proses budidaya bawang merah adalah serangan penyakit layu fusarium yang disebabkan cendawan Fusarium oxysporum. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat meningkatkan keragaman bawang merah yang tahan penyakit layu fusarium melalui persilangan dan dapat dilanjutkan pengujian pada generasi berikutnya. Genotipe bawang merah yang digunakan varietas Batu Ijo, Biru Lancor, Bima Brebes, Katumi, Kuning, dan Maja Cipanas. Hasil penelitian konfirmasi ketahanan menujukkan bahwa varietas Batu Ijo merupakan varietas yang paling tahan terhadap layu fusarium diantara yang lain dengan nilai kejadian penyakit sebesar 19,4%. Sedangkan varietas Bima Brebes merupakan varietas paling rentan terhadap layu fusarium karena memiliki kejadian penyakit tertinggi sebesar 86,1%. Hasil analisis gerombol pada enam varietas bawang merah terbaagi menjadi kelompok I (pertama) terdapat varietas Batu Ijo, Katumi, dan Biru Lancor. Sedangkan pada kelompok II (kedua) terdapat varietas Kuning, Maja Cipanas, dan Bima Brebes. Percobaan kedua adalah melakukan persilangan terhadap genotipe bawang merah tahan x rentan terhadap layu fusarium. Enam genotipe yang diuji, hanya Batu Ijo dan Katumi yang tidak dapat menghasilkan bunga. Sehingga Biru Lancor dijadikan sebagai tetua tahan untuk disilangkan dengan tiga genotipe lainnya, yaitu Bima Brebes, Kuning, dan Maja Cipanas. Hasil kombinasi tiga persilangan, didapatkan hasil rata-rata hasil bobot TSS dan daya kecambah selfing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil persilangannya. Hasil selfing yang lebih tinggi dibandingkan hasil persilangan, umumnya disebut dengan self-compatibility. Selanjutnya untuk menguji ketahanan terhadap individu hasil persilangan, dilakukan inokulasi cendawan pada satu populasi persilangan ♀ Bima Brebes x ♂ Biru Lancor. Hasil persilangan tersebut didapatkan hasil bahwa 17 dari 30 individu yang diuji menunjukkan gejala layu fusarium hingga 8 MSI. Pada analisis molekuler yang dilakukan pada 32 sampel DNA didapatkan hasil bahwa penggunaan 8 primer ISSR menunjukkan persentase polimorfik sebesar 94,6%. Hasil pengelompokkan berdasarkan metode UPGMA dengan analisis faktorial PCoA, diketahui bahwa individu hasil persilangan yang tahan terhadap layu fusarium memiliki kemiripan dengan tetua jantan Biru Lancor (tahan fusarium). Sehingga dapat diketahui, bahwa pada hasil persilangan generasi pertama, tetua jantan memiliki peran untuk mewariskan karakter ketahanan terhadap penyakit.id
dc.description.sponsorshipLembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Ketahanan terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Beberapa Genotipe Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) dan Hasil Persilangannyaid
dc.title.alternativeAnalysis of Resistance to Fusarium Wilt Disease in Several Genotypes of Shallot (Allium cepa var. aggregatum) and Their Crossbreedsid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordcompatibilityid
dc.subject.keywordcrossingid
dc.subject.keywordfloweringid
dc.subject.keywordtransmissionid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record