Penyediaan Pakan Berbasis Rumput Gajah dan Indigofera zollingeriana pada Sistem Penanaman Campuran
View/ Open
Date
2023-07Author
Ernawati, Azib
Abdullah, Luki
Permana, Idat Galih
Karti, Panca Dewi Manu Hara
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan usaha ternak ruminansia di Indonesia perlu didukung oleh ketersediaan pakan sepanjang tahun. Strategi pemanfaatan hijauan lokal berkualitas dan pemanfaatan lahan secara optimal diperlukan dengan pengembangan sistem penanaman campuran antara rumput dan leguminosa berkualitas tinggi. Kombinasi penanaman indigofera dengan rumput gajah cultivar Pakchong dan cultivar Taiwan diharapkan mampu mempertahankan kesuburan tanah, dan meminimumkan kompetisi sehingga diperoleh biomassa nutrien yang tinggi per satuan luas. Namun ketersediaan hijauan tersebut menurun saat musim kemarau dapat mempengaruhi produktivitas ternak sehingga diperlukan upaya pemanfaatan hijauan di musim hujan dengan cara pengawetan secara fermentasi anaerob (silase). Kajian tentang kombinasi Indigofera zollingeriana sebagai bahan konsentrat hijau sumber protein dengan rumput gajah cv Taiwan dan cv Pakchong sebagai sumber energi, merupakan langkah strategis untuk mendapatkan informasi dan metode yang tepat dalam menghasilkan silase berkualitas tinggi, sehingga kekurangan pakan di musim kemarau dapat dihindari. Kajian komprehensif dengan mengkombinasikan indigofera sebagai hijauan sumber protein dengan rumput gajah varietas unggul sebagai hijauan sumber energi mulai dari penanaman yang tepat, kemudian diproses secara fermentasi anaerob perlu dilakukan untuk menghasilkan produk silase berkualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak sepanjang tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode penanaman terbaik antara indigofera dan rumput gajah yang menghasilkan biomassa nutrien dan kualitas silase terbaik yang akan direkomendasikan untuk penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia. Penelitian dilaksanakan melalui 2 bagian: penelitian bagian pertama bertujuan untuk mendapatkan hijauan dengan biomassa nutrien terbaik menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 3 faktor (2 x 2 x 2) dan 4 ulangan. Faktor pertama adalah varietas rumput gajah (Pakchong, dan Taiwan). Faktor kedua adalah pola penanaman (campuran dengan indigofera, dan monokultur), faktor ketiga adalah umur pemanenan (50 hari, dan 60 hari). Data kemudian dianalisis menggunakan analisis varian dan uji BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara varietas, pola tanam, dan umur panen. Penanaman campuran dua varietas rumput gajah dengan indigofera yang dipanen pada umur 60 hari menghasilkan produksi segar, produksi kering, BK, ADF, NDF, dan kapasitas tampung tertinggi (p<0,05). Kandungan protein kasar tertinggi dihasilkan dari kedua varietas yang ditanam campuran dengan indigofera dan dipanen pada umur 50 hari. Namun, biomassa BK, abu, NDF dan ADF tidak dipengaruhi oleh interaksi antara varietas rumput gajah, pola tanam, dan umur panen (p>0,05). Biomassa protein tertinggi dihasilkan dari varietas Pakchong yang ditanam campuran dengan indigofera (p<0,05). Selanjutnya, tinggi tanaman memiliki hubungan yang kuat dalam menduga produksi kering rumpun rumput gajah mengikuti persamaan Y= 0,0034X-0,2471 dengan nilai korelasi 0,57. Jumlah anakan, diameter batang, lebar daun, jumlah daun, dan panjang daun memiliki hubungan yang lemah dalam menduga produksi kering rumpun.
Penelitian bagian kedua bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik antara indigofera dan rumput gajah sehingga menghasilkan silase yang berkualitas baik untuk ternak ruminansia. Bagian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (2x2x2) dengan 5 ulangan. Faktor pertama merupakan jenis rumput gajah terdiri dari Taiwan (T) dan Pakchong (P), faktor kedua merupakan bentuk indigofera yang ditambahkan terdiri dalam bentuk segar (IS) dan tepung (IT), dan faktor ketiga merupakan komposisi indigofera yang terdiri dari 10% (10) dan 20% (20). Data kemudian dianalisis menggunakan analisis varian dan uji BNJ. Hasil penelitian bagian 2 menunjukkan bahwa penambahan indigofera dalam bentuk tepung berpengaruh nyata (p<0,05) dalam memperbaiki kualitas fisik, dan kimia silase. Namun penambahan indigofera hingga 20% menghasilkan degradasi nutrien yang lebih tinggi, terutama protein kasar dibandingkan dengan penambahan 10%. Selain itu, karakteristik fermentasi silase menunjukkan hasil yang tidak konsisten pada perlakuan, dengan nilai fleigh tertinggi dihasilkan pada silase pakchong dengan penambahan indigofera 10%. Meskipun demikian, hasil uji karakteristik fermentasi dan kecernaan rumen secara in vitro menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rentang nilai yang ideal untuk pertumbuhan mikroba rumen. Hal tersebut menunjukkan bahwa silase rumput gajah dengan penambahan indigofera 10% dapat digunakan sebagai silase ransum komplit untuk memenuhi kebutuhan ternak domba.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Biomassa nutrien rumput gajah dan indigofera berfluktuasi pada setiap kali pemanenan. Penanaman rumput gajah secara campuran dan dipanen pada umur 60 hari menghasilkan biomassa hijauan kering, biomassa nutrien dan kapasitas tampung yang tinggi dibandingkan penanaman dua varietas rumput gajah dengan sistem campuran dengan indigofera dan dipanen pada umur 50 hari. Namun, total biomassa hijauan kering tahunan tertinggi dihasilkan dari tanaman Pakchong yang dipanen pada umur 60 hari. 2. Produksi kering rumpun memiliki hubungan yang kuat dengan tinggi tanaman, namun memiliki korelasi yang rendah dengan jumlah anakan, diameter batang, lebar daun, panjang daun, dan jumlah daun. 3. Penambahan indigofera 10% pada silase Pakchong menghasilkan silase dengan kualitas dan kecernaan paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai silase ransum komplit berbasis rumput gajah dan indigofera untuk memenuhi kebutuhan ternak ruminansia.
Collections
- DT - Animal Science [343]