Sexing Spermatozoa Y pada Kucing Domestik (Felis catus) Menggunakan Ligan Gen TLR7/8 dengan Penambahan Antioksidan
View/ Open
Date
2023-08-11Author
Mardatillah, Karisma
Boediono, Arief
Prasetyaningtyas, Wahono Esthi
Metadata
Show full item recordAbstract
Metode sexing spermatozoa yang pernah dilakukan sebelumnya tidak memiliki keberhasilan yang signifikan dan menimbulkan penurunan tingkat fertilitas. Penemuan metode sexing spermatozoa terbaru adalah pengikatan gen TLR7/8 pada kromosom X menggunakan resiquimod (R848) berhasil mendapatkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Tingkat kualiatas spermatozoa hasil sexing perlu ditingkatkan agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu ditambahakan bahan untuk meningkatkan kualitas spermatozoa, yaitu melatonin sebagai bahan target. Eksplorasi bahan-bahan ini perlu dilakukan terutama untuk penyelamatan satwa langka. Penggunaan hewan langka dalam penelitian sangat dibatasi karena populasinya yang semakin turun. Oleh karena itu, kucing domestik (Felis catus) dipilih menjadi hewan model karena karakteristik yang mirip dengan satwa langka keluarga Felidae. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menguji efektivitas sexing spermatozoa Y menggunakan ligan gen TLR 7/8 dan menganalisis melatonin sebagai bahan peningkat kualitas spermatozoa sexing pada kucing domestik (Felis catus).
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu 1) Eksplorasi dosis resiquimod; 2) Penambahan bahan peningkat kualitas spermatozoa; 3) Verifikasi hasil sexing dengan melihat nilai relatif ekspresi gen SRY pada spermatozoa hasil sexing; dan 4) Produksi embrio in vitro. Penelitian tahap pertama terdiri dari beberapa kelompok dosis resiquimod yaitu: 0 µM, 3 µM, 0,3 µM, 0,03 µM, dan 0,003 µM. Pada tahap kedua, kelompok penelitian terdiri atas: 1) K0 (kontrol: kelompok tanpa resiquimod dan bahan lain; 2) KR (kontrol negatif: kelompok dengan resiquimod dosis terbaik); 3) KC : (kontrol positif: kelompok dengan resiquimod dosis terbaik + creatine monohydrate 500 mM); 4) KM0,5 (kelompok dengan resiquimod dosis terbaik + melatonin 0,5 mM); 5) KM1 (kelompok dengan resiquimod dosis terbaik + melatonin 1 mM; dan 6) KM1,5 (kelompok dengan resiquimod dosis terbaik + melatonin 1,5 mM).
Hasil penelitian menunjukkan penurunan persentase jumlah sperma swim up secara signifikan terjadi mulai dosis 0,03 µM yang berbeda nyata dengan kelompok dosis 0 µM dan 0,003 µM (p<0,05). Kelompok dosis 3 µM memiliki persentase spermatozoa swim up paling rendah dan berbeda nyata dengan kelompok yang lain (p<0,05). Persentase motilitas spermatozoa, persentase spermatozoa viabel, dan persentase spermatozoa normal tidak menunjukkan perbedaan nyata pada semua kelompok dosis resiquimod. Persentase spermatozoa jumlah swim up pada kelompok KR berbeda nyata dengan kelompok kontrol (K0) (p<0,05). Setelah pemberian creatine monohydrate (KC) terjadi peningkatan yang signifikan dan tidak berbeda nyata dengan kontrol (p<0,05). Dosis melatonin 0,5 mM tidak memberikan efek yang signifikan terhadap persentase spermatozoa jumlah swim up, sedangkan pada dosis 1 mM dan 1,5 mM menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan kelompok KR dan sama dengan kontrol (p<0,05). Persentase motilitas spermatozoa, persentase spermatozoa viabel, persentase spermatozoa normal, dan persentase DNA spermatozoa yang tidak terfragmentasi tidak menunjukkan perbedaan nyata pada semua kelompok (p<0,05).
Pada tahap verifikasi hasil sexing, kelompok KC dan KM1 memiliki spermatozoa Y yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa spermatozoa Y naik ke lapisan atas melawan gravitasi dan berpisah dengan spermatozoa X yang berada di lapisan bawah. Tingkat fertilitas dan perkembangan embrio hasil sperma sexing tidak menunjukkan perbedaan nyata jika dibandingkan dengan embrio normal. Hal ini menunjukkan bahwa spermatozoa hasil sexing tidak menimbulkan toksisitas pada perkembangan embrio.
Penurunan motilitas pada spermatozoa X ini dikarenakan terhambatnya aktivitas produksi adenosine triphosphate (ATP) dan fungsi mitokondria. Mekanisme penurunan motilitas pada spermatozoa X dimulai dengan ikatan resiquimod dengan TLR7/8 yang ada pada membran sel. Ikatan ini menghambat aktivitas tumor necrosis factor receptor associated factor 6 (TRAF6) melalui phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K) dan nuclear factor kappa light chain enhancer of activated B cells (NFκB). Hambatan ini menyebabkan penurunan aktivitas hexokinase sehingga menurunkan level glukosa yang akan diubah menjadi ATP. Turunnya ATP ini yang menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa X. Melatonin mampu meningkatkan kualitas spermatozoa dengan berikatan pada reseptor melatonin receptor 1 (MT1) pada spermatozoa, sehingga mampu meningkatkan superoxide dismutase (SOD) yang berpengaruh dan berkorelasi positif dengan motilitas spermatozoa.
Penelitian ini dapat disimpulakan bahwa sexing spermatozoa Y menggunakan resiquimod yang berikatan dengan ligan TLR7/8, pada kucing domestik terbukti berhasil berdasarkan nilai relatif ekspresi gen SRY pada spermatozoa di lapisan atas. Selain itu, melatonin terbukti dapat digunakan sebagai bahan peningkat kualitas spermatozoa hasil sexing.
Collections
- MT - Veterinary Science [900]