Show simple item record

dc.contributor.advisorSunkar, Arzyana
dc.contributor.advisorSunarminto, Tutut
dc.contributor.authorHidayat, Fahmi
dc.date.accessioned2023-08-10T13:29:06Z
dc.date.available2023-08-10T13:29:06Z
dc.date.issued2023-08-09
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123618
dc.description.abstractTenun merupakan produk budaya yang mewakili budaya masyarakat pendukungnya. Sangat penting untuk menjaga kelestarian bahan baku pewarna tenun. Sayangnya, pewarna sintetis menjadi pilihan utama masyarakat Lombok. Dikhawatirkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijak dapat hilang, dan beberapa jenis tumbuhan pewarna di alam dapat punah. Penggunaan pewarna sintetis akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan masyarakat pada tumbuhan penghasil bahan baku pewarna di alam. Selain menjadi salah satu sentra produsen tenun di Indonesia, Pulau Lombok juga terkenal akan keindahan alamnya yang ditunjukkan dengan data kunjungan wisatawan yang meningkat. Hal tersebut dapat memberikan peluang besar untuk mengangkat tenun sebagai obyek wisata dan meningkatkan perekonomian lokal. Untuk menjawab peluang besar yang ada di Pulau Lombok, sekiranya perlu ada variasi atraksi yang lebih banyak agar bisa menarik minat lebih banyak wisatawan. Dengan memiliki beragam atraksi wisata, destinasi tersebut dapat menarik minat lebih banyak jenis wisatawan. Dengan adanya variasi atraksi, destinasi tidak hanya fokus pada satu aspek saja. Dengan demikian, ada kesempatan untuk memperkenalkan dan melestarikan berbagai aspek budaya dan lingkungan yang mungkin tidak akan mendapatkan perhatian jika hanya ada satu jenis atraksi utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan bahan baku pewarna alam untuk tenun dan menganalisis ketertarikan wisatawan tehadap ekowisata tenun di Pulau Lombok. Penelitian ini dilakukan di desa-desa yang menjadi sentra tenun masing-masing kabupaten di Pulau Lombok. selama Juli sampai Agustus 2022. Metode yang digunakan untuk melihat ketersediaan bahan baku pewarna alam tenun adalah dengan observasi lapangan menggunakan metode garis berpetak, selanjutnya dianalisis karakteristik vegetasi jenis yang dimanfaatkan. Aktivitas harian menenun diambil menggunakan pengamatan dan pencatatan langsung. Permintaan wisatawan diukur dengan menggunakan kuisioner tertutup kepada 270 orang pengunjung terkait persepsi, motivasi dan preferensi terhadap ekowisata tenun di Pulau Lombok. Hasil penelitian menunjukkan jenis-jenis tumbuhan pewarna yang dimanfaatkan sebagai bahan baku tenun di Pulau Lombok adalah Indigofera tinctoria, Swietenia mahagoni, Tectona grandis, Tamarindus indica dan Mangifera indica. Sebanyak 27% masyarakat mendapat bahan baku pewarna dari lingkungan sekitar tempat tinggal. Kemudahan masyarakat mendapatkan bahan baku pewarna berpotensi pada semakin besar intensitas pemanfaatan tumbuhan pewarna tersebut. Analisis vegetasi tingkat pohon menunjukkan INP tertinggi pada jenis mahoni (Swietenia mahagoni) sebanyak 64,14%. Pada tingkat semai, jenis Tarum (Indigofera tinctoria) Jati (Tectona grandis) dan asam (Tamarindus indica) memiliki frekuensi relatif yang tinggi. Jenis mahoni dan Tarum (Indigofera tinctoria) merupakan jenis yang banyak dimanfaatkan masyarakat. Sebanyak 76,7% masyarakat memanfaatkan bahan baku pewarna tenun dengan cara-cara yang berkelanjutan dan sebanyak 53,3% dari masyarakat sudah melakukan budidaya terhadap jenis pewarna. Aktivitas harian menenun terbagi menjadi proses pengunduhan bahan baku pewarna alam tenun, proses pengolahan pewarna alam tenun, proses pewarnaan dan proses menenun. Aktivitas harian menenun dengan presentase waktu paling lama yaitu aktivitas menenun (nyesek) yang bisa dijumpai dari pukul 07.00 - 17.00 WITA, sedangkan untuk aktivitas pengunduhan bahan baku pewarna alam memiliki persentase waktu yang sedikit yang dikarenakan aktivitas pengunduhan bahan baku pewarna alam hanya ditemukan pada pagi hari dan pada saat ketersediaan bahan baku menipis sehingga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan pengrajin tenun. Rata-rata motivasi kunjungan wisatawan aktual dan potensial ke Pulau Lombok adalah menikmati eksotisme pesisir, selain itu wisatawan aktual dan potensial menyukai Sejarah, budaya dan seni di Pulau Lombok. Untuk program utama ekowisata, wisatawan lebih menyukai melihat proses pewarnaan tenun, yaitu aktivitas perendaman benang pada air rebusan pewarna alam dan penjemuran serta pemintalan benang, dan wisatawan lebih menyukai penggunaan tenun dalam atraksi seni dan budaya sebagai program tambahan. Wisatawan lebih menyukai jalur wisata pendek (<1km) dan menengah (1km-3km), durasi waktu berwisata yaitu 1 hari dan mengikuti festival setahun sekali, dengan harga yang bersedia dibayarkan yaitu Rp. 300.000 sampai Rp. 800.000. Media promosi yang paling disukai adalah iklan wisata melalui media sosial dan informasi melalui teman atau kerabat. Penyusunan paket ekowisata mengahasilkan satu paket pada masing-masing desa.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengembangan Ekowisata Tenun di Pulau Lombok Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku Pewarna Alam dan Persepsi Wisatawanid
dc.title.alternativeDevelopment of Weaving Ecotourism on Lombok Island Based on Availability of Natural Dyes Raw Materials and Tourist Perceptionsid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbudaya, bahan baku, keberlanjutan, tenun, ekowisataid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record