Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorIndraprahasta, Galuh Syahbana
dc.contributor.authorSutresno, Sutresno
dc.date.accessioned2023-08-10T13:17:49Z
dc.date.available2023-08-10T13:17:49Z
dc.date.issued2023-08-10
dc.identifier.citationInternational Journal Of Economics Development Researchid
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123614
dc.description.abstractSalah satu program Nawacita dalam mewujudkan pembangunan nasional adalah membangun Indonesia dari pinggiran. Dalam pencapaian tujuan tersebut, pemerintah masih menghadapi berbagai kondisi yang tidak ideal, salah satunya adalah kemiskinan yang relatif tinggi di daerah perdesaan. Salah satu instrumen yang digunakan pemerintah dalam mewujudkan Nawacita ini adalah disahkannya Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN. Permasalahan kemiskinan perdesaan juga ditemukan di Kabupaten Brebes. Wilayah dengan luas 1.769,62 km 2 yang terdiri dari beragam karakter spasial mulai dari dataran rendah hingga pegunungan ini didominasi oleh wilayah perdesaan dengan persentase penduduk miskin tertinggi ketiga di Jawa Tengah. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan diperlukan solusi yang lebih spesifik sesuai karakter suatu wilayah. Sehingga penanganan kemiskinan dapat berjalan secara efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran dan pola spasial kemiskinan di Kabupaten Brebes dengan menggunakan analisis Autokorelasi Spasial (Moran’s Global Index & Local Indicator of Spatial Autocorrelation/LISA), untuk mengetahui pengaruh dana desa dan UMKM terhadap kemiskinan di Kabupaten Brebes dilihat dari aspek spasial menggunakan analisis Geographycally Weighted Regression serta memberikan alternatif kebijakan untuk pengentasannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya sebaran dan pola spasial kemiskinan di Kabupaten Brebes yang bersifat mengelompok (clustered). Pola ini menunjukkan bahwa desa yang berdekatan memiliki karakteristik yang relatif sama. Selanjutnya berdasarkan Uji LISA didapatkan 40 desa yang masuk dalam klaster high-high atau desa dengan tingkat kemiskinan tinggi dikelilingi dengan desa dengan kemiskinan tinggi juga. Empat puluh desa yang terbagi menjadi dua klaster yakni klaster wilayah Salem dan klaster wilayah Bumiayu ini merupakan kantung kemiskinan di Kabupaten Brebes. Sedangkan hasil analisis GWR menunjukkan masing-masing jenis belanja dana desa memiliki pengaruh yang beragam dalam menurunkan kemiskinan di Kabupaten Brebes sesuai spesifik lokasi. Adapun alternatif kebijakan untuk menurunkan kemiskinan di Kabupaten Brebes di prioritaskan pada 40 desa yang menjadi kantung kemiskinan di klaster wilayah Salem dan klaster wilayah Bumiayu-Paguyangan. Selain itu juga dilakukan usulan kesesuaian karakteristik spasial hasil GWR sebagai dasar formulasi pengalokasian bantuan dana desa di Kabupaten Brebes. Kata Kunci: Kemiskinan, Dana Desa, Analisis Spasial dan GWRid
dc.description.abstractOne of the Nawacita programs in realizing national development is to develop Indonesia from the periphery. In achieving this goal, the government faces various conditions that are not ideal, namely high poverty in rural areas. One of the instruments used by the government in realizing this nawacita is Law Number 6 of 2014 concerning Villages and Government Regulation Number 60 of 2014 concerning Village Funds Sourced from the APBN. The problem of poverty also occurs in Brebes Regency, which ranks third in the top in Central Java. The purpose of this study was to determine the distribution and spatial pattern of poverty in Brebes District using Spatial Autocorrelation analysis and to determine the effect of village funds and SME on poverty in Brebes Regency and its management solutions from a spatial perspective. The results of the study show that there is a spatial distribution and pattern of poverty in Brebes Regency are clustered. This pattern indicates that adjacent villages have relatively similar characteristics. Furthermore, based on the LISA test, it was found that 40 villages included in the high-high cluster. It means villages with high poverty rates, were surrounded by villages with high poverty as well. Forty villages divided into two clusters, namely the Salem region cluster and the Bumiayu region cluster, are pockets of poverty in Brebes Regency. While the results of the GWR analysis show that each type of spending on village funds has various effects on reducing poverty in Brebes Regency according to specific locations, The policy alternatives to reduce poverty in Brebes Regency are prioritized for 40 villages, which are pockets of poverty in the Salem region cluster and the Bumiayu region cluster. In addition, a proposal was also made to suit the spatial characteristics of the GWR results as the basis for the formulation of the allocation of village fund assistance in Brebes Regency. Keywords: Poverty, Village Fund, Spatial Analysis, and GWRid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.relation.ispartofseriesVolume 4;Nomor 2
dc.titleKarakteristik dan Pola Spasial Sebaran Kemiskinan di Kabupaten Brebes serta Strategi Pengentasannyaid
dc.title.alternativeThe Spatial Pattern of Poverty in Brebes Regency and Its Allevation Strategyid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKemiskinanid
dc.subject.keywordDana Desaid
dc.subject.keywordAnalisis Spasialid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record