dc.contributor.advisor | Nadalia, Desi | |
dc.contributor.advisor | Hartono, Arief | |
dc.contributor.author | Angraeni, Meyra | |
dc.date.accessioned | 2023-08-10T11:07:22Z | |
dc.date.available | 2023-08-10T11:07:22Z | |
dc.date.issued | 2023 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123600 | |
dc.description.abstract | Bawang merah (Allium cepa) merupakan komoditas hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan dibutuhkan oleh masyarakat dalam jumlah yang
tidak sedikit. Penanaman bawang merah di sentra produksi Kabupaten Brebes
dilakukan secara intensif akan berdampak buruk jika dilakukan dalam jangka
panjang. Penentuan batas kritis hara kalium (K) tanah perlu dilakukan untuk
mengetahui dosis pemupukan yang tepat pada tanah di Brebes. Tujuan penelitian
ini adalah menentukan metode ekstraksi K tanah terbaik, mengetahui pengaruh
pemupukan K terhadap pertumbuhan bawang merah, serta menentukan batas kritis
hara K tanah untuk tanaman bawang merah di 13 lokasi pengambilan contoh tanah
di Kabupaten Brebes. Metode ekstraksi K terbaik ditentukan dengan nilai
koefisien korelasi (r) tertinggi dan nyata. Pemupukan K dilakukan dengan
memberikan KCl p.a (X) pada taraf K0= 0, K1= ½ X, K2= X, dan K3= 2X kg ha-1
dengan dosis anjuran X=200 kg ha-1. Metode penentuan batas kritis yang
digunakan adalah metode grafik Cate-Nelson dengan empat metode ekstraksi K
tanah yaitu HCl 25%, Bray I, NH4OAc, dan pengabuan basah. Metode ekstraksi K
yang paling sesuai untuk tanah di pertanaman bawang merah pada 13 lokasi
penelitian ini adalah HCl 25% karena mempunyai korelasi yang nyata dengan
bobot kering tanaman perlakuan K0. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
dosis pemupukan tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman bawang
merah namun faktor lokasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bawang
merah. Batas kritis hara K tanah untuk mencapai 90% produksi maksimum
bawang merah pada 13 lokasi penelitian di Kabupaten Brebes berdasarkan metode
HCl 25% adalah sebesar 550 ppm. | id |
dc.description.abstract | Shallot (Allium cepa) is a horticultural commodity with high economic
value and is needed by the community in large quantities. Cultivation in center
production of Brebes Regency shallot is conducted intensively that will have a
negative impact if carried out in the long term. It is necessary to determine the
critical level for soil potassium (K) to determine the correct fertilization dose for
the soil in Brebes. This study aimed to determine the best soil K extraction
method, the effect of K fertilization on shallot growth, and the critical level of soil
K nutrient for shallot at 13 soil sampling locations in Brebes Regency. The best K
extraction method is determined by the highest correlation coefficient (r) value. K
fertilization was carried out by applying KCl p.a (X) at K0= 0, K1= ½X, K2= X,
dan K3= 2X kg ha-1 with the recommended dose of X=200 kg ha-1. The critical
level determination method used was Cate-Nelson graphical method with four
extraction methods, namely 25% HCl, Bray I, NH4OAc, and wet ignition. The
most suitable K extraction method for soils in shallot fields at 13 locations in this
study was 25% HCl because it significantly correlated with the dry weight plants
of K0 treatment. The analysis of variance showed that the fertilization dose did
not significantly affect the growth of shallot, but the location factor had a
significant effect on shallot growth. The critical level for soil K nutrients to
achieve 90% of the maximum shallot production at 13 research locations in
Brebes Regency based on the 25% HCl method is 550 ppm. | id |
dc.language.iso | id | id |
dc.publisher | IPB University | id |
dc.title | Batas Kritis Hara Kalium Tanah untuk Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah | id |
dc.type | Undergraduate Thesis | id |
dc.subject.keyword | batas kritis | id |
dc.subject.keyword | bawang merah | id |
dc.subject.keyword | kalium | id |
dc.subject.keyword | uji korelasi | id |