Show simple item record

dc.contributor.advisorBey, Ahmad
dc.contributor.advisorPawitan, Hidayat
dc.contributor.advisorSinukaban, Naik
dc.contributor.authorLaimeheriwa, Semuel
dc.date.accessioned2023-08-10T02:40:16Z
dc.date.available2023-08-10T02:40:16Z
dc.date.issued1994
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123471
dc.description.abstractKeadaan tata air yang baik pad a suatu DAS, dalam ha! ini has ii air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas dan regimen, dapat dipelajari dengan seksama dengan melakukan perhitungan neraca air. Perhitungan neraca air, khususnya menyangkut aspek kuantitas dan dimensi waktu penyebarannya dapat dilakukan dengan pemodelan. Sehubungan dengan ha! tersebut di atas, maka telah dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menerapkan model evapoklimatonomi dan Topog_ Yield untuk menduga komponen-komponen neraca air di Sub DAS Citere, serta membandingkan hasil output dari kedua model tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk menduga perubahan tata/neraca air wilayah pene!itian melalui eksperimentasi model evapoklima­tonomi dengan skenario perubahan penggunaan lahan. Penelitian dilaksanakan pada Areal Penelitian Pengelolaan DAS dengan luas 10,4 ha di Desa Sukamana, Pangalengan J awa-Barat. Penelitian ini merupakan studi kasus dalam pendekatan wilayah mengguna­kan metode ana!isis sistem. Analisis dilakukan terhadap aspek fisik wilayah, khususnya tata/neraca air dengan menggunakan model evapoklimatonomi dan model Topog_ Yield. Pemodelan dilakukan berdasarkan data sekunder dan primer. Beberapa peubah yang datanya tidak tersedia atau kurang lengkap diduga dengan pendekatan empirik atau statistik/matematik melalui transformasi data yang ada atau dibangkitkan berdasarkan indikator fisik. Dalam pemodelan evapok!imatonomi digunakan data curah hujan, debit dan radiasi global bulanan yang mewakili Sub DAS Citere sebagai masukan model, dan untuk pemodelan Topog_ Yield digunakan data topografi, tanah, vegetasi dan iklim harian meliputi curah hujan, suhu maksimum dan minimum, defisit tekanan uap dan radiasi global. Pada penelitian ini juga dilakukan eksperimentasi model yang diarahkan pada perubahan penggunaan lahan (terdiri dari 2 skenario), yaitu (1) perluasan areal pe­mukiman menjadi 25 % dan (2) seluruh areal digunakan untuk tanaman semusim. Dengan eksperimentasi ini dapat diketahui kepekaan nilai komponen neraca air terhadap berubahnya nilai parameter akibat perubahan penggunaan lahan. Penggunaan nilai-nilai parameteer hasil kalibrasi model evapoklimatonomi menghasilkan limpasan bulanan yang hampir identik dengan data pengamatan. Pola data limpasan pengamatan kelihatannya terduplikasi oleh limpasan hasil perhitungan. Penyimpangan terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar -6 mm atau kurang dari 4 % . Lengas tanah rataan sebesar 300 mm/bulan, dengan nilai maksimum pada bulan Desember (352 mm) dan minimum pada bulan Agustus (270 mm). Pengurasan air melalui evapotranspirasi E mencapai 1585 mm/tahun (64,4%) dari total curah hujan P (2461 mm), terdiri dari 1087 mm (44,2%) proses langsung E' dan 498 mm (20,2%) proses tidak langsung E". Jeluk limpasan R sebesar 876 mm (35,6%) dari total curah hujan P yang terdiri dari 312 mm (12,7%) proses langsung R' dan 564 mm (22,9%) proses tidak langsung R". ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcWater balanceid
dc.titleAnalisis neraca air menggunakan model evapoklimatonomi dan topog-yield di sub DAS Citere Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordEvapoklimatonomiid
dc.subject.keywordTopog-yieldid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record