Skrining Susu terhadap Mycobacterium bovis dan Potensi Penularannya di Wilayah Tengah dan Timur Pulau Jawa, Indonesia
Abstract
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menyebar luas, menular, dan terus menjadi penyebab utama kematian. Penyakit ini masih tersebar luas dan sering diabaikan di sebagian besar negara berkembang. Indonesia adalah negara dengan jumlah kasus tuberkulosis terbesar kedua di dunia. Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab paling umum dari TB manusia dan Mycobacterium bovis adalah penyebab TB pada sapi (bovine tuberculosis). Bovine tuberculosis pada sapi perah diduga berperan dalam menyebabkan kasus tuberkulosis pada manusia. Bovine tuberculosis (BTB) merupakan penyakit kronis yang menyerang manusia dan hewan dengan potensi zoonosis yang tinggi. Manusia dapat tertular tuberkulosis sapi karena menghirup udara yang terkontaminasi, meminum susu yang tidak dipasteurisasi, dan memakan daging yang tidak dimasak dengan benar. Penyakit ini menjadi beban kesehatan masyarakat dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar karena mengganggu kesehatan hewan, menurunkan produksi, meningkatkan biaya program pemberantasan, dan pembatasan perdagangan.
Ancaman BTB terhadap kesehatan masyarakat terutama terkait dengan konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi yang mengandung M. bovis. M. bovis telah diisolasi dari susu sapi mentah dalam banyak penelitian yang dilakukan di beberapa negara seperti Tanzania, Turki, Zambia, Tunisia, dan Brazil. Susu dan produk susu harus dipastikan bebas dari M. bovis untuk meminimalisasi masalah kesehatan pada masyarakat. Wilayah tengah dan timur Pulau Jawa merupakan sentra peternakan sapi perah di Indonesia yang masih melaporkan tingginya kasus tuberkulosis pada manusia. Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta merupakan provinsi penyumbang susu sapi terbesar di Indonesia dan dengan kasus kejadian tuberkulosis pada manusia tertinggi (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Informasi mengenai keberadaan bakteri M. bovis pada susu yang dihasilkan dan potensi penularan BTB di wilayah tersebut belum pernah dilaporkan. Potensi penularan kasus penyakit dapat diperkirakan berdasarkan praktik manajemen pemeliharaan, manajemen kesehatan, higiene sanitasi, dan biosekuriti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kejadian penyakit melalui skrining susu terhadap keberadaan M. bovis dan memperkirakan potensi penularan bovine tuberculosis antar sapi perah dan ke manusia. Bovine tuberculosis pada sapi perah diduga turut berperan dalam meningkatkan kasus tuberkulosis di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari kuesioner (karakteristik) dan data dari hasil uji laboratorium (kasus kejadian BTB). Data karakteristik diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 92 peternak. Data uji laboratorium didapat dari pengujian sampel susu yang dikoleksi dari sampel individu pada peternakan sapi perah di wilayah tengah dan timur Pulau Jawa dengan besaran 163 sampel. Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan wilayah yang diambil adalah wilayah dengan produksi susu sapi paling banyak dan wilayah dengan tingkat kejadian tuberkulosis paling tinggi di manusia.
Hasil penelitian ini menunjukkan skrining dengan uji polymerase chain reaction (PCR) tidak ditemukan bakteri M. bovis pada sampel susu yang diuji. Hasil uji PCR juga menunjukkan tidak ditemukan bakteri M. tuberculosis. Hasil skrining menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya kasus kejadian bovine tuberculosis di wilayah tengah dan timur Pulau Jawa. Penghitungan potensi penularan menggunakan metode multiple criteria decision analysis (MCDA) didapatkan hasil skor indeks penularan antar sapi perah sebesar 0,44 dan skor indeks penularan ke manusia sebesar 0,40. Skor indeks ini menunjukkan potensi berada pada kategori sedang sehingga potensi kejadian bovine tuberculosis dan penularannya antar sapi perah dan ke manusia dinilai berada dalam batas aman. Masih terdapat karakteristik dengan kategori tinggi di wilayah tengah dan timur Pulau Jawa yang berpotensi menyebabkan munculnya penyakit jika tidak diperbaiki. Tuberculosis (TB) is a widespread, contagious disease and the leading cause of death. This disease is still widespread and often neglected in most developing countries. Indonesia is the country with the second-largest number of tuberculosis cases in the world. Mycobacterium tuberculosis is the most common cause of human TB, and Mycobacterium bovis is the cause of TB disease in cattle (bovine tuberculosis). Bovine tuberculosis in dairy farms is suspected of causing tuberculosis in humans. Bovine tuberculosis (BTB) is a chronic disease that attacks humans and animals with high zoonotic potential. Humans are infected by bovine tuberculosis by breathing contaminated air, drinking unpasteurized milk, and eating uncooked meat. This disease is a public health burden and causes substantial economic losses by disrupting animal health, reducing production, containing eradication programs cost, and restricting trade.
The BTB threat to public health is mainly caused by consuming unpasteurized dairy products contaminated M. bovis. Many studies have isolated M. bovis in raw milk from countries, e.g., Tanzania, Turkey, Zambia, Tunisia, and Brazil. Milk and dairy products must be free from M. bovis to minimize community health problems. The central and eastern regions of Java Island are the dairy farming central in Indonesia which still report high cases of human tuberculosis. East Java, Central Java, and Yogyakarta are Indonesia's most significant milk-contributing provinces, with the highest incidence of human tuberculosis (Central Java and East Java). Information regarding the M. bovis bacteria in the milk produced and the potential for BTB transmission in the area has never been reported. The potential transmission of the disease is estimated based on maintenance management practices, health management, sanitation hygiene, and biosecurity.
This study aimed to measure disease incidence by screening M. bovis presence in milk and estimate the transmission potential of bovine tuberculosis between dairy cattle and humans. Bovine tuberculosis in dairy cattle is suspected to play a role in increasing tuberculosis cases in Indonesia. The data used in this study was obtained from questionnaires (characteristics) and laboratory test results (BTB incidents). The characteristics were taken through interviews using a structured questionnaire. The number of respondents interviewed were 92 farmers. Laboratory tests were obtained from 163 cow milk samples collected on dairy farms in the central and eastern regions of Java Island. The sample size was determined using a purposive sampling method, considering that the taken areas had the most milk production and had the highest incidence of human tuberculosis.
The results of this study indicated that screening with the polymerase chain reaction (PCR) test did not find M. bovis bacteria in the milk samples tested. PCR test results also showed no M. tuberculosis bacteria. Screening results showed that there were no cases of bovine tuberculosis in the central and eastern regions of Java Island. The potential transmission was calculated using the multiple criteria decision analysis (MCDA) method, resulting in the transmission index score between dairy cows being 0,44 and the transmission to humans being 0,40. This index score indicated that the potential transmission of bovine tuberculosis was moderate, so the potential transmission between dairy cows and humans was considered safe. However, there are still high category characteristics in the central and eastern regions of Java Island that can cause disease in the future if there is still no improvement.
Collections
- MT - Veterinary Science [968]
