Pengembangan Sensor Hidrazina Berbasis Elektrode GO/PEDOT:PSS Termodifikasi Nanozyme
Date
2023Author
Rahman, Hemas Arif
Wahyuni, Wulan Tri
Putra, Budi Riza
Rafi, Mohamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Hidrazina merupakan senyawa bersifat karsinogenik yang telah banyak
diaplikasikan di industri. Kementerian Kesehatan RI melalui Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 menentukan batas maksimum kadar hidrazina
dalam lingkungan perairan sebesar 10 ppb (0,312 µM). Oleh karena itu, perlu teknik
analisis untuk mendeteksi hidrazina pada konsentrasi yang rendah. Teknik analisis
yang telah diaplikasikan untuk menentukan kadar hidrazina antara lain fluoresensi,
kromatografi cair kinerja tinggi, dan spektrofotometri UV-Vis. Namun, teknik
analisis tersebut memiliki beberapa kelemahan seperti memerlukan waktu analisis
yang lama, relatif mahal, dan instalasi instrumen yang rumit. Alternatif teknik
analisis lainnya yaitu menggunakan teknik elektrokimia untuk deteksi dan
kuantifikasi hidrazina karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, yaitu analisis
cepat, sensitivitas yang tinggi, dan instalasi instrumen yang sederhana.
Sensor hidrazina dikembangkan dari komposit grafena oksida (GO) dan
poli(3,4-etilenadioksitiofena): poli(stirenasulfonat) (PEDOT:PSS) diaplikasikan di
atas permukaan elektrode karbon kaca (GCE) secara drop cast. Setelah itu,
GO/PEDOT:PSS/GCE dielektrodeposisi dengan partikel emas nano (AuNPs)
sebagai nanozyme. Evaluasi pemodifikasi untuk aspek struktur, morfologi, dan
karaktertisasi elektrokimia dilakukan dengan spektroskopi Fourier transform
infrared (FTIR), X-ray diffractometer (XRD), scanning electron
microscope−energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM−EDS), dan
electrochemical impedance spectroscopy (EIS).
Evaluasi kinerja elektrokimia dan analitik dilakukan menggunakan
voltammetri siklik (CV) dan amperometri. Kinerja analitik dari sensor yang
diusulkan memiliki rentang pengukuran hidrazina pada konsentrasi 0,2 – 100 µM
memiliki LOD dan LOQ berturur-turut sebesar 0,005 µM dan 0,08 µM. Selain itu,
sensor yang diusulkan memiliki ketertiruan dan stabilitas yang baik (%RSD <5%)
serta selektivitas dengan baik (memiliki nilai perolehan kembali dalam rentang 93
– 104%) untuk senyawa pengganggu NaNO2, FeSO4, Zn(CH3CO2)2, NH4NO3,
klorofenol, triklosan, dan asam askorbat. Sensor yang diusulkan berhasil
diaplikasikan pada sampel nyata berupa air minum dan air keran menggunakan
metode standar adisi. Hasil nilai perolehan kembali dari metode standar adisi
menggunakan teknik amperometri sebesar 98 – 102%. Teknik tersebut divalidasi
dengan metode standar, yaitu spektrofotometri UV-Vis. Hasil analisis dengan
metode amperometri tersebur dibandingkan dengan spektrofotometri UV-Vis
didapatkan sebesar 98 – 104%. Nilai perolehan kembali dengan metode yang
berbeda dianalis uji beda nyata dengan uji-t. Berdasarkan uji beda nyata (uji t) pada
selang kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu,
sensor yang diusulkan berpotensi diaplikasikan untuk pemantauan hidrazina di
lingkungan perairan
