Show simple item record

dc.contributor.advisorMansur, Irdika
dc.contributor.advisorAbidin, Zaenal
dc.contributor.advisorFauzi, Anas Miftah
dc.contributor.authorSekarjannah, Fitri Arum
dc.date.accessioned2023-07-31T05:47:51Z
dc.date.available2023-07-31T05:47:51Z
dc.date.issued2023-07-31
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122854
dc.description.abstractAir asam tambang (AAT) saat ini telah menjadi masalah penting di berbagai penjuru dunia yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Dengan ribuan perusahaan tambang yang tersebar di Indonesia, yang masing-masing memiliki luas wilayah produksi hingga ratusan ribu hektar, tentu AAT ini akan menjadi masalah besar bagi perairan Indonesia. Selain dari terbentuknya AAT, kegiatan pertambangan juga berdampak pada berubahnya bentang alam, seperti terbentuknya kolam-kolam bekas tambang (void). Kolam bekas tambang seringkali dikelilingi batuan pembentuk asam (potentially acid forming/PAF) yang menyebabkan terisinya kolam tersebut oleh AAT, dimana setelah void penuh AAT akan mengalir ke perairan umum dan memerlukan perlakuan penetralan terus menerus. Teknologi penetralan secara pasif yang dilakukan saat ini adalah dengan konstruksi lahan basah buatan (wetland), dimana air dari dalam kolam bekas tambang (void) dialirkan ke kompartemen lahan basah buatan dan proses penetralan akan terjadi di dalamnya. Namun keterbatasan dari lahan basah buatan yaitu kedalaman kolam yang dangkal karena terbatas pada tinggi tanaman dalam kolam, sehingga kapasitas pengelolaan airnya yang kecil. Jika volume air yang akan dikelola besar, maka membutuhkan lahan yang sangat luas untuk membuat wetland. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi untuk meningkatkan volume air yang dapat diolah dalam kolam treatment. Penggunaan rakit apung yang dikombinasikan dengan penanaman tanaman hyperaccumulator (selanjutnya disebut lahan basah mengapung/constructed floating wetland) menjadi alternatif upaya remediasi AAT pada kolam yang dalam. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah prototype lahan basah mengapung yang mampu memperbaiki kualitas AAT di kolam-kolam bekas tambang dan fasilitas pengolahan air tambang sebagai upaya menuju mitigasi kerusakan lingkungan perairan. Tahapan dari penelitian ini adalah: (1) Seleksi material rakit apung untuk perbaikan sistem lahan basah mengapung; (2) Aplikasi sistem lahan basah mengapung dalam skala lapangan di PT Bukit Asam Tbk; (3) Potensi tanaman gambut untuk fitoremediasi AAT pada sistem lahan basah mengapung, dan; (4) Penggunaan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) untuk pembersihan polutan organik. Pada penelitian “Seleksi material rakit apung untuk perbaikan sistem lahan basah mengapung” diujikan beberapa material rakit apung yaitu bahan apung dari bambu, bahan apung dari pipa PVC, dan bahan apung dari drum plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis rakit apung dengan bahan dasar pipa PVC menjadi pilihan yang paling baik untuk membuat konstruksi lahan basah mengapung. Hal ini didasarkan pada ketahanan konstruksi apung pipa yang lebih lama dengan kapasitas angkut bahan organik yang lebih besar dibandingkan rakit apung bambu dan juga biaya yang diperlukan lebih kecil dibandingkan dengan rakit berbahan dasar drum plastik. Tanaman yang ditanam secara mengapung dapat menyerap logam berat dalam jumlah yang tinggi. Jenis tanaman yang mampu mengakumulasi logam Fe paling tinggi adalah kayu putih, sementara akumulasi logam Mn tertinggi terdapat pada tanaman L. hyssopifolia. Penelitian “Aplikasi sistem lahan basah mengapung dalam skala lapangan di PT Bukit Asam Tbk” terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap pertama terlebih dahulu menggenangi kompartemen penelitian dengan AAT. Setelah pH air netral dan stabil, kemudian kompartemen dialiri AAT dengan debit 0,002 m3/s selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian sistem lahan basah mengapung di lapangan mampu meningkatkan pH dari 3,83 menjadi rata-rata 6,95 dan menurunkan logam terlarut Fe dan Mn rata-rata sebesar 77% dan 77,2% pada kondisi air menggenang. Pada kondisi air mengalir, peningkatan pH terjadi dari pH 4,5 menjadi 5,8 dengan waktu tinggal 18 jam dan menurunkan kadar Fe dan Mn terlarut berturut-turut sebesar 82,5% dan 75%. Selain itu, sistem lahan basah mengapung juga efektif menekan biaya dari pengeluaran kapur dalam pengelolaan AAT yaitu sebesar Rp 125.187.000/3 tahun atau sekitar Rp 41,7 juta/tahun untuk debit hanya sebesar 0,002 m3/detik. Penelitian selanjutnya, “Potensi tanaman gambut untuk fitoremediasi AAT pada sistem lahan basah mengapung” menguji sembilan jenis tanaman lokal dan atau tanaman rawa gambut yang ditanam pada sistem lahan basah mengapung dengan cekaman AAT. Hasil penelitian menunjukkan tanaman kayu putih, lonkida, gelam, tembesu, dan jelutung memiliki daya hidup yang tinggi (100%), pulai memiliki daya hidup sedang (67%), balangeran daya hidup rendah (33%), sementara jenis klakok dan geronggang semua mati. Tanaman kayu putih, lonkida, gelam, tembesu, jelutung, dan pulai dapat dimanfaatkan untuk penanaman di lahan basah mengapung ataupun di lahan tergenang AAT, sedangkan tanaman balangeran, klakok, dan geronggang tidak direkomendasikan. Hasil penelitian “Penggunaan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) untuk pembersihan polutan organik” menunjukkan bahwa pengolahan air limbah dengan mengkombinasikan tanaman eceng gondok dan pemberian sirkulasi aliran mampu meningkatkan pH serta menurunkan polutan BOD, COD, dan nitrat. Peningkatan pH terjadi dari 5,7 menjadi 8,2 dan penurunan BOD, COD, dan nitrat berturut-turut sebesar 63,1%, 59,2%, dan 91,7%. Namun terjadi kenaikan kadar ortofosfat dalam air yaitu sebesar 7,5%. Penelitian menunjukkan bahwa pengolahan air limbah dengan mengkombinasikan tanaman dan sirkulasi aliran akan mempercepat proses reduksi polutan dibandingkan jika hanya diberi perlakuan secara tunggal.id
dc.description.sponsorshipKemenristekDikti melalui Beasiswa PMDSUid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titlePengembangan Teknik Fitoremediasi Air Asam Tambang dengan Lahan Basah Mengapungid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordtandan sawitid
dc.subject.keywordair asam tambangid
dc.subject.keywordfitoremediasiid
dc.subject.keywordlahan basah mengapungid
dc.subject.keywordtanaman gambutid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record