Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmana, Cecep
dc.contributor.advisorArifin, Hadi Susilo
dc.contributor.advisorKuncahyo, Budi
dc.contributor.authorAsniar
dc.date.accessioned2023-07-25T02:52:54Z
dc.date.available2023-07-25T02:52:54Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122566
dc.description.abstractEkosistem mangrove pada hutan lindung Peropa’ea Gantara Buton Utara memiliki fungsi yang sangat penting baik dari aspek ekologi maupun sosioekonomi. Letak kawasan ekowisata yang berada dalam hutan lindung serta adanya pemukiman masyarakat di sekitar kawasan akan dapat menimbulkan beberapa permasalahan seperti kurang jelasnya batas antara lahan milik masyarakat dengan hutan lindung serta kurangnya pemahaman masyarakat atas fungsi hutan lindung dan ekowisata mangrove. Pengembangan ekowisata mangrove dapat menjadi suatu bentuk strategi konservasi yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara sosial ekonomi bagi masyarakat dan terutama bagi kelestarian ekosistem mangrove. Pengembangan dan pengelolaan ekowisata mangrove di kawasan hutan lindung tidak cukup hanya memetakan potensi dan menawarkan obyek daya tarik ekowisata yang ada, diperlukan sinergi antar lembaga yang terkait, dan model pengelolaan yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: penilaian kondisi dan potensi ekosistem mangrove; analisa kesesuaian lahan dan daya dukung ekowisata mangrove; preferensi view responden; struktur elemen kunci dalam pengelolaan ekowisata; serta rancangan pengembangan dan pengelolaan ekowisata dengan pendekatan model dinamik. Sebaran tutupan vegetasi mangrove di kawasan studi seluas ± 3 223 ha dan sekurang-kurangnya terdapat 6 jenis mangrove yang merupakan mangrove primer dan mangrove sekunder. Mangrove famili Rhizophoraceae seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dapat hidup dengan baik pada semua spot pengembangan ekowisata. Rhizophora sp dan Bruquiera sp merupakan species yang mendominasi kawasan ekosistem mangrove dengan nilai penting yang lebih tinggi dibandingkan jenis mangrove lainnya. Hasil analisa indeks kesesuaian ekowisata mangrove menunjukkan bahwa kawasan ekosistem mangrove sangat sesuai peruntukannya menjadi ekowisata mangrove. Hasil perhitungan daya dukung kawasan ekowisata mangrove adalah 2.068 orang per hari untuk atraksi tracking mangrove, dan 915 orang per hari untuk atraksi cruising (berperahu) pada kawasan ekowisata mangrove. Pada penilaian Scenic Beauty Estimation terlihat bahwa nilai tertinggi yaitu pada Spot 5 dengan unsur bentang alam yang terdiri atas hutan mangrove, bukit batu, perbedaan kontur, sungai, laut lepas, serta garis pantai yang berkelok. Potensi atraksi wisata mangrove yang dapat dikembangkan adalah tracking mangrove, berperahu, wisata edukasi, diving dan snorkeling, memancing, serta wisata lainnya seperi fotografi, wisata kuliner, dan berkemah (camping). Berdasarkan analisa Interpretative Structural Modelling (ISM), maka di identifikasi struktur elemen kunci pengelolaan ekowisata mangrove. Lembaga/institusi kunci (key player) terdiri dari: Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Peropa’ea Gantara yang memiliki driving power tertinggi dan tingkat ketergantungan rendah sehingga berperan sebagai penggerak utama, yaitu mengerakkan institusi lainnya dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata mangrove. Elemen kunci tujuan pengelolaan mangroveadalah perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove di kawasan hutan lindung. Rancangan pengembangan dan pengelolaan ekowisata mangrove dibangun dengan mengunakan pendekatan model dinamik. Berdasarkan hasil simulasi model dinamik, kegiatan pengelolaan ekowisata pada skenario pesimis, moderat dan optimis memberikan dampak yang positif terhadap kunjungan ekowisatawan, aspek ekologi (luas mangrove), aspek ekonomi (pendapatan masyarakat, pengelola dan pemerintah), dan aspek sosial budaya (serapan tenaga kerja) jika dibandingkan dengan skenario tanpa ekowisata. Skenario optimis merupakan skenario yangpaling besar memberikan manfaat terhadap aspek ekonomi, dan aspek sosial yang selanjutnya secara berturut-turut diikuti skenario moderat dan pesimis. Skenario tanpa ekowisata merupakan skenario yang tidak memberikan manfaat terhadap aspek ekonomi, dan aspek sosial, tetapi merupakan skenario yang baik bagi luasan tutupan mangrove. Dari segi biaya investasi, maka skenario optimis akan memerlukan prakiraan biaya yang paling besar dibandingkan skenario lainnya. Pengembangan dan pengelolaan ekowisata mangrove Peropa’ea dapat dilakukan antara lain dengan: Pengembangan sarana prasarana penunjang ekowisata, Pengembangan atraksi wisata, Peningkatan sumberdaya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, Pengelolaan pengunjung; dan Pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekowisata mangrove. Pengelolaan ekowisata mangrove melibatkan unsur pemerintah daerah, pemerintah pusat, perguruan tinggi, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel Pengelolaan Ekowisata Mangrove di Hutan Lindung Peropa’ea Gantara Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggaraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordecotourismid
dc.subject.keywordmanagementid
dc.subject.keywordmangrovesid
dc.subject.keywordprotected forestid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record