Show simple item record

dc.contributor.advisorQayim, Ibnul
dc.contributor.advisorRaffiudin, Rika
dc.contributor.authorHayati, Suci Dian
dc.date.accessioned2023-07-24T13:50:33Z
dc.date.available2023-07-24T13:50:33Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122517
dc.description.abstractKajian etnobiologi penting dalam mendokumentasikan pengetahuan lokal masyarakat dan ragam jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan penopang sunggau di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengetahuan tentang sunggau sebagai teknik membangun tempat bersarang lebah Apis dorsata khas Belitung, terancam hilang karena tidak terdokumentasi dengan baik dan disampaikan ke generasi selanjutnya secara lisan. Pengetahuan lokal ini juga berpotensi menghilang akibat menyempitnya lahan hutan akibat perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informasi terkait sunggau yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan : (1) mengidentifikasi tipe sunggau yang dibangun petani lebah, (2) mengidentifikasi ragam spesies pohon bersarang (sambit) dan tumbuhan penopang sunggau, (3) mengidentifikasi ragam ekosistem lokasi dibangunnya sunggau, (4) mengukur faktor yang paling berpengaruh dalam membangun sunggau, (5) mengukur nilai kepentingan budaya/Index of Cultural Significance (ICS) spesies penopang sunggau, dan (6) mengidentifikasi manajemen ekonomi serta ekologi dalam mengelola sunggau. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur, diskusi kelompok terarah/Forum Discussion Group (FDG) dan observasi lapangan sepanjang November hingga Desember tahun 2022. Total petani lebah di Desa Perpat, Desa Kembiri dan Desa Tanjung Rusa yang menjadi responden mencapai 12 orang. Seluruh data kualitatif kuantitatif sunggau dan sambit dianalisis menggunakan program statistik sederhana. Data pengetahuan lokal petani lebah terhadap manfaat spesies penting terkait sunggau dianalisis menggunakan analisis ICS. Untuk mendapatkan faktor yang paling berpengaruh dalam membangun sunggau, seluruh data petani lebah, parameter ukur sunggau dan lingkungan di sekitarnya dianalisis menggunakan analisis komponen utama/Principal Component Analysis (PCA). Hasil penelitian ini didapati dua tipe dasar sunggau, yakni sunggau panjat yang dibangun pada cabang pohon yang tinggi dan sunggau darat yang dekat dengan permukaan tanah. Kebaruan dalam penelitian ini ditemukannya dua variasi sunggau yakni sunggau bersilang dan sunggau tanger. Hasil observasi ditemukan sebanyak 22 spesies tumbuhan sambit dan 60 spesies penopang sunggau dengan kelompok terbanyak berasal dari Myrtaceae. Sebagian besar sunggau ditemukan di hutan kerangas. Kebaruan dalam penelitian ini juga menemukan sunggau di ekosistem lahan basah (wetland) seperti mangrove, rawa dan riparian. Petani lebah memiliki kriteria tertentu dalam menentukan lokasi pemasangan sunggau, yakni memiliki jalur cahaya (renak) yang sesuai, tidak jauh dari sumber polen dan nektar, serta sumber air bersih. Faktor penentu keberhasilan sunggau untuk ditempati A. dorsata berdasarkan analisis PCA dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal petani lebah (variabel usia, pekerjaan, pengalaman pertama membangun sunggau, sumber pengetahuan dan kemampuan dalam memanen madu) dan faktor eksternal berupa parameter ukur sunggau dan lingkungan (variabel diameter dan kemiringan batang utama penopang, kelembaban udara dan pH tanah). Terdata sebanyak 78 spesies tumbuhan berguna dalam pengelolaan sunggau dengan nilai ICS berkisar dua hingga 80. Hasil tersebut menunjukkan tingginya pengetahuan masyarakat Membalong terhadap ragam spesies berguna dalam pengelolaan sunggau dan fungsinya dalam keseharian masyarakat. Syzygium urceolatum (Samak) merupakan spesies dengan nilai ICS tertinggi dengan ragam pemanfaatan sebagai bahan bangunan atau furnitur, penopang tanaman lada (sahang) dan sumber polen serta nektar bagi A. dorsata. Petani lebah di Membalong menghadapi sejumlah permasalahan dalam mengelola sunggau, antara lain minimnya jumlah pemuda yang tertarik mempelajari sunggau dan berkurangnya luas hutan yang penting dalam mengelola sunggau akibat perubahan fungsi lahan. Petani lebah Membalong telah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan menetapkan hutan desa dan mangrove sebagai zona yang dilindungi. Penelitian ini menyarankan agar ekosistem penting dalam pengelolaan sunggau lebah A. dorsata dapat dilindungi dan dipertahankan fungsi alaminya. Spesies tumbuhan khas hutan kerangas Belitung dan penting dalam konservasi A. dorsata menjadi prioritas untuk dilestarikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mempelajari lebih lanjut pengetahuan ekologi tradisional sunggau di seluruh wilayah Belitung.id
dc.description.abstractEthnobiology studies are important for documenting local knowledge and the diversity of plants used for the construction of sunggau in Membalong sub-district, Belitung district, Bangka Belitung Island Province. Local knowledge of sunggau as a specific style of rafter on Belitung Island has been disappeared because it has been poorly documented and transmitted through generations orally. Moreover, the transformation of forests to plantations, fields, and settlements has accelerated the loss of this knowledge. This study aimed to complement previously published information related to sunggau, including (1) the variety of the type of sunggau built by bee farmers, (2) various plant species that are preferentially used for bee trees (sambit) and sunggau, (3) variety of ecosystems that must be preserved as sunggau site areas, (4) identify the factors with the most influence in built the sunggau, (5) measured the Index of Cultural Significance (ICS) value of each species supporting the sunggau, and (6) identify the economic and ecological management in managing the sunggau. Data were collected through semi-structured interviews, focus group discussions (FDG), and field observations from November to December 2022. A total of 12 bee farmers from Membalong Sub-regency, were interviewed. All data were analyzed using a simple statistical program. ICS analysis was used to examine data on bee farmers local knowledge of plant species used as sunggau. To obtain the most influential factors in constructing sunggau, all bee farmers profile data, sunggau parameters and micro climate were analyzed using Principal Component Analysis (PCA). Our results confirmed two types of sunggau were constructed by bee farmers at Belitung: climbing and ground sunggau. We also discovered two new types of sunggau, i.e., bersilang (a variant of climbing sunggau) and tanger (a variant of ground sunggau). Twenty-two plant species were found as sambit and 60 plant species were used for the construction of sunggau, with the most of the plant species used were in the Myrtaceae family. This study found that sunggau was constructed in heath forests. Moreover, our new finding is sunggau also built in wetlands ecosystems including mangroves, swamps, and riparian. Beekeepers used certain criteria to determine the sunggau site location, including a suitable path of light (renak), closeness to foraging area (pollen and nectar source), and access to water. According to PCA analysis, the success of sunggau is determined by two aspects: internal and external factors. Internal factors such as age, employment, first experience built the sunggau, origin of expertise, and capacity to collect honey. The diameter and incline of the main plank, air humidity, and soil pH were all external variable. Moreover, with ICS values ranging from two to 80, this study identified 78 plant species that were useful in the management of sunggau. These findings indicate the high level of Membalong people knowledge about various species useful in sunggau management and their functions in daily life. Syzygium urceolatum (samak) had the highest ICS value because of its diverse uses by the Membalong people. Memblong bee farmers confront a variety of challenges in maintaining sunggau, including a lack of young people who are interested in learning sunggau and a decreased amount of forest due to land use changes issues. The bee farmers had taken efforts to address these issues, including a designation of the village forests and mangrove as a protected zone. This study suggests ecosystems essential to sunggau management may be conserved while maintaining their natural functioning. A priority is to protect several plant species that are distinctive of the Belitung heath forests and are vital to the conservation of A. dorsata. This research is expected to be the initial basis for further study of traditional ecological knowledge of sunggau throughout the Belitung regency.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEtnobiologi Tumbuhan Penting Dalam PengelolaanSunggau Lebah Apis dorsata di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitungid
dc.title.alternativeEtnobiology of Plant Species Used as Sunggau in Apis dorsata Conservation in Membalong Subregency, Belitung Regency.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbee farmerid
dc.subject.keywordheath forestid
dc.subject.keywordICSid
dc.subject.keywordSyzigiumid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record