dc.description.abstract | Padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Oleh sebab itu tiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksi sangat penting
untuk diperhatikan. Salah satu kendala produksi padi adalah ketersediaan benih padi
bermutu. Penyakit benih merupakan salah satu faktor agroekologis yang mempengaruhi
mutu benih. Salah satu patogen terbawa benih padi adalah Alternaria padwickii
(Ganguly) Ellis. Patogen tersebut termasuk kelompok cendawan yang sering ditemukan
menginfeksi benih padi dengan tingkat infeksi yang tinggi. Namun demikian,
sampai saat ini belum terungkap jelas pengaruh patogen tersebut terhadap pertumbuhan
tanaman padi dan kehilangan basil di lapang.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara benih padi yang
terinfeksi A. padwickii dengan tingkat pertumbuhan tanaman padi. Untuk mencapai
tujuan tersebut, penelitian yang dilakukan terdiri atas tiga kegiatan percobaan, yaitu:
(1) Pengujian pengaruh infeksi A. padwickii terhadap daya berkecambah benih .
Pengujian tersebut menggunakan metode "Cassette".
(2). Infeksi A. padwickii di pembibitan. Pengujian tersebut dilakukan di rumah kaca
dan menggunakan tanah sawah steril.
(3) Deteksi penularan infeksi A. padwickii dari benih ke tanaman padi. Metode
yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah metode kertas hisap dan
metode pertumbuhan kecambah.
Benih yang digunakan dalam ketiga percobaan tersebut adalah benih padi varietas
Cisadane dan varietas Dodokan yang berasal dari Kebun Percobaan Muara.
Hasil pengujian dengan metode "Cassette" untuk varietas Cisadane dan
Dodokan menunjukkan daya berkecambah benih masih tinggi yaitu masing-masing
rata-rata perkecambahannya 90% dan 91 %. Pada percobaan tersebut kecambah
normal yang terinfeksi A. padwickii menunjukkan pertumbuhan daun pertama dan
akar yang terhambat dibandingkan dengan kecambah tanpa infeksi patogen tersebut.
Pada varietas Cisadane, panjang daun pertama dari kecambah terinfeksi lebih pendek
daripada kecambah tanpa infeksi, yaitu masing-masing 3.8 - 4.7 cm (rata-rata 4.25
cm) dan 4.8 - 6.2 cm (rata-rata 5.45 cm). Hal serupa terjadi pula pada varietas
Dodokan, panjang daun pertama kecambah terinfeksi 5.59 - 7.9 cm (rata-rata 6.85
cm) dan kecambah tanpa infeksi 6.3 - 7.5 cm (rata-rata 6.9 cm). Rata-rata panjang
akar kecambah normal terinfeksi lebih pendek dibandingkan dengan kecambah tanpa
infeksi. Panjang akar kecambah yang terinfeksi dan tanpa infeksi masing-masing
12.5 - 15.8 cm (rata-rata 14.23 cm) dan 13.8 - 15.6 cm (rata-rata 14.7 cm) pada
varietas Cisadane, sedangkan pada varietas Dodokan masing-masing 9.4 - 14.4 cm
(rata-rata 11.6 cm) dan 13.2 - 15.6 cm (rata-rata 14.78). | id |