Show simple item record

dc.contributor.advisorM. A. Chozin
dc.contributor.advisor; Wiroatmodjo, Joedojono
dc.contributor.advisorS. Tjitrosoedirdjo
dc.contributor.authorYakup
dc.date.accessioned2023-07-12T14:56:53Z
dc.date.available2023-07-12T14:56:53Z
dc.date.issued1993
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/121683
dc.description.abstractStudi mengenai alang-alang telah banyak dilakukan tetapi satu hal agaknya kurang diperhatikan Penanganan dari segi ekologis belum dilakukan sebagaimana mestinya, padahal gulma ini tumbuh tersebar pada hampir seluruh pulau di Indonesia. Perbedaan kondisi ekologis dan geo- grafis menimbulkan habitat lokal yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya. an sebagai akibat pengaruh habitat berbeda sehingga Perbedaan pertumbuh- lokal didu menyebabkan terbentuknya berbagai ekotipe Dengan kemampuan membentuk ekotipe-ekotipe tersebut, maka alang mempunyai mekanisme untuk meningkatkan k terhadap tindakan-tindakan pengendalian Pententang terbentuknya berbagai ekotipe menjadi penting dalam usaha mendapatkan informasi ilmi dapat dirakit bagi strategi pengendaliannya Pentersebut dapat diperoleh antara lain dengan variasi klon alang-alang di Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Biotrop, Bogor dari bulan Februari sampai Oktober 1992. Klon-klon alang-alang dari berbagai daerah di Indonesia dikumpulkan dengan mengambil rhizom segar sebanyak 1 kg dari setiap habitat. Klon alang-alang dari daerah Bogor dan sekitarnya diambil dengan tempat. sedikit metode transect yang dibuat menyusur ketinggian Dalam hal ini digunakan lima ketinggian tempat di atas 0. 250, 500, +750, dpl, serta tiga macam habitat: habitat tanaman dan ± 1000 habitat non-budidaya, semusim, habitat tanaman samping ketinggian tempat, pencatatan. tahunan. Di- kondisi habitat mencakup faktor iklim (curah hujan, suhu), dan tumbuhan yang berasosiasi. Seluruhnya sebanyak 40 klon alang-alang yang terkumpul ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang di rumah kaca. Rhizon dari setiap klon diambil sekitar empat buku dari apikal, kemudian dipotong-potong menjadi beberapa stek sepanjang 2 cm dengan satu tunas ditengah. Stek-stek rhizom dikecambahkan di petridis yang dilapisi kertas filter tersebut dinyatakan sepanjang 2 mm. basah. berkecambah setelah keluar mata dalam Stek-stek tunas Stek-stek rhizom yang telah bertunas 4 em dipindahkan ke pot-pot yang berisi campuran lapang dan pupuk kandang dengan perbandingan (v/v) = Klon-klon yang tumbuh di pot-pot t tanah 3:1. dipelihara seperlunya. Pengamatan dilakukan terhadap 14 karakter morfologi pertumbuhan yang meliputi persentase perkecambahan (PK), tinggi tumbuhan (TT), jumlah tajuk samping (TS), jumlah tajuk baru (TB), jumlah daun per rumpun (JD), panjang daun (PD), lebar daun (LD), panjang rhizon (PR), jumlah ruas rhizom (JR), jumlah mata tunas rhizon (JM), bobot kering tajuk (BT), bobot kering rhizom (BR), bobot kering akar (BA) dan nisbah BT/BR+BA (NB). Karakter TT dan JD secara periodik setiap 2 minggu. diamati Pengamatan karakterlain dilakukan pada waktu panen (umur ± 4,5 karakter lain bulan). Pengujian isozin dilakukan pada saat tumbuhan telah berkembang penuh. Dari setiap klon diambil sampel tangkai daun sebanyak 50 mg. Sampel-sampel tersebut dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode elektroforesis gel pati. Tiga macam isozim diujikan, yaitu peroksidase (PER), esterase (EST), dan (ACP). ..id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcForage grassesid
dc.subject.ddcGrassesid
dc.titleStudi variasi klonal alang-alang (Imperata cylindria (L.) Raenschel) di Indonesia dengan telaah khusus daerah Bogor dan sekitarnyaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordImperata cylindricaid
dc.subject.keywordGulma; Morphologyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record