Potensi Cengkih Syzygium aromaticum sebagai Fitobiotik untuk Pengendalian Penyakit Vibriosis pada Ikan Kerapu Cantang Epinephelus sp
Date
2023-04-05Author
Ode, Inem
Sukenda
Widanarni
Wahjuningrum, Dinamella
Yuhana, Munti
Setiawati, Mia
Metadata
Show full item recordAbstract
Kerapu cantang adalah kerapu hibrida yang dihasilkan dari persilangan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus betina dengan kerapu kertang Epinephelus lanceolatus jantan. Saat ini kerapu cantang merupakan salah satu varian kerapu hibrida utama yang dibudidayakan di Indonesia. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan kerapu adalah vibriosis, dimana pengobatan berbasis antibiotik masih dilakukan hingga saat ini. Alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik adalah penggunaan fitobiotik. Fitobiotik didefinisikan sebagai tumbuhan yang mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh inang, fungsinya dapat sebagai feed additive pada formulasi pakan untuk meningkatkan produktivitas ikan. Salah satu fitobiotik yaitu cengkih yang mengandung beberapa senyawa fitokimia penting berpotensi untuk digunakan sebagai fitobiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi cengkih sebagai fitobiotik untuk pengendalian penyakit vibriosis pada ikan kerapu cantang. Penelitian tahap pertama bertujuan mengevaluasi aktivitas antibakteri ekstrak cengkih terhadap Vibrio alginolyticus. Bunga cengkih kering diekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hasil analisis menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa ekstrak cengkih mengandung lima senyawa utama yakni phenol, 2-methoxy-4-(2 propenyl)-eugenol, phenol, 2-methoxy-4-(2-propenyl)-acetate, caryophyllene, alpha humulene dan alfa-copaene. Hasil analisis fitokimia ekstrak cengkih mengandung fenolik, flavonoid, dan tannin, masing-masing sebesar (28.53 ± 0.00) mg/g, (0.38 ± 0.00) mg/g dan (0.15± 0.00) %. Hasil uji zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak cengkih dapat menghambat V. alginolyticus, dengan diameter zona penghambatan berbeda nyata (P <0,05) semua perlakuan, terkecuali pada perlakuan 0.5 mg / mL tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif. Nilai minimum inhibitory concentration (MIC) sebesar 0.5 mg/mL sedangkan minimum bactericidal concentration (MBC) sebesar 1 mg/mL. Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) memperlihatkan bahwa perlakuan ekstrak cengkih mengakibatkan perubahan morfologi pada sel V. alginolyticus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cengkih memiliki khasiat sebagai antibakteri terhadap V. alginolyticus. Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan kerapu cantang yang diberi fitobiotik cengkih pada pakan. Penelitian menggunakan wadah akuarium kaca dengan ukuran 60x40x40 cm3 (volume 70 L). Ikan uji yang digunakan berukuran rata-rata panjang total 8.5± 0.08 cm dan berat rata-rata 12.41±0.23 g. Padat tebar ikan uji 12 ekor per akuarium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, masing-masing dengan tiga kali ulangan. Perlakuan level dosis bubuk cengkih yaitu 5, 10, dan 15g/kg pakan dan satu perlakuan kontrol atau tanpa pemberian bubuk cengkih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bubuk cengkih dosis 10 hingga 15g/kg pakan selama 30 hari mampu meningkatkan bobot tubuh ikan sebesar 21.16±1.53 hingga 23.05±2.58 gram dan laju pertumbuhan harian ikan kerapu cantang sebesar 1.75±0.16 hingga 1.99±0.27 persen per hari yang secara signifikan lebih tinggi (P <0,05) dibandingkan dengan kontrol. Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mengevaluasi respons imun non spesifik ikan kerapu cantang yang diberi fitobiotik cengkih terhadap infeksi V. alginolyticus. Dua level dosis bubuk cengkih yang digunakan yaitu 10 g/kg dan 15 g/kg. Perlakuan kontrol atau tanpa pemberian bubuk cengkih terdiri dari kontrol positif (K+) dan kontrol negatif (K-). Pemberian pakan dilakukan selama 14 hari kemudian semua ikan perlakuan diinjeksi secara intramuskular dengan V. alginolyticus (107cfu/mL, 0.1 mL /ikan) terkecuali kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan suplementasi bubuk cengkih mampu meningkatkan nilai kelangsungan hidup relatif yang lebih tinggi dibandingkan kontrol positif setelah sepuluh hari uji tantang. Selain itu pemberian bubuk cengkih juga mampu meningkatkan nilai parameter darah, aktivitas fagosit, aktivitas lisozim secara signifikan (P <0,05) pada hari ke 7 setelah uji tantang dan meningkatkan nilai ekspresi gen imun (hepsidin dan interleukin-1β) secara signifikan (P <0,05) lebih tinggi pada hari ke tiga setelah uji tantang. Dosis perlakuan fitobiotik cengkih terbaik adalah 15 g/kg pakan. Penelitian tahap keempat bertujuan untuk mengevaluasi aplikasi fitobiotik cengkih pada ikan kerapu cantang yang dipelihara di karamba jaring apung (KJA). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, masing-masing dengan tiga kali ulangan. Dua level dosis bubuk cengkih yang digunakan yaitu 10 g/kg dan 15 g/kg dan satu perlakuan tanpa dosis bubuk cengkih (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitobiotik cengkih dengan dosis 15g/kg pakan mampu meningkatkan produksi ikan kerapu cantang sebesar 329.45± 29.6 gram di keramba jaring apung yang signifikan lebih tinggi (P <0,05) dibandingkan dengan kontrol. Secara keseluruhan hasil penelitian ini memperlihatkan mode aksi cengkih sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan, dan merusak morfologi sel V. alginolyticus, sebagai promotor pertumbuhan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu cantang, dan sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan respons imun non spesifik dan ekspresi gen imun ikan kerapu cantang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan fitobiotik cengkih mampu mengendalikan penyakit vibriosis pada ikan kerapu cantang melalui aktivitas antibakteri, meningkatkan respons imun, dan ekspresi gen imun (hepsidin dan interleukin-1β)
Collections
- DT - Fisheries [718]