Kebijakan pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki berkelanjutan di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
View/ Open
Date
2010Author
Kusumawati, Riny
Siregar, Hermanto
Budiharsono, Sugeng
Ridwan, Wonny Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
lndustri alas kaki merupakan salah satu sektor kunci dalam
perekonomian Kabupaten Bogor karena memiliki kontribusi yang cukup besar
dalam pengembangan ekonomi lokal, peningkatan pendapatan pemerintah dan
dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak aktivitas perekonomian industri
alas kaki terhadap lingkungan baik mikro maupun makro, khususnya di
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode
analisis usaha, analisis regresi linear berganda dengan metode two stage least
square, analisis input output lingkungan, analisis keberlanjutan dan penilaian
terhadap pengembangan ekonomi lokal (ALEDIA) yang merupakan modifikasi
dari analisis RALED dan analisis interpretative structural modelling (ISM).
Model regresi pertama yang dihasilkan adalah : volume produksi dugaan
= 15.172 + 0.252 tenaga kerja + 0.771 bahan baku + 16.214 dummy teknologi
produksi. Sedangkan model regresi kedua yang dihasilkan adalah : volume
limbah = 18.141 + 0.685 volume produksi dugaan. Berdasarkan hasil analisis
regresi terlihat bahwa terdapat hubungan yang searah dan pengaruh yang
signifikan antara limbah dengan produksi alas kaki dan antara produksi alas kaki
dengan tenaga kerja, biaya bahan baku dan teknologi produksi. Arah hubungan
yang searah dapat dilihat dari tanda koefisien regresi yang positif. Berdasarkan
hasil analisis regresi tersebut terlihat bahwa setiap penambahan tenaga kerja
sebanyak 1 orang/bulan akan menambah volume produksi sebesar 0.252
kodi/bulan. Demikian pula setiap penambahan bahan baku sebanyak Rp 1
feet/bulan akan menyebabkan penambahan pada volume produksi sebesar
0.771 kodi/bulan. Sedangkan setiap penambahan produksi sebesar 1 kodi/bulan
akan menghasilkan limbah sebanyak 0.685 kg/bulan. Pada variabel teknologi
produksi karena bersifat dummy, diharapkan dengan semakin baik teknologi
produksi alas kaki akan menyebabkan produksi yang dihasilkan semakin
meningkat. Shoes industry is an important sector which contributes significantly to the
national and local government's revenue and advantages to the local community
to reduce unemployment and poverty. The objective of this research is to analyze
local economic development of sustainable shoes industry and to design a
sustainable policy concept with Appraisal for Local Economic Development for
Shoes Industry, especially at Ciomas Bogor Regency. This research is using
financial analysis, multiple regression analysis, environmental input output
analysis, appraisal for local economic development for shoes industry (ALEDIA),
modification from RALED-SBH and interpretative structural modelling (ISM). The
result show that shoes business at Bogor Regency without environmental
internalization is feasible because the value of revenue per cost is 1.58, the value
of break even point is 59.05 kodi/month and the average profit is Rp
14,013, 100/month. With environmental internalization, the result show that shoes
business at Bogor Regency is still feasible because the value of revenue per cost
is 1.55, the value of break even point is 61. 79 kodi/month and the average profit
is Rp 13, 768,433.33/month. Environmental input output analysis shows that
economic activities have impact to the environment and shoes industry use water
direct and indirect as a production input 26,659,394.24 litre and contributes BOD
1,264 mg/litre/year and COD 14,370 mg/litre/year. The sustainability index of
shoes industry at Ciomas is bad/unsustainable (34.84 ). Based on the strategic
policy implementation, the sustainability index of shoes industry at Ciomas Bogor
Regency is become good/sustainable (55.82). The policy of Local Economic
Development Sustainable Shoes Industry at Ciomas Bogor Regency is financing
fasility, protecting local economic development especially shoes business at
Ciomas Bogor Regency and marketing promotion. Because from the
interpretative structural modelling analysis show that the three policies are on the
independence sector (kuadran IV). The three policies have the strong driver
power and the low dependence.