Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.advisorJuanda, Bambang
dc.contributor.authorKreuta, Balthazar
dc.date.accessioned2023-06-14T09:09:49Z
dc.date.available2023-06-14T09:09:49Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119209
dc.description.abstractModel pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan dengan filosofi bila terjadi akumulasi kapital dikalangan kelas atas atau pusat, maka kapital tersebut akan menetes kebawah (tricle down effect). Namun sejarah menunjukkan bahwa "trickle down effect" tidak mampu mengangkat kesejahteraan penduduk. Suatu studi komprehensif antar bangsa yang meliputi 74 negara yang dilakukan oleh Adelman dan Morris (1978), menunjukkan bahwa kenaikan GNP cenderung diikuti oleh suatu penurunan dalam proporsi relatif pendapatan nasional yang diterima penduduk termiskin. Dengan demikian efek tetesan ke bawah tidak terjadi. Sebaliknya, yang terjadi justru penyedotan ke atas (trickle-up effect) atau malahan akan terjadi penyedotan produksi (production squeeze). Hal ini terjadi karena program-program pembangunan direncanakan secara terpusat (top down), yang seringkali tidak sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi dan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat bawah yang menjadi tujuan pembangunan. Pemberdayaan diyakini sebagai sebuah "model pembangunan alternatif" atas model pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan. Pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people centred, participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa disebut sebagai alternative development, yang menghendaki 'inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty" (Kartasasmita, 1997)...dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Argicultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCountry planningid
dc.subject.ddcRural developmentid
dc.titleAnalisis Efektifitas Tata Kelola Program Pemberdayaan Kampung (PPK) Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Perdesaan di Kabupaten Jayapura Provinsi Papuaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordProgram Pemberdayaan Masyarakatid
dc.subject.keywordDampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Perdesaanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record