Show simple item record

dc.contributor.advisorSaeni, Muchammad Sri
dc.contributor.advisorSanim, Bunasor
dc.contributor.advisorBudiarti, Sri
dc.contributor.authorDulmansyah, Iwan
dc.date.accessioned2023-06-14T06:30:33Z
dc.date.available2023-06-14T06:30:33Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119165
dc.description.abstractTujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis situasi pangan dan gizi penduduk di Propinsi Lampung selama krisis, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menganalisis ketersediaan energi dan protein penduduk, konsumsi energi dan protein penduduk, dan kecukupan energi dan protein penduduk serta status gizi penduduk di daerah desa tertinggal. Manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan kepada pemerintah daerah Propinsi Lampung, sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan pangan dan gizi di daerah dalam bidang produksi, distribusi, maupun konsumsi, pada implementasinya dimasing-masing sektor. Pada tahun 1999, keadaan situasi pangan dan gizi di Propinsi Lampung menunjukkan gambaran sebagai berikut: Dari sisi ketersediaan pangan penduduk berdasarkan hasil perhitungan dengan metode NBM, diperoleh ketersediaan energi sebesar 2646 Kal per kapita per hari, dan protein sebesar 57,53 g per kapita per hari. Dari sisi konsumsi energi danprotein yang nyata adalah masing-masing sebesar 1894 Kal dan 43,90 g per kapita per hari. Dari sisi kecukupan diperoleh angka kecukupan energi dan protein rata-rata penduduk masing-masing 2139 Kal dan 43,95 g per kapita per hari Berdasarkan perbandingan ketiga aspek situasi pangan dan gizi, diperoleh ketersediaan energi dan protein penduduk terhadap kecukupan rata-rata energi dan protein penduduk, adalah masing-masnig sebesar 123,7% untuk energi, dan 130,89% untuk protein. Berarti ketersediaan energi dan protein melebihi kecukupan energi dan protein rata-rata penduduk yang dianjurkan. Sedangkan perbandingan dari sisi konsumsi ettergi dan protein penduduk, diperoleh masing-masing sebesar 86,5% dan 99,0% dari kecukupan energi dan protein rata-rata penduduk. Dari perbandingan konsumsi energi dan protein penduduk dengan ketersediaan energi dan protein penduduk per kapita per hari, diperoleh konsumsi energi sebesar 71,57%, sedangkan konsumsi protein sebesar 84,68%. Berarti ketersediaan pangan penduduk telah mencukupi. Status gizi yang diwakili oleh status gizi anak sekolah di desa tertinggal, berdasarkan pengukuran TB-U diperoleh 0,8-1,6% gizi buruk dan 44,9-49,7% gizi kurang, selebihnya berstatus gizi baik. Beras memberikan kontribusi terhadap ketersediaan energi sebesar lebih dari 50%, dari sisi konsumsi energi, beras memberikan kontribusi sebesar 58%, berarti beras merupakan bahan makanan pokok yang penting bagi penduduk. Selama krisis ekonomi, tidak tejadi kesenjangan yang nyata antara penduduk kaya dan miskin, yang terjadi adalah penurunan pendapatan yang diikuti dengan penurunan pengeluaran untuk pangan. Penurunan ini erat kaitannya dengan penurunan lapangan kerja penduduk. Keadaan krisis ekonomi tidak menimbulkan masalah kekurangan gizi yang memprihatinkan. 80% penyakit penyebab kesehatan masyarakat di daerah ini adalah diakibatkan karena buruknya keadaan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Meningkatnya jarak pelayanan kesehatan diakibatkan juga dengan semakin menurunnya pendapatan penduduk, semakin memperkuat anggapan bahwa pelayanan kesehatan itu semakin mahal. PMT-AS yang dilaksanakan selama ini tidak menunjukkan arti yang bermakna bagi konsumsi energi dan protein, maupun zat gizi lainnya, karena makanan yang diberikan bukan murupakan makanan tambahan, tetapi sebagai substitusi dari makan di rumah, sedangkan upaya pemberian tablet besi pada anak sekolah memberikan arti yang cukup bermakna bagi penurunan penderita anemia karena kekurangan zat besi..id
dc.description.abstractThe general aim of this research analysed the situation of food and nutrition in Lampung, with the community nutritional status impact in under developed villages during economic crisis. The other particularly aim was to know the food supply (energy and protein food supply), energy and protein food consumption, energy and protein needs by person (Regional Recommended Dietary Allowance), Community nutritional status (particularly students of primary school). And food supply prediction comparation by national food ideal for consumption indicated for food production projection. The benefit of research as input to Regional Food Policy Planning to suggested the Regional Government for increase food production, distribution sector guidance. The study figured the situation of food and nutrition aspects in Province of Lampung, in 1999. Firstly aspect based by Food Balance Sheets showed energy food supply about 2.646 calorie per capita per day and protein food supply about 57,53 gram per capita per day. Secondly aspects depicted by the real community food consumption based by Regional Food Consumption Surveys Integrating with Susenas 1999, was founded energy and protein food consumption, per capita per day, each other about 1984 caloric and 43,90 gram. Thirdly aspects based by calculated of Regional Recommended Dietary Allowance (RDA), of Energy and Protein Community Levels, per capita per days thereabout 2139 calorie and 43,95 gram. We also depicted another aspect about Community Nutritional Status, represented by the primary school students anthropometrical data in the underdeveloped villages was about (0,8 1,6) percent severe Protein Energy Malnutrition (PEM), (44,749,7) percent moderate PEM and other was well nourish. The comparation between food supply and RDA recorded about 123,7 percent for energy and 130,87 for protein. It means that energy and protein of food supplies was higher than RDA. In other comparation of food consumption levels and RDA showed 86,5 percent for energy and 99,0 percent for protein was lower than RDA. Meanwhile, in other side comparation between food consumption levels and food supplies was about 71,57 percent for energy, and 84,68 percent for protein, it means that food supplies were much enough. Rice becomes the most importance commodities. It ruled contributing in energy and protein of food supply, and also in energy and protein community food consumption. During economic crisis in Lampung, the social economic condition was relative moderate. The gap between rich and poor were relative less. The crisis did not bring the situation "at risk" to starvation or severe malnutrition. Less than 80 percent of the morbidity rate of disease, recorded by Puskesmas during crisis, caused by worst personal bygiene and poor sanitation facilities particularly in slum and rural area. B The implementation of school feeding programme did not increase energy and protein food consumption even their nutrients. Because the school feeding were food upplementary iron tablet in school decreased anaemia prevalence significantly.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcFood Consumptionid
dc.titleKetersediaan dan konsumsi pangan penduduk di Propinsi Lampung: suatu analisis sumberdaya pangan dan status gizi penduduk Daerah tertinggal di Propinsi Lampung selama krisis tahun 1995-1999id
dc.title.alternativeCommunity Food Supply And Food Consumption In Province Of Lampung (An Analysis of Food Resources and the Community Nutritional Status in the Underdeveloped Villages During Economic Crisis in 1995 - 1999)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordFood supplyid
dc.subject.keywordNutritionid
dc.subject.keywordFood Securityid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record