dc.description.abstract | Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Hasil dari proses belajar dalam ranah kognitif berupa perolehan nilai, akan mencerminkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kemampuan siswa dapat dikategorikan dalam biasa, cerdas dan sangat cerdas.
Akselerasi adalah pelayanan pendidikan bagi siswa berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa dalam bentuk kelas khusus dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan kelas reguler. Program akselerasi memungkinkan siswa yang sangat cerdas untuk loncat kelas dan mempersingkat masa studi siswa. Program akselerasi ini diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Penyelenggaraan program akselerasi tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Jambi sudah berlangsung dari tahun 2002. Mulai tahun 2009, pelaksanaan program akselerasi tingkat SMA sudah ditiadakan dan diganti dengan program kelas bertaraf internasional (RSBI).
Informasi awal menyebutkan bahwa siswa yang pernah mengikuti program akselerasi SD atau SMP tersebar dalam berbagai program kelas di SMA. Untuk menyelidiki pengaruh keikutsertaan siswa dalam program akselerasi SD atau SMP pada hasil belajar di SMA dibutuhkan kelompok pembanding dalam penelitian. Salah satu metode pengambilan contoh yang dapat digunakan adalah matched case-control study. Metode ini membentuk contoh dalam dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan jumlah contoh pada kedua kelompok ini ditentukan dengan padanan (matching) tertentu. Kasus ditelusuri ke 11 SMA Negeri dan 1 SMA Unggul yang ada di kota Jambi dengan menggunakan teknik pengambilan contoh bola salju (snowball sampling). Kontrol dipilih secara acak tanpa memperhatikan asal SD dan SMP yang sama dengan kasus. Pemilihan kontrol hanya berdasarkan prinsip bahwa contoh bukan berasal dari program akselerasi SD atau SMP. Berhubung pengambilan contoh untuk kontrol ini tidak murni berbasis padanan kasus, maka penelitian ini tidak sepenuhnya menggunakan konsep matched case-control, sehingga studi ini dinamakan pseudo-matched case-control. Asumsi yang digunakan adalah faktor-faktor lain selain program akselerasi itu sendiri adalah sama atau tidak ada faktor pembaur (confounding factors) dalam penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer hasil tes dan kuesioner yang diberikan kepada siswa yang menjadi contoh penelitian. Dari kuesioner diperoleh 25 peubah dan tes hasil belajar menghasilkan 1 peubah. Dari 26 peubah terdapat 4 peubah kuantitatif yaitu hasil belajar, IQ, umur dan jumlah saudara. Peubah penjelas yang berupa kategorik selanjutnya diubah menjadi peubah boneka dengan 2 kategori. Peubah boneka ini akan digunakan pada....dst | id |