dc.description.abstract | Fiber Cracking Technology (FCT) merupakan terobosan dalam teknik
pemprosesan bahan pakan berserat tinggi dengan kelebihan pada kecepatan waktu
pemprosesan yaitu ± 2 jam dan efektif merusak kuatnya ikatan lignoselulosa bahan.
Metode FCT mengkombinasikan teknik pemprosesan secara kimia menggunakan
amoniasi urea dan pemprosesan fisik menggunakan suhu dan tekanan dalam sebuah
tabung inkubator. Hasil ikutan (by product) pertanian dan perkebunan yang banyak
dihasilkan di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ruminansia
seperti jerami padi dan pelepah sawit. Kehadiran FCT dapat mempercepat
pemprosesan bahan pakan by product, hasilnya dapat menurunkan kandungan
selulosa ± 12% dan lignin ± 3% pada jerami padi, begitu juga menurunkan
kandungan selulosa ± 15% dan lignin ± 3% pada pelepah sawit. Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang menggunakan FCT, didapatkan kelemahan pada
kondisi hasil olahan FCT yaitu bahan pakan cenderung basah akibat dari uap air
panas saat pemprosesan. Kondisi demikian mengakibatkan bahan pakan mudah
rusak, busuk dan tidak dapat lama diberikan untuk ruminansia. Diperlukan
pengembangan dalam menjaga kualitas hasil olahan FCT yaitu dengan teknologi
fermentasi. Penelitian ini bertujuan menerapkan teknologi fermentasi dengan FCT
pada pengolahan pakan jerami padi dan pelepah sawit, mengevaluasi penggunaan
zat aditif terhadap kualitas fermentasi jerami padi dan fermentasi pelepah sawit
hasil FCT, menguji tingkat degradasi fermentasi jerami padi dan fermentasi pelepah
sawit hasil FCT secara In-Vitro dan In-Sacco. Manfaat penelitian adalah untuk
meningkatkan kualitas dan daya guna pakan jerami padi dan pelepah sawit secara
signifikan bagi ternak ruminansia dan secara khusus dapat meningkatkan masa
pakai bahan pakan hasil FCT bagi ruminansia. Kebaruan penelitian ini adalah
membuat inovasi penggabungan teknologi fiber cracking technology dan teknologi
fermentasi (fermentasi) untuk mendapatkan pakan lebih degradable dan awet
penggunaannya, mendapatkan zat aditif terbaik kombinasi fermentasi dan fiber
cracking technology untuk mengoptimalkan kualitas pakan, serta mendapatkan
nilai degradasi bahan pakan tersebut pada pengujian In-Vitro dan In-Sacco.
Hipotesis penelitian adalah fermentasi dapat mencegah kerusakan pakan hasil FCT
yang cendrung lembab atau basah, kualitas fermentasi FCT jerami padi dan pelapah
sawit lebih terjaga dengan penambahan zat aditif fermentasi, meningkatnya nilai
biologis pakan hasil fermentasi dan FCT secara In-Vitro dan In-Sacco.
Penelitian terdiri dari tiga bagian: (1) Evaluasi kualitas jerami padi fermentasi
kombinasi FCT dengan aditif berbeda, (2) Evaluasi kualitas pelepah sawit
fermentasi kombinasi FCT dengan aditif berbeda, dan (3) Kinetika degradasi In-
Sacco fermentasi FCT jerami padi dan fermentasi FCT pelepah sawit. Penelitian
bagian 1 dan 2 dikerjakan terpisah tetapi memiliki tahapan yang sama. Pemprosesan
FCT dimulai dengan amoniasi larutan urea 3% dari berat bahan pakan, rasio urea
dan air 1:2 (w/v), kemudian diinkubasi dalam karung selama satu jam. Dimasukan
dalam tabung inkubator FCT bervolume 50 L dengan pengaturan alat: temperatur
135 oC, tekanan 2,3 atm, waktu dua jam. Setelah proses FCT selesai, jerami padi/
pelepah sawit didiamkan sampai temperatur pada kisaran 38 – 39 oC, kemudian
dilakukan penamabahan bahan aditif fermentasi sesuai perlakuan yaitu molases (1-
2%), enzim selulase (1-2%) dan inokulum bakteri asam laktat (BAL) sebanyak
0,1%. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat
ulangan jerami padi dan lima ulangan pelepah sawit. Proses fermentasi dilakukan
secara anaerob menggunakan plastik vakum kemudian diinkubasi selama 30 hari
pada suhu ruang. Saat panen fermentasi jerami padi dan pelpah sawit, dilakukan
analisis untuk mengetahui kualitas fermentasi yaitu nilai pH, bahan kering panen
(BK), total BAL, konsentrasi asam laktat dan NH3-N. nilai pH hasil fermentasi FCT
jerami padi dan pelepah sawit diperoleh ± 8 dan ± 5. Hasil analisis proksimat
terhadap kandungan BK, BO, PK, LK, abu diperoleh lebih tinggi pada perlakuan
kombinasi fermentasi dan FCT dibanding kontrol. Bahkan perlakuan fermentasi
dapat mempertahankan kandungan nutrisi bahan pakan selama inkubasi 30 hari.
Peningkatan kandungan PK jerami padi adalah 4,60% (kontrol) dan 11,24%
(JFS+MEB) dengan aditif 1% 1molases, 1% enzim selulase dan BAL. Sedangkan
peningkatan kandungan PK pelepah sawit adalah 2,47% (PS) dan 11,98%
(PFS+M2EB) dengan aditif 2% molases, 1% enzim selulase dan BAL. Penurunan
fraksi serat kandungan NDF, ADF dan hemiselulosa pada bahan pakan jerami padi
dan pelepah sawit dengan perlakuan FCT dan mampu bertahan selama proses
fermentasi 30 hari. Produksi gas pada kecernaan In-Vitro jerami padi menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05) namun pelepah sawit tidak berbeda nyata (P>0,05), begitu
juga dengan produksi gas CH4. Total VFA pada sampel fermentasi dan FCT lebih
tinggi dibanding kontrol baik sampel jerami padi maupun pelepah sawit. Perubahan
gugus fungsi hasil analisis FTIR pada sampel perlakuan kedua bahan pakan dan
analisis XRD untuk mengidentifikasi fasa kristalinitas dan amorf dalam sampel
juga menunjukkan pengaruh berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05). Terjadi
penurunan bagian kristalin pada selulosa jerami padi maupun pelepah sawit dengan
perlakuan fermentasi dan FCT dan terjadi peningkatan bagian amorf yang
memungkinkan kemudahan degradasi serat oleh mikroorganisme rumen yang
akhirnya peningkatan kecernaan In-Vitro pada jerami padi dan pelepah sawit.
Bagian ke-3 penelitian, uji coba degradasi jerami padi dan pelepah sawit
fermentasi dengan penambahan aditif kombinasi hasil FCT ditingkatkan
menggunakan metode In-Sacco. Metode In-Sacco merupakan teknik standar uji
kecernaan yang memiliki korelasi erat dengan metode in vivo atau pengujian pakan
langsung ke ternak. Melalui metode kecernaan In-Sacco dapat diketahui
karakteristik degradasi komponen nutrient bahan pakan fermentasi jerami padi dan
pelepah sawit hasil FCT. Hasil uji kecernaan In-Sacco pada penelitian ini, diperoleh
nilai degradasi bahan kering (DBK) dan degradasi bahan organik (DBO) pada
jerami padi hasil FCT (JPF) paling tinggi dibanding perlakuan dengan fermentasi.
Sedangkan pelepah sawit menunjukan DBK lebih tinggi pada gabungan fermentasi
dan FCT (PSFE). Respon mikroorganisme rumen berbeda dalam mendegradasi,
yaitu jerami padi didegradasi lebih banyak disbanding pelepah sawit. Nilai
degradasi efektif BK dan BO (DE BK dan DE BO) paling tinggi pada sampel JPFE
yaitu 71,78% dan 67,20%. Sedangkan DE BK dan DE BO pelepah sawit untuk
sampel PSFE adalah 42,85% dan 53,49%. Begitu juga hasil kinetika degradasi
bahan kering (DBK) dan kinetika degradasai bahan organik (DBO) lebih tinggi
pada sampel JPFE disbanding PSFE. Kerusakan ikatan lignoselulosa pada dinding
sel sampel terlihat jelas melalui gambar permukaan sampel hasil analisis Scanning
Electron Microscopy (SEM) yang lebih rusak pada sampel dengan perlakuan
fermentasi dan FCT.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan fermentasi pada hasil FCT jerami
padi dan pelepah sawit dengan aditif berbeda dapat mempertahankan kualitas bahan
pakan terutama kandungan BK, BO dan PK serta menurunkan fraksi serat, merusak
ikatan lignoselulosa. Bagian amorf jerami padi dan pelepah sawit dengan perlakuan
fermentasi dan FCT mengalami peningkatan sehingga lebih mudah didegradasi
mikroorganisme rumen. Penambahan bahan aditif fermentasi yaitu molases, enzim
selulase dan BAL mampu meningkatkan KCBK, KCBO jerami padi dan pelepah
sawit hasil FCT. | id |