dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
mangrove tinggi, dari 15,9 juta ha luas hutan mangrove dunia, sekitar 3,7 juta ha
atau 24%-nya berada di Indonesia. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi
potensi dan jenis pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat lokal; (2)
menganalisis nilai ekonomi dari ekosistem mangrove;(3) menganalisis alternatif
pemanfaatan strategis untuk ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus (case study), metode pengambilan sampel
digunakan adalah purposive sampling atau sengaja. Jumlah responden sebanyak
138 dari rumah tangga perikanan (RTP) dan non RTP. Data dianalisis dengan
consumer surplus, optimal pemanfaatan (household model), total nilai ekonomi
(TEV) dan multi criteria analysis (MCA).
Hasil yang diperoleh bahwa utility terbesar adalah dari hasil kepiting sebesar
Rp19.770.799,11 dengan konsumen surplus sebesar Rp17.664.744,08.
Keuntungan optimal tertinggi dari jenis pemanfaatan kepiting sebesar
Rp12.883.900,00 untuk 11 (sebelas) rumah tangga perikanan. Keuntungan
optimal terendah diperoleh dari hasil pemanfaatan tambak udang sebesar
Rp(3.165.590,70). Proporsi terbesar adalah dari manfaat tidak langsung dengan
persentase 83,71% dengan nilai sebesar Rp1.039.474.428,00 per tahun. Nilai
ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Barru yang seluas 6.23 ha
untuk hutan mangrove dan 127,60 ha untuk tambak per tahun sebesar
Rp1.241.763.891,75.
Alternatif pemanfaatan yang menjadi pilihan prioritas, berdasarkan
keseimbangan antara indikator untuk kriteria efisiensi dengan kriteria ekologi,
antara kriteria efisiensi dengan equity, baik pada tingkat suku bunga rill 4,12%
maupun suku bunga rill 3,55%, adalah pertama alternatif pemanfaatan V (hutan
mangrove 100% dan tambak 0%), prioritas kedua adalah alternatif pemanfaatan
IV (hutan mangrove 8,73 ha dan tambak monokultur udang 0 ha, tambak
monokultur ikan Bandeng 104,05 ha, serta tambak polikultur 21,00 ha).
Alternatif pemanfaatan III, II dan I tidak menjadi pilihan dalam alternatif
pengelolaan karena menunjukkan nilai yang sangat tidak efisien. | id |