Pengembangan Kultur Mamosfir Asal Sel Kelenjar Susu Macaca fascicularis dan Responnya Terhadap Pemberian Genistein
View/ Open
Date
2018Author
Mariya, Silmi
Sajuthi, Dondin
Suparto, Irma H
Iskandriati, Diah
Dewi, Fitriya
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelenjar susu mengandung sel punca dewasa dengan kemampuan selfrenewal,
yang diduga menjadi target utama untuk transformasi yang dapat
menyebabkan kanker payudara. Mempelajari mekanisme pencegahan terjadinya
kanker payudara harus menggunakan kultur sel kelenjar susu normal yang sampai
saat ini belum tersedia secara komersial, model kultur kelenjar susu yang ada hanya
mewakili populasi tertentu, yakni populasi wanita menopause.
Mon yet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu jenis satwa
primata yang banyak dimanfaatkan dalam penelitian biomedis. Spesies ini
mempunyai struktur kelenjar susu yang sama dengan manusia meliputi anatomi,
endokrinologi, tahapan perkembangan, histologi serta profil lobus kelenjar susu.
Penggunaan sel punca dari satwa primata sangat penting untuk menjembatani
kesenjangan pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian sel punca menggunakan
rodensia untuk kepentingan uji klinis pada manusia.
Penelitian ini bertujuan rnengernbangk:an model in-vitro sel kelenjar susu tiga
dimensi (mamosfir) yang dapat memperkaya populasi sel punca kelenjar susu dan
mampu berdiferensiasi menjadi sel-sel kelenjar susu. Pemberian genistein
dievaluasi untuk melihat efeknya terhadap kemampuan sel dalam membentuk
mamosfir dan mengekpresikan marka epitel, marka sel punca kelenjar susu dan
pluripotensi.
Mamosfir yang dikembangkan ini berasal dari kultur sel kelenjar susu
Macaca fascicularis (MfMG), hasil koleksi melalui metode biopsi, dikultur
menjadi sel monolayer dan kemudian disimpan dalam keadaan beku. Sediaan sel
beku diharapkan akan menjadi sumber sel untuk kultur mamosfir sehingga dapat
menghindari atau mengurangi metode invasif pada hewan, apabila diperlukan
kembali pengambilan jaringan kelenjar susu.
Sel kelenjar susu dikultur dan dibuat sediaan beku dari setiap pasase selnya.
Sel kelenjar susu dari sediaan beku ditumbuhkan kembali, dan pasase dilakukan
setiap 7 hari. Populasi sel dihitung dan ditumbuhkan kembali untuk membentuk
mamosfir turunannya. Validasi marka, sel epitel (CK18 dan CD24), sel punca
kelenjar susu (ITGBI dan ITGA6) dan pluripotensi (NANOG, OCT4, SOX2)
dilakukan pada setiap pasase menggunakan teknik Reverse Transcriptase
quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR). Diferensiasi sel punca
dilakukan dengan teknik: kultur 2 dimensi dengan menumbuhkan sel pada lempeng
kultur membentuk monolayer dan teknik 3 dimensi dengan menumbuhkan
mamosfir pada matrigel untuk membentuk organoid, yang menyerupai kelenjar
susu in vivo. Genistein ditambahkan pada populasi mamosfir dengan tiga
konsentrasi berbeda yaitu 1 μM, 10 μM dan 100 μM.
Sel tunggal asal MfMG berhasil dikultur dan mengekspresikan marka sel
epitel, marka sel punca kelenjar susu, dan marka sel punca mesenkimal. Hasil ini
menunjukkan bahwa model kultur sel ini dapat dijadikan model in vitro untuk
memperoleh populasi sel punca kelenjar susu dan kultur sel inijuga dapat berfungsi sebagai reservoir populasi sel punca untuk rnernperoleh ku)tur sel punca tertentu di rnasa yang
akan datang. Marnosfir dari sel sediaan beku MfM.G berhasiJ dikultur, terarnati pada hari ke-3
rnernbentuk sphere dan rnultiselular, jurnlah rnarnosfir menurun pada sphere turunannya tetapi
menunjukkan peningkatan ekspresi sel punca kelenjar susu, seiring dengan penurunan marka sel epitel
dan pluripotensi ada setiap pasase, hal ini menunjukkan bahwa marnosfir marnpu meningkatkan
•OJ?ulasi sel punca dan bersifat rnultipoten. Sel punca kelenjar susu berhasil rtliferensiasi
ditandai dengan ekspresi marka CSN2 dan regulator diferensiasi TAT5 dan GATA3. Pemberian genistein
pada marnosfir meningkatkan jurnlah arnosfir sesuai dengan bertarnbahnya konsentrasi genistein
dan terjadi ningkatan ekspresi marka sel punca kelenjar susu yang lebih tinggi dari rnarka
.1epitel dan pluripotensi. Penernuan 1m rnenunjukkan rnarnosfir dapat elijadikan model
in-vitro untuk mempelajari mekanisme dalarn pencegahan
rjadinya kanker payudara.