Show simple item record

dc.contributor.advisorSetiadi, Agus
dc.contributor.advisorTumbelaka, Ligaya ITA
dc.contributor.authorSuprihatin, Novi
dc.date.accessioned2023-06-06T06:59:19Z
dc.date.available2023-06-06T06:59:19Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118494
dc.description.abstractPenelitian tentang sinkronisasi estrus, profil progesteron post-sinkronisasi dan kebuntingan dini telah dilakukan pada 16 ekor sapi perah betina laktasi Frisian Holstein. Hewan perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I disinkronisasi dengan injeksi prostaglandin F2α (PGF2α,Lutalyse®) 25 mg/ekordua kali dengan selang waktu 11 hari kemudian dilakukan Inseminasi Buatan (IB) sebanyak dua kali pada 72 jam dan 96 jam setelah penyuntikan PGF2αkedua(FTAI = Fixed Timed Insemination). Kelompok II disinkronisasi dengan implan progesteron-CIDR® selama 11 hari. Pada saat pencabutan CIDR®, sapi diinjeksi PGF2αsebanyak25 mg/ekorkemudian dilakukan IB pada 48 jam dan 72 jam sesudah pencabutan implan CIDR®. Sampel air susu diambil H-1, H0, H1, H3, H5 dan H7 setelah IB pertama untuk mengetahui profil progesteron setelah sinkronisasi, sedangkan untuk pemeriksaan kebuntingan dini, pengambilan sampel air susu dilakukan H21, H24 dan H27 setelah IB pertama. Sampel airsusu dianalisis dengan metoda Radioimmunoassay (RIA). Palpasi per rektal untuk memastikan kebuntingan dilakukan 60 hari setelah IB pertama. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi progesteron air susu (nmol/l) yang cukup tajam pada saat pelaksanaan IB pertama (H0) pada kelompok PGF2α dan kelompok CIDR®(0,84; 0,49 vs 0,92; 0,32) yang mengindikasikan terjadinya estrus. Kenaikan konsentrasi progesteron mulai hari H1, H3, H5, H7 setelah IB pertama pada kelompok PGF2α bersifat gradual (0,52; 0,68; 1,17; 1,69), sedangkan kelompok CIDR®bersifat fluktuatif (0,21; 0,39; 0,33; 1,61). Konsentrasi progesteron kedua kelompok mengalami kenaikan signifikan padaH7yang mengindikasikan aktifitas corpus luteum fungsional. Dengan hasil konsentrasi progesteron dari sapi betina yang disinkronisasikan dengan PGF2α dan CIDR®pada H21, H24 dan H27 berturut-turut sebesar 3,63; 3,51; 1,58 dan 2,50; 2,79; 4,35nmol/l mengindikasikan kemungkinan adanya kebuntingan. Sedangkan pada sapi perlakuan yang tidak bunting, konsentrasi hormon progesteron rendah sebesar 0,63; 0,42; 1,41 vs 0,20; 0,27; 1,33 nmol/l. Hasil pemeriksaan palpasi per rektal H60 setelah IB pertama menunjukkan bahwa 5 ekor sapi perlakuan dengan konsentrasi progesteron air susu yang tinggi pada H21sampai denganH27 IB pertama positif bunting (62,5%) pada masing-masing kelompok. Dapat disimpulkan bahwa sinkronisasi estrus dengan menggunakan PGF2α atauCIDR® pada sapi perah laktasi, menghasilkan respon dan tingkat kebuntingan yang sama sertamenunjukkan profil P4 normal pada sapi betina laktasi. Pengukuran konsentrasi progesteron air susu dengan metode RIA efektif digunakan untuk deteksi kebuntingan dini mulai hari H21 hingga H27 dari IB pertamaid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Argicultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal husbandryid
dc.subject.ddcCattleid
dc.titleProfil progesteron susu dan tingkat kebuntingan setelah sinkronisasi PGF 2a atau progesteron-CIDR pada sapi perahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordEstrous synchronizationid
dc.subject.keywordMilk progesteronid
dc.subject.keywordPregnancy rateid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record