Aktivitas Antimikroba Sekresi Kulit Katak Merah (Leptophryne cruentata) dan Katak Pohon Jawa (Rhacophorus javanus).
View/ Open
Date
2012Author
Pinontoan, Sabrina
Artika, Made
Kusrini, Mirza
Metadata
Show full item recordAbstract
Eksplorasi senyawa bioaktif amfibi terutama untuk spesies-spesies yang ada di Indonesia masih jarang dilakukan. Identifikasi jenis senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Batrachochytrium dendrobatidis (Bd) bahkan beberapa mikroba, dapat menjadi dasar untuk pengembangan senyawa bioaktif untuk tujuan konservasi, menyediakan informasi mengenai senyawa bioaktif yang dapat digunakan untuk mekanisme pertahanan alami terhadap mikoorganisme dan juga untuk tujuan medis yang berguna bagi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas senyawa bioaktif hasil sekresi kulit dua jenis katak endemik yaitu katak merah (Leptophryne cruentata) dan katak pohon Jawa (Rhacophorus javanus Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2011 sampai dengan November 2011. Pengambilan sampel dilakukan di Taman Nasional Gede Pangrango, analisis laboratorium dilakukan di Departeman Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Mikologi dan Laboratorium Bakteri Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Metode yang digunakan untuk uji antimikroba menggunakan metode difusi sumur agar. Zona hambat diamati pada cawan petri setelah diberikan perlakuan yang merepresentasikan aktivitas antimikroba. Diameter zona bening di sekitar sumur yang berisi sampel sekresi diukur dan dibandingkan dengan diameter zona bening di sekitar sumur yang berisi kontrol positif dan kontrol pelarut. Diameter zona bening sampel sekresi lebih kecil dibandingkan diameter zona bening kontrol positif sehingga direkomendasikan konsentrasi sampel sekresi yang lebih tinggi untuk menghasilkan daya hambat seefektif kontrol positif. Penggunaan kontrol pelarut bertujuan untuk memastikan bahwa diameter zona hambat sampel sekresi yang dihasilkan bukan pengaruh dari pelarut, tetapi murni dari senyawa aktif dalam sampel sekresi tersebut. Pengukuran zona bening yang terbentuk di sekitar sumur menunjukkan bahwa kemampuan sekresi kulit katak Rhacophorus javanus lebih besar dibandingkan sekresi kulit katak Leptophryne cruentata untuk menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli dan aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini berbeda dengan zona bening yang terbentuk di sekitar sumur pada media jamur Trichophyton mentagrophytes dimana kemampuan sekresi kulit katak Rhacophorus javanus lebih kecil dibandingkan sekresi kulit katak Leptophryne cruentata untuk menghambat aktivitas jamur Trichophyton mentagrophytes. Analisis senyawa yang terdapat dalam sampel, menggunakan alat GC-MS (Gas Chromatogaphy - Spektrometer Massa). Pemilihan sampel untuk analisis GC-MS berdasarkan kemampuan sampel dalam menghambat pertumbuhan mikroba yang diamati pada diameter zona bening terbesar untuk masing-masing katak. Senyawa sekresi kulit katak Rhacophorus javanus yang terdeteksi dengan instrumen ini antara lain amina, asam lemak, asam organik, steroid, alkana, vitamin E, alkohol, dan keton. Senyawa-senyawa yang terdeteksi pada sekresi kulit katak Leptophryne cruentata terdiri atas asam lemak, asam organik, amina, amida, alkana, alkohol, steroid, dan asam benzoat. Keberadaan amina pada kedua jenis...dst