Show simple item record

dc.contributor.advisorKaswadji, Richardus F.
dc.contributor.advisorBengen, Dietriech G.
dc.contributor.advisorHutomo, Malikusworo
dc.contributor.authorSupriadi
dc.date.accessioned2023-05-10T07:05:12Z
dc.date.available2023-05-10T07:05:12Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117462
dc.description.abstractSalah satu ekosistem yang penting di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan adalah padang lamun yang berperan secara ekologis maupun ekonomis. Beberapa tahun terakhir peran padang lamun sebagai salah satu penyerap dan penyimpan karbon di perairan laut mulai didiskusikan. Sebelumnya perhatian hanya tertuju pada peran vegetasi darat sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Sebagai salah satu bentuk perhatian pakar terhadap peran vegetasi pantai, termasuk lamun sebagai penyerap dan penyimpan karbon, telah diperkenalkan konsep blue carbon pada tahun 2009. Hasil penyerapan karbon pada proses fotosintesis disimpan sebagai stok karbon, atau dialirkan ke beberapa kompartemen, seperti sedimen, herbivora dan ekosistem lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi stok karbon komunitas lamun dan aliran karbon dari stok di atas substrat ke beberapa kompartemen, yaitu herbivora melalui aktifitas grazing dan produktivitas serasah, baik yang melayang maupun tenggelam. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2010 sampai Bulan November 2011 di Pulau Barranglompo Makassar. Stok karbon didapatkan melalui konversi dari biomassa dengan menggunakan hasil analisis konsentrasi karbon jaringan lamun. Produktivitas daun dan rhizoma didapatkan dengan menggunakan metode penandaan dan volumetrik, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Laju grazing diestimasi dari hasil perkalian antara daya grazing individual bulu babi yang dilakukan di akuarium dengan kepadatan bulu babi di lapangan. Sementara laju grazing herbivora lain dilakukan secara in situ dengan melihat pengurangan biomassa tegakan lamun yang dibiarkan selama 24 jam. Total produktivitas lamun sebesar 0.780 gC/m2/hari, dengan kisaran 0.206-1.528 gC/m2/hari. Produktivitas rhizoma jauh lebih rendah dibanding produktivitas daun, yaitu rata-rata 0.026 gC/m2/hari dengan kisaran 0.0127-0.0502 gC/m2/hari. Ditemukan tiga jenis lamun yang mempunyai kontribusi besar terhadap produktivitas lamun yaitu E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata. Pulau Barranglompo mempunyai luas lamun sebesar 643 367 m2 (64.3 ha) atau lebih dari tiga kali luas pulaunya (20.64 ha), dengan potensi stok karbon rata-rata sebesar 73.86 ton. Stok karbon tersebar di sisi selatan, barat dan utara, sementara stok karbon di sisi timur relatif sempit. Stok karbon di bawah substrat berperan besar terhadap penyimpanan karbon yang mencapai rata-rata 76.3% atau lebih dari 2/3 dari total stok karbon. Dua jenis lamun yang berkontribusi besar terhadap stok karbon yaitu jenis E. acoroides dan T. hemprichii, keduanya berkontribusi lebih dari 90% dari total stok karbon, atau masing-masing 52.06 ton (70.3%) oleh E. acoroides dan 17.86 ton (24.1%) oleh T. hemprichii. Total produksi serasah mencapai 0.1830-1.3077 gCm2/hari, yang terdiri dari serasah tenggelam 0.1309-0.8664 gCm2/hari, sementara serasah yang melayang sebesar 0.0517-0.5443 gCm2/hari. Fluktuasi produksi serasah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan seperti gelombang, arus dan keterbukaan terhadap sinar matahari pada periode tertentu. Jenis lamun E. acoroides dan T. hemprichii berkontribusi besar terhadap produksi serasah. Total grazing herbivora berkisar 0.045-0.103 gCm2/hari. Grazing bulu babi berkisar 0.0036-0.0237 gCm2/hari, relatif kecil dibanding grazing herbivora lain 0.0159-0.2365 gCm2/hari. Jenis bulu babi yang berkontribusi besar terhadap bujet karbon ke herbivora adalah D. setosum karena kepadatan yang tinggi dan T. gratilla karena daya grazing yang tinggi. Secara keseluruhan neraca karbon yang keluar dari stok di atas substrat mencapai 61.7 gC/m2/hari. Karbon terbesar melalui serasah yaitu lebih dari 88% dari total neraca karbon, terdiri dari serasah yang melayang hampir 27% dan serasah yang tenggelam sekitar 62%. Karbon melalui jalur herbivora hanya sekitar 11%, terdiri dari karbon ke bulu babi lebih dari 1% dan herbivora lain sekitar 10% dari total neraca karbon. Peran kunci lamun sebagai penyimpan karbon terletak pada jaringan bawah substrat, sementara jenis lamun yang berperan penting adalah E. acoroides dan T. hemprichii. Neraca karbon terbesar melalui aliran serasah, terutama serasah yang tenggelam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcIlmu Kelautanid
dc.titleStok dan Neraca Karbon Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassarid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordBarranglompoid
dc.subject.keywordseagrassid
dc.subject.keywordcarbon stockid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record