Deteksi Bruselosis pada Kambing di Pulau Jawa dan Pengembangan Indirect Enzyme Linked Immunosorbent Assay (I-ELISA) untuk Diagnosis Bruselosis
View/ Open
Date
2017Author
Mujiatun
Soejoedono, Retno Damajanti
Sudarnika, Etih
Noor, Susan Maphilindawati
Metadata
Show full item recordAbstract
Bruselosis adalah penyakit zoonotik yang menyerang multispesies hewan.
Penyakit ini disebabkan oleh genus Brucella yang menimbulkan morbiditas dan
kerugian ekonomi yang sangat tinggi pada ternak. Spesies Brucella yang paling
patogen pada manusia dan menyerang kambing adalah Brucella melitensis, namun
demikian spesies Brucella yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan hewan
ternak di Indonesia adalah Brucella abortus yang menyerang sapi dan Brucella
suis yang menyerang babi. Kajian penyakit Brucella di Indonesia masih fokus
pada ruminansia besar, sementara kajian penyakit pada ruminansia kecil
khususnya kambing masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeteksi Brucella spp. pada kambing di Pulau Jawa dan mengembangkan
teknik diagnostik indirect Enzyme-linked Immunosorbent Assay I-ELISA untuk
diagnosis bruselosis.
Deteksi Brucella spp. dilakukan pada kambing-kambing yang
dilalulintaskan melalui Balai Karantina (BKP) Kelas II Cilegon (Ngawi), sentra
perdagangan kambing di Pulau Jawa (Pasar Ambarawa), peternakan di daerah asal
yang diketahui seropositif bruselosis berdasarkan hasil pengujian BKP Kelas II
Cilegon (Semarang dan Boyolali), sentra bibit unggul kambing peranakan Etawa
(Purworejo), dan Rumah Potong Hewan RPH Propinsi DKI Jakarta. Jumlah
sampel yang dideteksi dari survei kambing hidup sebanyak 214 set sampel, terdiri
atas sampel serum, usap vagina, dan susu. Jumlah sampel yang dideteksi di RPH
Jakarta berjumlah 119 set sampel yang terdiri atas serum, susu, usap vagina, organ
uterus, limpa, limfoglandula supramamaria, dan kelenjar susu.
Deteksi bruselosis dilakukan secara serologis dengan Rose Bengal test
RBT, Complement Fixation test CFT dan Enzyme-linked Immunosorbent
Assay ELISA secara paralel. Sampel yang menunjukkan hasil positif secara uji
serologis dan terdapat perubahan patologi anatomi, dilakukan kultur bakteri (usap
vagina, organ dan susu) dan uji polymerase chains reaction PCR.
Pengembangan teknik I-ELISA untuk diagnostik bruselosis pada
ruminansia kecil (kambing dan domba) juga dilakukan. Antigen I-ELISA yang
digunakan dibuat dengan cara modifikasi dalam pembuatan antigen S-LPS yaitu
dengan cara pengendapan. Brucella abortus S99 strain Waybridge digunakan
dalam penelitian ini sebagai sumber antigen. Antigen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah whole S-LPS, endapan, dan supernatan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi sampel seropositif bruselosis pada
kambing di beberapa kabupaten yang seropositif bruselosis pada sapi dan
menunjukkan gejala klinis mirip bruselosis pada kambing di Pulau Jawa adalah
2.3 (5/214) (95% Selang Kepercayaan SK; 0.0209 - 0.0251), sementara itu
proporsi sampel seropositif bruselosis pada kambing-kambing yang ada di RPH
DKI Jakarta adalah 0.84 1/119 (SK 95%; 0.00826 - 0.00854). Kejadian
seropositif bruselosis terjadi pada sampel berasal dari pasar hewan dan lalu lintas
hewan.
Teknik I-ELISA dengan menggunakan antigen endapan S-LPS baik
digunakan untuk pengujian bruselosis pada kambing dan domba. Nilai sensitivitas
analitik dan spesifitas masing-masing 100% SK 95 100-100 dan 99.2%
SK 95 98.4-100. Nilai kesesuaian uji dengan kit I-ELISA komersial
sebesar 0.84. Nilai 0.84 menunjukkan kesesuaian dua teknik I-ELISA sangat
baik, sehingga teknik diagnostik ini dapat diterapkan sebagai alternatif pengujian
bruselosis pada kambing dan domba. Namun demikian penerapannya tetap harus
dilakukan secara paralel dengan RBT.
Teknik I-ELISA dengan menggunakan antigen supernatan S-LPS
menunjukkan sensitivitas, spesifisitas, akurasi dan koefisien variasi kontrol positif
yang lebih baik dari I-ELISA dengan antigen S-LPS. Teknik I-ELISA dalam
penelitian ini memiliki kesesuaian yang sangat baik dengan kit I-ELISA
komersial. Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi I-ELISA dengan antigen
supernatan S-LPS masing-masing 98.1% SK 95 94.5-101.8, 100% SK
95 100-100, dan 99.7% SK 95 99.0-100.3 (362/363). Sehingga
teknik diagnostik ini dapat diterapkan sebagai alternatif pengujian bruselosis pada
sapi sebagai uji konfirmasi.
Hasil penelitian ini telah dan akan dipublikasi di beberapa jurnal nasional
dan international antara lain: Detection of Goat Brucellosis in Several Districts
Showing Bovine Brucellosis Seropositivity in Java Island, Indonesia telah terbit
di International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR)
(2017) Volume 31, No 1, pp 277-287; Deteksi Brucella spp. pada kambing di
DKI Jakarta telah diterima di Jurnal Sain Veteriner Universitas Gajah Mada;
Development and Evaluation of S-LPS Sediment Indirect-ELISA as a Diagnostic
Test for Brucellosis in Goats and Sheep sedang dalam review di jurnal Small
Ruminant Research Elsevier; dan Development and Validation of an iELISA
Method for the Serological Diagnosis of Bovine Brucellosis akan di kirim ke
jurnal Biotropia.
Collections
- DT - Veterinary Science [282]