dc.description.abstract | Kesenjangan potensi hasil lembaga penelitian dan pengembangan dengan
implementasi di masyarakat telah diakui sebagai suatu permasalahan yang banyak
dihadapi. Titik krusialnya adalah pada kesenjangan kebutuhan pengguna dengan
ketersediaan hasil penelitian dan transfer pengetahuan serta teknologinya. Taman
Teknologi Pertanian (TTP) terdapat di semua pulau-pulau besar di Indonesia, hal
ini merupakan suatu kekuatan tersendiri dalam rangka memperluas pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pertanian. TTP dibangun dan dikembangkan
sesuai dengan potensi hasil pertanian dan keunggulan yang dimiliki oleh wilayah
tersebut. Pemecahan permasalahan dengan cara parsial berdasarkan prioritas
masalah bukan menyeluruh tidak efektif dalam menjawab permasalahan. Kondisi
seperti ini membutuhkan banyak ahli di bidang masing-masing tetapi tidak seirama
dalam mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang sama
terhadap permasalahan penelitian dan pengembangan pertanian meliputi komponen
dan elemen penyusunnya. Keterpaduan pemahaman yang utuh terhadap
permasalahan ini dikenal sebagai pendekatan sistem. Rekayasa model transfer
teknologi merupakan penerapan ilmu, seni dan teknologi untuk menyelesaikan
permasalahan dalam bidang inovasi teknologi dengan tujuan dapat digunakan oleh
sasaran secara berkelanjutan. Tujuan penelitian secara umum adalah merekaya
ulang model transfer teknologi yang efektif melalui Taman Teknologi Pertanian
diterapkan secara berkelanjutan sehingga menjadi pusat pengembangan bisnis
berbasis teknologi.
Tahapan penelitian adalah sebagai berikut (1) inisiasi sistem dilalukan
dengan mengidentifikasi mekanisme sistem transfer teknologi saat ini di TTP, tahap
berikutnya adalah (2) analisa sistem dilakukan dengan tahapan penilaian kinerja
transfer teknologi dan analisa hubungan antar aktor dan tujuan dan (3) disain sistem
merekayasa ulang model sistem transfer teknologi TTP dengan merumuskan model
konseptual berdasarkan keterbukaan inovasi dan karakteristik TTP. Identifikasi
sistem transfer teknologi dilakukan mengikuti tahapan analisis konstruksi sistem,
selanjutnya identifikasi proses bisnis dilakukan dengan pemodelan unified
modeling language (UML) dan Business Process Modelling Notation (BPMN).
Hubungan antar aktor yang terlibat dalam pencapaian tujuan menggunakan analisis
MACTOR.
Tahapan inisiasi sistem berhasil mengidentifikasi mekanisme transfer
teknologi di TTP dengan menggunakan parameter seperti sifat dan karakteristik
sumber pengetahuan dan teknologi (source), penerima, karakteristik hubungan,
intensitas hubungan, jarak fisik dan jarak basis pengetahuan. Mekanisme transfer
teknologi di TTP paling dominan melalui pelatihan, bimbingan teknis,
pemasaran/distribusi produk dan magang. Kelancaran aliran pengetahuan dan
teknologi berdasarkan hasil penelitian dipengaruhi oleh faktor kontekstual (faktor
yang berhubungan dengan eksternal TTP), organisasional (gaya kepemimpinan,
model pengelolaan aset dan budaya organisasi) dan kolaborasi.
Pada tahapan analisis sistem dihasilkan penilaian kinerja transfer teknologi
menurut kerangka kerja inovasi terbuka modifikasi dari Michelino et al. (2015)
iv
menggunakan indikator breadth (keberagaman dan keluasan jangkauan terhadap
sumber pengetahuan dan teknologi) dan indikator depth (kedalaman interaksi dan
keterkaitan dengan sumber). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga TTP
menunjukkan hasil yang sama pada keragaan mitra eksternal, mekanisme transfer,
intensitas hubungan dengan mitra dan upaya peningkatan kapasitas sumber daya
manusia. Temuan yang berbeda adalah pada tingkat partisipasi mitra, TTP
Nglanggeran mempunyai tingkat partisipasi universitas dan pemasok pada skala
rendah karena rendah keterlibatan dalam bentuk berbagi sumber daya tenaga kerja
dan peralatan. Secara umum, sumber pengetahuan dan teknologi bagi TTP masih
terbatas pada lingkungan terdekat yaitu BPTP dan Pemda. Upaya peningkatan
jangkauan sumber eksternal dilakukan melalui kerjasama formal dan informal
dengan entitas lain seperti universitas, perusahaan distributor, CSR organisasi
pemerintah/swasta dan lembaga keuangan.
Analisis antar aktor dan aktor-tujuan dengan menggunakan indikator
koefisien keseimbangan kekuasaan, derajat mobilisasi, divergensi dan konvergensi
berhasil menemukan fakta bahwa terdapat beberapa aktor yang bersifat dominan
dalam sistem transfer di TTP. Aktor dominan tersebut antara lain pemerintah daerah
(Dinas), pengelola TTP, kelompok tani mitra dan BPTP. Dominansi terlihat pada
pengambilan keputusan, perencanaan dan pengelolaan TTP. Interaksi aktor-tujuan
memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan beberapa aktor yang fokus pada
tujuan yang sama sehingga berpeluang untuk berkongsi. Misalnya kelompok tani
mitra-pengelola TTP-Pemda. Sebaliknya, terdapat pula potensi konflik yang
disebabkan oleh munculnya perbedaan kepentingan akibat ketidakpastian
manajemen dan motivasi bisnis. Misalnya aktor universitas-start up-pemasok
bahan baku. Potensi kongsi/konflik berdampak terhadap proses bisnis TTP.
Identifikasi proses bisnis di TTP menunjukkan hasil yang spesifik untuk
setiap TTP. Proses bisnis TTP Cikajang antara lain melakukan pelatihan dan
bimbingan teknis terhadap kelompok tani dan kelompok wanita tani, melakukan
kerjasama secara formal dengan penangkar benih untuk menghasilkan benih
bersertifikat dan selanjutnya dipasarkan ke petani sehingga membentuk hubungan
saling membutuhkan (mutualisme). Proses bisnis TTP Nglanggeran utamanya
adalah melakukan pengelolaan pabrik pengolahan, pelayanan teknis dan jasa serta
pemasaran produk. Sedangkan proses bisnis TTP Cigombong melakukan
percontohan teknologi dan memberikan bantuan kepada kelompok inti dan plasma
yang dibina menjadi start up.
Manfaat hasil penelitian bagi pemerintah dan pengambil keputusan sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan pengembangan model transfer teknologi
dan komersialisasi inovasi teknologi yang efektif pada TTP. Selain itu, bagi
pengelola TTP sebagai pedoman dalam perbaikan sistem transfer teknologi dan
bagi industri/bisnis yang berbasis inovasi sebagai salah satu sumber informasi
dalam memilih dan memutuskan penggunaan teknologi sesuai kebutuhan. | id |