Show simple item record

dc.contributor.advisorBoer, Rizaldi
dc.contributor.advisorHein, Lars
dc.contributor.advisorRidho Nurrochmat, Dodik
dc.contributor.advisorRiqqi, Akhmad
dc.contributor.authorRossita, Annuri
dc.date.accessioned2023-04-18T03:25:24Z
dc.date.available2023-04-18T03:25:24Z
dc.date.issued2023-04-18
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117201
dc.description.abstractPemanfaatan lahan gambut di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan perjalanan politik dan budaya. Pemanfaatan lahan gambut dalam beberapa dekade menunjukan kondisi degradasi yang memprihatinkan. Kondisi ini mengindikasikan pentingnya untuk mengakomodasi nilai ekonomi dan biofisik dari aset ekosistem gambut kedalam kegiatan ekonomi. Interaksi yang kuat antara dinamika tutupan lahan dan pola pemanfaatan lahan telah dikonfirmasi oleh banyak studi. Dalam asumsi ini, intervensi pada jenis pengelolaan lahan akan berpotensi untuk meningkatkan suatu jasa ekosistem dan menurunkan jasa ekosistem lainnya. Pada studi ini, kami melakukan kajian yang komprehensif mengenai pengelolaan lahan gambut berbasis Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Pada Bab 3, kami memulai penelitian dengan mengkaji pendekatan dalam penentuan luasan kebakaran lahan gambut, salah satu gangguan pada ekosistem yang menghasilkan kerugian ekonomi dan non-ekonomi. Hasil dari kajian pada Bab 3 digunakan pada Bab 4 untuk mengevaluasi bagaimana sistem pengelolaan lahan gambut menentukan rejim kebakaran pada skala KHG. Di Bab 5, kami melakukan analisis ecosystem accounting dalam skala tabular (non-spasial) untuk mengidentifikasi interaksi dari dua jasa ekosistem esensial: jasa penyediaan sumberdaya material dan bahan pangan, dan jasa penyerapan karbon. Dengan menggunakan hasil dari Bab 5, kami mengembangkan kajian jasa ekosistem berbasis spasial pada Bab 6. Pendekatan spasial jasa ekosistem diujikan pada skenario Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan skenario Indonesia LongTerm Strategy menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau kondisi FOLU Net Sink pada 2030. Hasil dari Bab 6 akan menunjukan kemampuan masing-masing skenario dalam mempertahankan dan/atau meningkatkan peran dan kualitas multi jasa ekosistem di lahan gambut. Untuk mengkaji proses bottom-up dari kegiatan restorasi lahan gambut, kami melakukan kajian sosial di Bab 7 untuk mengidentifikasi peran sektor swasta, sebagai salah satu pemangku kepentingan dan penerima manfaat dari ekosistem lahan gambut. Kajian pada Bab 7 difokuskan pada pengembangan pasar untuk komoditas lahan gambut dan bisnis berbasis jasa lingkungan. Dari hasil kajian di Bab 3, kami menekankan pentingnya untuk menghasilkan data ekosistem lahan gambut yang akurat, terutama data spasial kebakaran lahan gambut. Kebakaran gambut adalah salah satu gangguan ekosistem yang paling dinamik nilainya secara spasial dan temporal. Kami menemukan bahwa pendekatan tradisional yang menggunakan informasi hotspot untuk menetukan areal kebakaran memiliki akurasi dibawah 50%, dimana kebakaran lahan gambut cenderung menjadi overestimate. Pada Bab 4, kami menggunakan informasi spasial kebakaran lahan gambut dan kondisi biofisiknya untuk memahami bagaimana faktor antropogenik menentukan pola kebakaran lahan gambut di wilayah studi. Kami menemukan bahwa tingkat drainase menentukan pola kebakaran di lahan hutan, sedangkan di lahan non-hutan faktor intensitas drainase tidak signifikan. Temuan ini menekankan pentingnya untuk melakukan kegiatan pembasahan kembali di area hutan untuk menurunkan kemungkinan kejadian kebakaran di area dengan kerapatan kanal tinggi. Berdasarkan hasil kajian jasa ekosistem di Bab 5, terdapat tren penurunan jasa regulasi karbon seiring dengan peningkatan nilai jasa penyediaan sumberdaya. Pada Bab 6, kami mencoba mengaplikasikan pendekatan spasial jasa ekosistem pada skenario RTRW dan FOLU Net Sink. Hasil kajian menunjukan, meskipun skenario RTRW mampu menghasilkan manfaat ekonomi tertinggi dari jasa penyediaan sumberdaya material dan bahan pangan, zonasi pemanfaatan lahan pada RTRW tidak mampu mempertahankan dan/atau meningkatkan jasa pengaturan penyerapan karbon. Secara ekologi, skenario FOLU net sink mampu memberikan performa paling optimum untuk manfaat berbasis pasar dan non-pasar. Namun sistem penilaian manfaat lingkungan yang saat ini hanya menangkap manfaat karbon tidak cukup dan tidak sejalan dengan visi besar dalam men dekarbonisasi sektor lahan dan kehutanan. Pada Bab 7, hasil penelitian menunjukan posisi penting sektor swasta dalam mewujudkan target Net Zero Emission. Hasil kajian kami adalah yang pertama yang mengkonfirmasi ketertarikan sektor swasta untuk menyediakan skema pembiayaan untuk pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan. Meskipun pihak swasta mayoritas sudah menjalankan peraturan dan mekansime kebijakan pengelolaan lahan gambut, responden menyatakan masih kurangnya dukungan dan skema insentif oleh pemerintah, terutama untuk menyelesaikan sengketa lahan dengan masyarakat. Untuk meningkatkan partisipasi swasta, pemerintah harus meningkatkan posisi tawar swasta dengan menyediakan lingkungan bisnis yang sesuai untuk pemanfaatan jasa lingkungan.id
dc.language.isoen_USid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titleEcosystem Services Assessment for Ecosystem-Based Peatland Managementid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordecosystem servicesid
dc.subject.keywordmultifunctionalityid
dc.subject.keywordmarket benefitid
dc.subject.keywordnon-market benefitid
dc.subject.keywordpeatlandid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record