Show simple item record

dc.contributor.advisorn Hakim, Dedi Budima
dc.contributor.advisorSyaukat, Yusman
dc.contributor.advisorNovianti, Tanti
dc.contributor.authorYusiana, Ekalia
dc.date.accessioned2023-04-03T03:15:25Z
dc.date.available2023-04-03T03:15:25Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116927
dc.description.abstractBeras merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi penduduk Asia. Kebutuhan konsumsi beras yang tinggi membutuhkan pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik di setiap negara. Produksi dan ketersediaan beras menjadi hal utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Beberapa negara cenderung mengalami kurangan pasokan antara lain Indonesia, Bangladesh, Filipina dan Jepang. Indonesia adalah importir beras terbesar dunia rentang waktu 2000 hingga 2015. Kebutuhan konsumsi beras yang tinggi membutuhkan pasokan beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik setiap negara. Asia merupakan wilayah yang mendominasi permintaan beras terbesar ke dua setelah Afrika sebesar 24,38% dari total permintaan dunia. Kebutuhan konsumsi Asia Tenggara periode 2015 hingga 2019 mencapai 105 juta ton (USDA 2020). Konsumsi beras di ASEAN Plus Three (APT) cukup tinggi dan tidak diimbangi dengan produksi beras yang dihasilkan dan harus mengimpor dari negara lain guna mencukupi kebutuhan pangan domestik. Namun, beberapa negara juga menjadi eksportir beras terbesar di Asia dan dunia. Produksi beras yang tinggi dan berlebih membuat Thailand dan Vietnam menjadi eksportir beras terbesar khususnya di ASEAN Plus Three (APT). Ketika beras masih menjadi konsumsi pangan pokok maka ketersediaannya menjadi sangat krusial. Ekspor dan impor beras merupakan aktivitas penting dalam perdagangan antar negara. Perdagangan memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi negara (Supiyadi dan Anggita 2020). ASEAN Plus Three adalah wilayah yang dibentuk untuk memperdalam kerjasama Asia Timur tahun 1977 di bidang ekonomi termasuk keuangan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi, mineral dan Usaha Kecil Menengah (UMKM). Kerjasama meliputi seluruh negara ASEAN dan tiga negara mitra yaitu China, Jepang dan Korea Selatan. Saat ini pasar beras di ASEAN, China, Jepang dan Korea Selatan berkembang pesat. Lee dan Oh (2019) menyatakan sejak tahun 1990 ASEAN telah terlibat perjanjian perdagangan untuk memposisikan, mengamankan dan memperluas integrasi regional untuk mempromosikan pengembangan sosial ekonomi dengan membentuk kerjasama perdagangan. Penelitian perdagangan beras di negara ASEAN Plus Three dengan tujuan untuk menganalisis efek spasial impor dan ekspor beras di 11 negara ASEAN Plus Three dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap ekspor maupun impor beras serta menganalisis perkembangan beras di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yaitu beberapa data panel deret waktu tahun 2005 hingga 2019 untuk analisis impor dan data panel deret waktu tahun 2005 hingga 2020 untuk analisis ekspor. Data meliputi 11 negara ASEAN Plus Three antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, China, Jepang dan Korea Selatan. Data diambil dari berbagai sumber yaitu ASEAN statistics database, International Trade Center (ITC) Trade Map, World Bank, Food and Agriculture Organization (FAO), United Nations Conference on Trade Development (UNCTAD), Badan Pusat Statistik (BPS), WITS, CEPII dan CEIC. Penentuan interaksi spasial antar wilayah negara dan analisis faktor yang mempengaruhi impor maupun ekspor beras menggunakan analisis ekonometrik spasial. dst ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleEfek Spasial Perdagangan Beras di Negara ASEAN Plus Three (APT) (Implikasi Bagi Indonesia).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordASEAN Plus Threeid
dc.subject.keywordinternational trade rice exportid
dc.subject.keywordrice importid
dc.subject.keywordspatial effectid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record