Dinamika Populasi dan Analisis Morfometrik Bangsa Sapi Potong dan Strategi Pemanfaatannya untuk Penyediaan Daging di Indonesia.
Date
2023Author
Adinata, Yudi
Noor, Ronny Rachman
Priyanto, Rudy
Cyrilla ENSD, Lucia
Metadata
Show full item recordAbstract
Sapi potong asli dan lokal Indonesia mempunyai keunggulan komparatif seperti toleran dengan iklim tropis, tahan terhadap penyakit, mampu mencerna pakan kualitas rendah dan reproduktivitas yang tinggi. Sapi potong ini adalah sumber utama produksi daging di Indonesia. Ketersediaan bahan pakan lokal sangat penting untuk mendukung perkembangan peternakan sapi potong. Petani peternak menjadi pelaku strategis dalam proses produksi penyediaan daging.
Penelitian ini melalui 5 (lima) tahap. Tahap 1 bertujuan untuk menganalisa potensi ketersediaan bahan pakan hasil samping pertanian dan menghitung output sapi yang dapat digunakan untuk calon bibit sebagai sapi pengganti (replacement) dan bakalan untuk penggemukan serta tetap mempertahankan populasi. Tahap 2 bertujuan menganalisa keragaan morfometrik dan fisik genetik sapi asli dan lokal di Indonesia untuk memperoleh informasi potensi sapi dengan tipe dan fungsi penghasil daging sebagai kriteria seleksi. Tahap 3 bertujuan untuk menganalisa hubungan frame score Induk dengan calving interval, body mass index, bobot badan dan ukuran tubuh pada sapi. Tahap 4 bertujuan mengkaji model kurva pertumbuhan terbaik untuk menggambarkan dan memprediksi perubahan perkembangan tubuh sapi. Tahap 5 bertujuan merumuskan prioritas dan alternatif strategi pengembangan perbibitan rakyat.
Hasil penelitian Tahap 1 menunjukkan estimasi nilai Natural Increase (NI) di wilayah Ciamis, Brebes, Kebumen, Sragen, Tuban, Pamekasan, Banyuwangi dan Bali berturut-turut adalah 21,34%, 22,08%, 22,11%, 23,43%, 19,59%, 18,62%, 19,06%, dan 19,79%. Nilai Net Replacement Rate (NRR) sapi potong di wilayah tersebut berturut-turut adalah 194,30%, 214,31%, 232,09%, 258,43%, 186,55%, 191,08%, 170,77%, dan 179,71%. Estimasi output sapi potong di wilayah tersebut berturut-turut adalah 20,22%, 19,64%, 20,53%, 22,94%, 18,95%, 17,81%, 17,55%, dan 17,98%. Dinamika populasi sapi potong periode tahun 2022 sampai dengan tahun 2026 diperkirakan akan meningkat. Dinamika kebutuhan dan ketersediaan bahan pakan dari tahun 2022 sampai dengan tahun 2026 di semua wilayah tidak mencukupi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua wilayah layak sebagai kawasan sentra pembibitan sapi potong didukung dengan peningkatan jumlah populasi.
Hasil penelitian Tahap 2 menunjukkan estimasi kedekatan morfometrik membentuk dua klaster terpisah dengan satu moyang yang sama, klaster pertama terdiri dari sapi Jabres, Pasundan, Rambon, Bali, Madura, klaster kedua terdiri dari sapi PO, Hitam Sragen dan PO Kebumen. Klasifikasi dan validasi bangsa ternak dengan nilai kesesuaian rata-rata 93,20% dan hasilnya dapat membedakan setiap bangsa. Variabel lingkar dada merupakan komponen yang paling penting memprediksi bobot badan. Nilai comulative index dengan nilai lebih dari 3,00 dapat digunakan sebagai batas indikator jenis dan fungsi produksi daging sapi.
Hasil penelitian Tahap 3 menunjukkan koefisien determinasi (R2) persamaan kurva pertumbuhan untuk model Brody, von Bertalanffy, logistik, dan Gompertz tergolong kategori tinggi. Nilai terbaik berdasarkan kriteria informasi akaike (AIC)
untuk sapi jantan dan betina adalah model Brody dan Logistik. Estimasi untuk umur dan bobot badan saat pubertas untuk sapi jantan dan betina dengan model von Bertalanffy, Logistic, Gompertz adalah 12,56 dan 11,79 bulan, 198,93 dan 166,44 kg, 21,46 dan 13,94 bulan, 298,43 dan 164,08 kg, 15,71 dan 11,76 bulan 235,49 dan 169,57 kg. Model Brody paling sesuai dengan menunjukkan deviasi rata-rata terkecil.
Hasil penelitian Tahap 4 menunjukkan klasifikasi frame score untuk sapi Bali adalah sangat kecil dengan nilai 0 sampai 1, sapi Madura adalah sangat kecil sampai sedang dengan nilai 0 sampai 4, sapi PO adalah kecil sampai besar dengan nilai 3 sampai 9, dan sapi PO Kebumen adalah kecil sampai sangat besar dengan nilai 2 hingga 11. Rerata nilai calving interval sapi Bali, Madura, PO dan PO Kebumen berturut-turut adalah 1,18 ± 0,03, 1,20 ± 0,02, 1,22 ± 0,01 dan 1,22 ± 0,01 tahun. Hubungan frame score sapi induk dengan calving interval adalah tidak berbeda nyata dan nilai korelasi positif tidak signifikan, namun hubungan calving interval dan body mass index sapi induk mempunyai nilai korelasi negatif signifikan. Hubungan ini menunjukkan bahwa calving interval akan tetap optimal berdasarkan frame score sapi induk, namun jika keseimbangan energi dalam tubuh ditingkatkan dengan meningkatkan nilai body mass index sapi induk akan mendukung kinerja reproduksi yang lebih baik dengan nilai calving interval yang lebih pendek. Hubungan lingkar dada pedet dengan body mass index sapi induk memiliki korelasi negatif yang sangat signifikan, sedangkan hubungan body mass index pedet dengan body mass index sapi induk berkorelasi positif tidak nyata yang dapat memberikan informasi lingkar dada pedet pedet sebagai salah satu pembatas dalam kemudahan melahirkan pedet.
Hasil penelitian Tahap 5 adalah sebagai berikut: 1) gap analysis terdapat 5 atribut yang negatif dan 26 atribut yang positif; 2) customer satisfaction index sebesar 87,81% termasuk dalam kategori sangat puas; 3) important performance analysis, terdapat tiga atribut yang menjadi prioritas perbaikan tertinggi pada kuadran 1, terdapat lima belas atribut yang mendukung faktor keberhasilan pada kuadran 2, terdapat sebelas atribut yang kurang penting pada kuadran 3, terdapat 2 atribut yang berlebihan pada kuadran 4. Berdasarkan hasil tersebut, pembibitan sapi harus mendapatkan fasilitas kebijakan pemerintah untuk menjamin kondisi ternak yang sehat dan mendukung peningkatan produktivitas peternak sapi dalam agribisnis sapi potong.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketersediaan bahan pakan menjadi komponen pembatas dalam pengembangan peternakan sapi potong, bangsa sapi potong asli dan lokal di Indonesia dengan ukuran tubuh kecil dan sedang membutuhkan input pakan kecil dan kualitas rendah namun masih mampu bereproduksi dengan baik. Sapi menjadi menjadi bagian utama pembentukan kawasan sentra pembibitan sapi potong. Pelaksanaan pembibitan sapi harus mendapatkan fasilitas kebijakan pemerintah untuk menjamin kondisi ternak sehat dan mendukung peningkatan produktivitas peternak sapi dalam agribisnis daging.
Collections
- DT - Animal Science [343]