Karakteristik dan Daya Tahan Spermatozoa dari Beberapa Rumpun Kambing Unggul Terhadap Proses Pembekuan
Abstract
Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu teknologi dalam program
pemuliaan untuk meningkatkan mutu genetik dan populasi ternak dengan
mengoptimalkan pejantan unggul. Aplikasi IB telah dilakukan pada sapi, kerbau
dan ruminansia kecil (domba dan kambing). Keberhasilan IB menggunakan semen
beku pada kambing masih cukup bervariasi, karena dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah kualitas semen yang digunakan. Kualitas semen yang baik
ditandai antara lain oleh motilitas dan viabilitas tinggi, keutuhan membran plasma,
akrosom dan kromatin tinggi, dan abnormalitas morfologi spermatozoa rendah.
Kualitas semen setiap pejantan dipengaruhi oleh rumpun, sehingga setiap rumpun
akan menghasilkan karakteristik semen yang berbeda. Proses pembekuan semen
selain itu juga, memengaruhi kualitas semen. Proses pembekuan semen
memerlukan proses yang cukup panjang, dimulai dari penampungan semen,
pengenceran, ekuilibrasi, hingga kriopreservasi. Kemampuan spermatozoa untuk
dapat bertahan selama proses pembekuan disebut freezing capability. Evaluasi
kualitas spermatozoa pada setiap tahapan proses pembekuan selama proses
pembuatan semen beku biasanya dilakukan di balai IB. Penelitian ini oleh karena
itu, mengevaluasi karakteristik semen dari beberapa rumpun kambing, yaitu
kambing Saanen, Senduro dan Peranakan Etawa (PE) pada setiap tahapan proses
pembekuan, serta mengkaji daya tahan spermatozoa terhadap pembekuan (freezing
capability).
Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dari dua ekor kambing
pejantan dari masing-masing rumpun kambing Saanen, Senduro dan Peranakan
Etawa (PE). Semen segar dari masing-masing kambing pejantan dianalisis secara
makroskopis, berupa volume, warna, konsistensi, dan pH. Evaluasi mikroskopis
untuk variabel konsentrasi spernatozoa hanya diamati pada semen segar, sedangkan
motilitas (total dan progresif, serta variabel kinematik meliputi VAP, VSL, dan
VCL), viabilitas, keutuhan membran plasma, keutuhan akrosom, dan abnormalitas
spermatozoa dievaluasi secara berturut-turut menggunakan CASA, pewarnaan
eosin-nigrosin, HOST, pewarnaan trypan blue-giemsa dan pewarnaan william pada
semen segar, cair dan beku. Freezing capability spermatozoa dianalisis berdasarkan
nilai recovery rate spermatozoa pada masing-masing rumpun kambing pejantan.
Recovery rate kemampuan pemulihan spermatozoa setelah pembekuan dengan
membandingkan persentase spermatozoa motil pada semen segar dengan post
thawing.
Hasil penelitian menunjukkan semen segar mempunyai volume berkisar
1,12 mL hingga 1,81 mL, pH 6,60 hingga 6,82, konsistensi pekat dan warna putih
susu, krem hingga kuning. Berdasarkan variabel makroskopik, volume semen segar
Kambing Senduro (1,81±0,26 mL) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan
kambing Saanen (1,12±0,16 mL). Semua variabel yang diuji secara mikroskopik,
tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata (P>0,05) terhadap kualitas semen segar
kambing Saanen, Senduro dan PE.
Kualitas semen beku berupa motilitas total dan progresif, VAP, VCL, TAU
dan abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05) antar rumpun kambing
pejantan. Motilitas total dan motilitas progresif semen beku kambing PE
(61,00±0,57% dan 43,17±0,37%) nyata lebih tinggi dari Saanen (58,47±0,66% dan
42,83±1,34%) dan Senduro (58,40±0,54% dan 41,70±0,43%). Variabel VAP, dan
VCL semen beku kambing PE (62,68±2,71 μm/detik dan 111,15±5,19 μm/detik)
nyata lebih tinggi dibandingkan Saanen (62,22±2,97 μm/detik dan 90,69±6,29
μm/detik) dan Senduro (54,88±2,01 μm/detik dan 79,88±5,27 μm/detik). Nilai
TAU semen beku Senduro (77,66±0,35%) nyata lebih tinggi (P<0,05) dari PE
(77,33±0,43%) dan Saanen (75,92±0,54%). Nilai abnormalitas semen beku
kambing PE (9,20±0,06%) nyata lebih tinggi dari Senduro (8,77±0,09%).
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan yang signifikan (P<0,05)
pada viabilitas spermatozoa dari semen segar ke semen cair. Hasil penelitian juga
menunjukkan peningkatan abnormalitas spermatozoa dari semen cair ke semen
beku dan dari semen segar ke beku antara rumpun kambing. Penurunan viabilitas
spermatozoa dari semen segar ke semen cair kambing Saanen (2,31±1,67%) nyata
lebih rendah (P<0,05) dari Senduro (8,27±1,39%). Peningkatan abnormalitas
spermatozoa kambing Senduro dari semen cair ke semen beku dan dari semen segar
ke semen beku (2,28±0,15% dan 4,44±0,10%) lebih rendah (P<0,05) pada kambing
PE (4,44±0,10% dan 4,76±1,10%). Nilai Recovery Rate (RR) tidak menunjukkan
perbedaan nyata (P>0,05) antar rumpun kambing pejantan. Nilai RR yang
didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 58,90±0,88% hingga 55,44±1,01%.
Semen segar dari rumpun kambing Saanen, Senduro dan PE berdasarkan
variabel yang diuji, selama penelitian cukup baik dan layak untuk dibekukan.
Kualitas semen cair menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara rumpun
kambing pada variabel motilitas total dan viabilitas. Kualitas semen beku
menunjukkan adanya perbedaan nyata antar rumpun kambing pada variabel
motilitas total, motilitas progresif, VAP, VCL, TAU dan abnormalitas spermatozoa.
Penurunan kualitas semen menunjukkan perbedaan nyata pada variabel viabilitas
serta terjadi peningkatan abnormalitas spermatozoa. Freezing capability
berdasarkan variabel recovery rate tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata di
antara rumpun kambing, dan semen dari semua kambing yang diuji mempunyai
freezing capability baik.
Collections
- MT - Veterinary Science [900]