Show simple item record

dc.contributor.advisorIndrawati, Agustin
dc.contributor.advisorPrasetyo, Bayu Febram
dc.contributor.authorRamadhaniah, Vetty
dc.date.accessioned2023-02-16T06:00:44Z
dc.date.available2023-02-16T06:00:44Z
dc.date.issued2023-06-15
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116724
dc.description.abstractVibriosis adalah penyakit bakteri yang sering terjadi di udang putih (Litopaneus vannamei). Pada tahun 2009 penyakit vibriosis sangat ditakuti oleh pembudidaya udang karena dapat menyebabkan munculnya kasus EMS (Early Mortality Syndrome) dengan gejala kematian massal pada usia muda. Etiologi penyakit ini adalah bakteri Vibrio parahaemolyticus. Vibriosis pada udang umumnya dapat dicegah dan diobati dengan menggunakan antibiotik. Sayangnya penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat memicu resistensi multiple antibiotik. Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah satu senyawa alami yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan mengurangi resistensi multiple antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat resistensi antibiotik terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus yang diisolasi dan diidentifikasi dari udang putih. Mengidentifikasi keberadaan gen penyandi resisten. Pemberian ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio parahemolyticus dalam pelarut etanol 96%. Isolasi dan identifikasi bakteri Vibrio parahaemolyticus di udang putih diuji resistensinya terhadap antibiotik seperti ampisilin, oksitetrasiklin, kloramfenikol, enrofloksasin dan eritromisin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer dengan tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) yaitu mengukur diameter zona hambat yang mengelilingi cakram. Isolat yang resisten terhadap antibiotik tertentu diuji terhadap keberadaan gen penyandi resisten. Kemudian dilanjutkan dengan uji antibakteri terhadap bawang putih pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%. Ekstrak bawang putih dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator. Hasil uji resistensi menunjukkan bahwa 30 isolat V. parahemolyticus sensitif terhadap enrofloxacin (94%), kloramfenikol (97%) dan oksitetrasiklin (77%). Hasil uji resistensi eritromisin pada tingkat sedang (42%) dan ampisilin dengan hasil resistensi (77%). Bakteri yang resisten terhadap ampisilin menunjukkan adanya gen yang mengkode resistensi protein BlaTEM dengan persentase 100% (dari 6 sampel) pada amplikon 516 bp. Antibakteri ekstrak etanol 96% bawang putih dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% dengan diameter zona hambat rata-rata 4,9 mm, 8,4 mm, 9,4 mm dan 11,9 mm. Dapat disimpulkan bahwa isolat V. parahaemolyticus resisten terhadap ampisilin dan terdapat gen pengkode resistensi BlaTEM. Ekstrak bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleIdentifikasi Gen Pembawa Sifat Resistensi Asal Bakteri Vibrio Parahaemolyticus Serta Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L) Untuk Penanggulangan Vibriosis Pada Udang Putih (Litopaneus Vannamei)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordantibakterialid
dc.subject.keywordbawang putihid
dc.subject.keywordudang putihid
dc.subject.keywordVibrio parahaemolyticusid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record