Show simple item record

dc.contributor.advisorSunarminto, Tutut
dc.contributor.advisorHermawan, Rachmad
dc.contributor.authorYusran
dc.date.accessioned2023-02-03T00:07:07Z
dc.date.available2023-02-03T00:07:07Z
dc.date.issued2023-02-02
dc.identifier.citation_id
dc.identifier.issn_
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116605
dc.description_id
dc.description.abstractKawasan HLGM merupakan hulu dari tiga DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu DAS Konaweha, DAS Toari dan DAS Iwoimendaa, mengingat banyaknya sungai yang bermuara di Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara berperan penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Kawasan tersebut memiliki fungsi hidrologi yang besar akan tetapi fungsi ini bisa tidak optimal karena masyarakat melakukan aktivitas pemanfaatan kawasan yang tidak tepat. Kondisi tersebut merupakan ancaman yang akan menyebabkan degradasi kawasan hutan dimasa mendatang. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut bagaimana ancaman bisa diminimalisir dengan baik sehingga aktivitas masyarakat dapat dikurangi dengan cara pemanfaatan jasa lingkungan salah satunya ekowisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menilai potensi sumber daya wisata di HLGM, menilai persepsi, motivasi dan preferensi pengunjung dalam pengembangan ekowisata HLGM, menilai kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata HLGM, merumuskan strategi pengembangan ekowisata HLGM. Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan HLGM Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Juli 2022, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, dan wawancara mendalam dilakukan dengan masyarakat dan pengelola, serta studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap objek wisata berdasarkan kriteria ditetapkan, data pengunjung, masyarakat dianalisis secara deskriptif kualitatif atas informasi yang disebarkan melalui kuesioner dengan menggunakan pola tertutup (close ended) untuk memudahkan responden memberikan jawaban dan nilai yang dianggap sesuai dari setiap jawaban. Skor yang dipakai dalam kuesioner menggunakan analisis One Score-One Indicator Scoring System digunakan untuk pengukuran persepsi, motivasi, preferensi, dan partisipasi dengan pemberian skor, untuk masing-masing indicator digunakan skala likert 1-7 (merupakan pengembangan dari skala likert 1-5). Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi pengembangan ekowisata di Gunung Mekongga Sulawesi Tenggara. Strategi pengembangan ekowisata HLGM dapat ditentukan dengan menentukan faktor internal yang terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Penilaian potensi sumber daya wisata di kawasan HLGM memiliki daya tarik wisata alam. Objek wisata yang mendapatkan skor paling tinggi adalah flora epifit jenis Anggrek Sorume (Dendrobium utile), jenis fauna kelas mamalia Anoa (Bubalus quarlesi), kelas aves Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), dan Gejala alam Sungai Tinukari. Oleh karenanya, potensi tersebut perlu dikembangkan sebagai daya tarik utama kawasan HLGM. Persepsi pengunjung dipandang penting untuk menilai kelayakan suatu wisata yaitu kondisi dan ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung baik dalam pengelolaan maupun dalam pengembangan ekowisata. Persepsi pengunjung menilai fasilitas utama wisata dan fasilitas penunjang wisata secara umum masuk dalam kategori biasa saja. Jika dilihat tiap jenis fasilitas penunjang wisata cenderung biasa saja pada kondisi jalan, jalur dan papan interpretasi, pengelolaan sampah. Kondisi ini mengakibatkan ketidaknyamanan aktivitas pengunjung. Pada waktu liburan dengan intensitas pengunjung tinggi. Motivasi pengunjung dalam pengembangan ekowisata di kawasan HLGM berkaitan dengan dorongan untuk mengunjungi HLGM. Motivasi pengunjung cenderung sangat tinggi pada kegiatan mendaki, camping, penjelajahan alam, fotografi, dan melihat pemandangan alam. Hal ini berkaitan dengan lanskap alam Gunung Mekongga meliputi aspek pemandangan alam, tebing, hutan tropis, sungai, sehingga bisa diakses dalam satu kali pendakian. Preferensi pengunjung dalam pengembangan ekowisata di sekitar kawasan HLGM cenderung setuju, mulai dari pembangunan tourist information center, pembangunan sarana prasarana kesehatan, pembangunan sarana prasarana interpretasi (label, petunjuk arah, dan papan informasi), penyediaan jalur tracking ke sungai, pembangunan gerbang masuk wisata, penataan jalan setapak, dan pembangunan sarana prasarana kuliner dan souvenir. Artinya begitu terbatasnya fasilitas yang ada sehingga pengunjung menginginkan adanya pembangunan sarana dan prasarana wisata. Pengembangan ekowisata sangat penting memberikan ruang bagi masyarakat lokal untuk ikut serta didalamnya. Dengan demikian, perlu untuk mengetahui sejauh mana kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Hasil penilaian persepsi dan partisipasi terhadap pengembangan ekowisata HLGM dengan kategori setuju dan bersedia dilibatkan dalam pengembangan ekowisata. Strategi merupakan rencana pengembangan jangka panjang untuk mencapai manajemen efektif. Berdasarkan analisis SWOT, kawasan hutan HLGM berada pada kuadran tiga yaitu strategi O-W (Opportunity-Weaknees-). Strategi ini merupakan strategi memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Untuk itu pengelolah harus memiliki kebijakan strategis untuk meminimalisir kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Pengelola perlu melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholder untuk meningkatkan sarana dan prasarana, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan pembinaan/pelatihan kepada pihak pengelola dan masyarakat sekitarnya. Kata kunci: ekowisata, hutan lindung, mekongga, pengembangan.id
dc.description.abstractThe HLGM area is the upstream of three watersheds (watersheds), namely the Konaweha, Toari and Iwoimendaa watersheds, considering that there are many rivers that flow into Kolaka and North Kolaka districts which play an important role in the lives of the surrounding communities. The area has a large hydrological function, but this function may not be optimal because the community is carrying out activities to utilize the area inappropriately. This condition is a threat that will cause forest area degradation in the future. It is interesting to study further how threats can be properly minimized so that community activities can be reduced by utilizing environmental services, one of which is ecotourism. The aims of this study were to identify and assess the potential of tourism resources in HLGM, assess visitor perceptions, motivations and preferences in developing HLGM ecotourism, assess community readiness in developing HLGM ecotourism, formulate strategies for developing HLGM ecotourism. The research activity was carried out in the HLGM area of North Kolaka Regency, Southeast Sulawesi Province. Data collection was carried out in March-July 2022, the data collection method was carried out by means of field observations, and in-depth interviews were conducted with the community and managers, as well as literature study. Data analysis was carried out by conductingan assessment of tourist objects based on established criteria. Visitor data and the public were analyzed descriptively qualitatively on information distributed through questionnaires using a closed pattern (close ended) to make it easier for respondents to provide answers and values that were considered appropriate for each answer. The score used in the questionnaire uses the One Score-One Indicator Scoring System analysis used to measure perceptions, motivation, preferences, and participation by giving a score, for each indicator a Likert scale of 1-7 is used (which is an extension of a Likert scale of 1-5). . According to Avenzora (2008), SWOT analysis is used to develop ecotourism development strategies on Mount Mekongga, Southeast Sulawesi. The HLGM ecotourism development strategy can be determined by determining internal factors which consist of strengths and weaknesses factors and external factors which consist of opportunities and threats factors. The results obtained in the HLGM area The assessment of the potential of tourism resources in the HLGM area has the appeal of natural tourism. The tourist objects that received the highest score were the epiphytic flora of the Sorume Orchid (Dendrobium utile) species, the fauna species of the Anoa mammal class (Bubalus quarlesi), the Sulawesi hornbill aves class (Rhyticeros cassidix), and the natural phenomena of the Tinukari River. Therefore, this potential needs to be developed as the main attraction of the Mount Mekongga Protected Forest areaid
dc.description.sponsorship_id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.relation.ispartofseries_;_
dc.titlePengembangan Ekowisata Hutan Lindung Gunung Mekongga Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggaraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordecotourismid
dc.subject.keywordprotected forestid
dc.subject.keywordmekonggaid
dc.subject.keyworddevelopmentid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record