| dc.description.abstract | Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonotik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplamosis selain mengkhawatirkan bagi manusia, juga dapat berdampak buruk pada hewan karena menyebabkan gangguan produksi dan pertumbuhan, termasuk aborsi, prematur, lahir cacat, dan lahir mati. Gen penyandi protein GRA1 sering digunakan sebagai marka identifikasi kehidupan T. gondii baik pada fase takizoit maupun bradizoit. T. gondii tipe I (hipervirulen) dapat cepat tumbuh melimpah dan merangsang produksi sitokin pro-inflamasi sistemik berlebihan dalam tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Sitokin pro-inflamasi tumor necrosis factor α (TNF-α) dan anti-inflamasi interleukin-10 (IL-10) berperan penting pada toxoplasmosis akut. Informasi kadar sitokin yang beredar pada tubuh dapat digunakan sebagai parameter tingkat infeksi atau efektivitas obat yang digunakan. Pengobatan toxoplasmosis yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah dengan antibiotik kombinasi pirimetamin dan sulfadoksin. Pirimetamin dan sulfadoksin dapat digunakan untuk manusia dan hewan, tetapi selain ada potensi resistansi terhadap penggunaan antibiotik, juga dikhawatirkan efek samping obat yang beresiko karena bersifat teratogenik. Tanaman obat jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman tradisonal Indonesia yang memiliki efek anti inflamasi, kemopreventif, dan anti-toxoplasma. Kombinasi tanaman obat jahe merah dan kunyit yang termasuk famili Zingiberaceae dapat meningkatkan aktifitas yang sinergis secara optimal jika dibandingkan dengan penggunaan terpisah. Pengembangan formulasi nanopartikel dapat memberikan efek terapi obat yang lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas formulasi kombinasi nanopowder jahe merah dan kunyit sebagai anti-toxoplasma terhadap ekspresi gen GRA1 T. gondii dan kadar sitokin TNF-α dan IL-10 secara in vivo. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu (1) karakterisasi isolat Toxoplasma gondii secara molekuler dengan PCR-RFLP, (2) standardisasi ekstrak jahe merah dan kunyit, (3) pengujian in silico molecular docking untuk prediksi ikatan antara ligan jahe merah dan kunyit terhadap gen GRA1 T. gondii, (4) formulasi ekstrak nano (nanopowder) jahe merah dan kunyit dengan enkapsulasi nano spray drying dan uji toksisitas akut, (5) uji aktivitas kombinasi nanopowder jahe merah dan kunyit sebagai anti-toxoplasma terhadap daya hidup mencit, jumlah takizoit, analisis histopatologi, dan ekspresi gen GRA1 T. gondii serta regulasi sitokin pro-inflamasi TNF-α dan anti-inflamasi IL-10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakterisasi T. gondii secara molekuler PCR-RFLP menggunakan marka genetik GRA1 dan enzim restriksi DdeI menunjukkan bahwa isolat T. gondii yang dianalisis termasuk strain RH tipe I. Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa metabolit sekunder jahe merah dan kunyit, keduanya mengandung gugus fenolik yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang kuat. Kombinasi jahe merah dan kunyit (1:3) memiliki aktivitas antioksidan yang paling kuat dengan nilai IC50 (inhibition concentration) sebesar 48 µg/mL dibanding kombinasi lainnya. Senyawa 4-gingerol dan ar-turmeron pada jahe merah dan ligan pregnenolon dan curcumin pada kunyit memiliki ikatan dan interaksi yang kuat terhadap protein GRA1 T. gondii yang dapat menghambat aktivitas T. gondii dan berpotensi sebagai anti-toxoplasma. Ekstrak nano (nanopowder) jahe merah dan kunyit pada mencit BALB/c menunjukkan tidak ada kematian dengan nilai letal dosis 50 (LD50) 5000mg/kgBB termasuk kategori praktis tidak toksik. Aktivitas kombinasi nanopowder jahe merah dan kunyit adalah setengah dosis dari kombinasi ekstrak kasarnya sebagai anti-toxoplasma dalam meningkatkan daya hidup mencit dan mereduksi takizoit T. gondii. Aktivitas kombinasi nanopowder 100 mg/kg BB jahe merah (JM) dan kunyit (K) (1:3) ditambah suldox® 25 mg/kgBB (seperdelapan dosis anjuran) yang diberikan setiap hari selama 3 hari dapat meningkatkan daya hidup mencit 100%, mereduksi takizoit 100%, mencegah/mengurangi kerusakan organ, menurunkan level ekspresi gen GRA1 sama dengan normal dan meregulasi ekspresi sitokin TNF-α dan IL-10 dengan baik.Perubahan patologi yang dihasilkan tergantung pada hubungan timbal balik antara sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi. Adanya senyawa pregnenolon dan curcumin yang memiliki ikatan dan interaksi kuat terhadap protein GRA1 T. gondii sehingga dapat menghambat pertumbuhan takizoit, dapat digunakan sebagai acuan standar terhadap ekstrak kunyit yang akan digunakan sebagai anti-toxoplasma. Begitu pula dengan 4-gingerol dan ar-turmeron pada ekstrak jahe merah. Kombinasi nanopowder jahe merah, kunyit dan suldox® memiliki efektivitas yang optimal dan efisien sebagai anti-toxoplasma dalam meningkatkan daya hidup, mereduksi takizoit dengan cepat yang ditunjukkan dengan rendahnya level ekspresi gen GRA1 sebagai marka kehidupan T. gondii, meregulasi kadar sitokin pro-inflamasi TNF-α dan anti inflamasi IL-10 dengan baik sehingga mencegah badai sitokin, dan mengurangi/mencegah kerusakan organ mencit. | id |
