View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Veterinary Science
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Veterinary Science
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Pengaruh Umur terhadap Penyembuhan Luka dan Perkembangan Fisik Kucing Lokal (Felis catus) Pascaoperasi Ovariohisterektomi

      Thumbnail
      View/Open
      Cover (482.3Kb)
      Fulltext (5.721Mb)
      Date
      2023-01
      Author
      Wahyuni, Renji Mailisa
      Gunanti
      Noviana, Deni
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Ovariohisterektomi merupakan prosedur sterilisasi pada kucing betina yang direkomendasikan untuk pengendalian populasi, pencegahan penyakit reproduksi, pengurangan perilaku yang tidak diinginkan terkait dengan hormon reproduksi, meningkatkan kelangsungan hidup kucing tersebut dan pencegahan penyebaran penyakit zoonosis. Ovariohisterektomi pada umumnya dilakukan pada kucing umur 5 – 8 bulan. Ovariohisterektomi pada umur 5 – 8 bulan dianggap kurang mendukung salah satu tujuan sterilisasi, yaitu pengendalian masalah overpopulasi karena kucing betina pada umur tersebut telah memasuki masa pubertas dan terjadi kebuntingan yang tidak diinginkan sebelum dilakukan ovariohisterektomi. Ovariohisterektomi pada kucing umur prapubertas dan umur muda telah dilakukan oleh praktisi dokter hewan di beberapa negara untuk pengendalian overpopulasi. Manfaat ovariohisterektomi pada kucing umur muda yang dilakukan sebelum masa estrus pertama adalah pemulihan anestesi dan penyembuhan luka lebih cepat. Beberapa dokter hewan memiliki kekhawatiran terhadap ovariohisterektomi yang dilakukan pada umur prapubertas dan umur muda (pediatric) karena risiko yang ditimbulkan pada saat prosedur pembedahan, anestesi dan komplikasi pada jangka panjang. Peningkatan risiko komplikasi dan manfaat ovariohisterektomi pada kucing diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor individu yang harus diperhatikan, seperti umur dan ras. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh umur terhadap penyembuhan luka dan perkembangan fisik kucing lokal (Felis catus) pascaoperasi ovariohisterektomi. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan 15 ekor kucing betina lokal. Kucing yang digunakan merupakan kucing liar dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan klinis. Kucing dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan bedah berdasarkan kategori umur (2 - 4, 5 – 9, dan ≥ 10 bulan), masingmasing kelompok perlakuan terdiri atas lima ekor. Semua kucing diaklimatisasi selama 2 minggu dan dilakukan pemeriksaan fisik. Kucing diberikan premedikasi atropin sulfat 10 - 15 menit sebelum dianestesi. Kucing dianestesi dengan anestesi umum kombinasi ketamin dan xylazine dengan dosis yang telah ditentukan. Pembedahan dilakukan dengan metode sterilisasi lateral flank ovariohysterectomy. Pascaoperasi kucing diberikan perawatan luka serta dilakukan evaluasi penyembuhan luka dan hematologi. Pengukuran bobot badan serta body condition score (BCS) dilakukan setiap minggu sampai akhir penelitian. Pemeriksaan radiografi dan kadar kalsium darah dilakukan praoperasi dan 6 bulan pascaoperasi ovariohisterektomi. Kucing diberi makan dua kali sehari dan air minum secara ad libitum. Pakan yang diberikan adalah pakan kucing komersial. Hasil nilai rata-rata durasi anestesi ketamin xylazine pada kucing yang dioperasi ovariohisterektomi pada kelompok umur 2 - 4, 5 – 9, dan ≥ 10 bulan menunjukkan ada perbedaan signifikan (P ˂ 0,05) dan nilai rata-rata onset anestesi serta durasi operasi tidak ada perbedaan signifikan (P > 0,05). Durasi anestesi kucing umur 2 - 4 bulan lebih singkat dari kucing umur 5 - 9 dan ≥ 10 bulan. Hasil pemeriksaan fisiologis seperti suhu tubuh (oC), frekuensi jantung (kali/menit) dan frekuensi respirasi (kali/menit) pada semua kelompok umur yang dioperasi ovariohisterektomi dengan anestesi ketamin xylazine menunjukkan hasil tidak ada perbedaan signifikan (P > 0,05). Rata-rata kondisi fisiologis kucing saat dianestesi dengan ketamin dan xylazine pada operasi ovariohisterektomi mengalami penurunan setiap 15 menit hingga 45 menit setelah induksi dan mengalami peningkatan suhu setelah 60 menit induksi. Penyembuhan luka, perubahan nilai hematologi, peningkatan bobot badan, BCS, kadar kalsium darah, dan kepadatan tulang pascaoperasi ovariohisterektomi pada semua kelompok umur menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok umur (P > 0,05). Rata-rata penyembuhan luka pascaoperasi ovariohisterektomi pada ketiga kelompok umur terjadi pada hari ke- 5 dan semua luka sayatan tertutup pada hari ke- 7. Hasil analisis statistik dari pemeriksaan hematologi pascaoperasi ovariohisterektomi pada hari ke- 1, 5, dan 7 menunjukkan masing-masing kelompok umur perlakuan mengalami perubahan parameter hematologi pada hari ke-1, 5, dan 7 dari praoperasi dan masih dalam kisaran nilai normal. Perubahan bobot badan dan BCS pascaoperasi ovariohisterektomi pada semua kelompok umur mengalami peningkatan setiap minggu hingga akhir penelitian. Berdasarkan metode skor singh index 0 – 6 kepadatan tulang pada semua kelompok umur menunjukkan hasil kepadatan tulang praoperasi dan pascaoperasi ovariohisterektomi tidak mengalami perubahan. Kepadatan tulang praoperasi dan 6 bulan pascaoperasi ovariohisterektomi masih dalam kondisi normal (skor 6) dengan kondisi semua pola trabekula tulang masih terlihat dengan jelas. Penutupan lempeng pertumbuhan tulang pada kelompok kucing umur 2 - 4 bulan signifikan mengalami keterlambatan dibandingkan dengan kelompok umur ≥ 10 bulan (P < 0,05) dan tiga dari lima ekor kelompok umur 5 – 9 bulan mengalami penundaan penutupan lempeng pertumbuhan. Ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing umur 2 - 4, 5 - 9, dan ≥ 10 bulan menunjukkan bahwa ovariohisterektomi pada kelompok umur tersebut aman dilakukan dan tidak ada komplikasi pada prosedur operasi dan 6 bulan pascaoperasi. Ovariohisterektomi pada kucing umur 2 – 4 bulan dapat dilakukan dengan syarat dilakukan persiapan operasi yang baik. Perubahan kondisi fisiologis pada semua kelompok umur saat dilakukan ovariohisterektomi merupakan reaksi normal dari efek pemberian anestesi, stres dan kehilangan darah saat prosedur operasi. Ovariohisterektomi pada kucing umur 5 – 9 dan ≥ 10 bulan berisiko mengalami penambahan berat badan yang tidak terkontrol pascaoperasi ovariohisterektomi sehingga perlu dilakukan manajemen pakan yang baik untuk mendapatkan bobot badan tetap ideal. Peningkatan bobot badan dan BCS pascaoperasi ovariohisterektomi dipengaruhi oleh peningkatan asupan makanan, penurunan aktivitas fisik dan tingkat metabolisme rendah. Durasi operasi ovariohisterektomi pada kucing umur 2 – 4 cenderung lebih cepat dari kedua kelompok lainnya karena panjang sayatan lebih kecil. Kekurangan operasi ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing umur 2 – 4 bulan adalah terjadinya penundaan penutupan lempeng pertumbuhan tulang panjang 6 bulan pascaoperasi ovariohisterektomi.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116384
      Collections
      • MT - Veterinary Science [971]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository