dc.description.abstract | Ficus merupakan tumbuhan asal kawasan tropis yang menjadi keyspecies
karena mempunyai kemampuan berbuah sepanjang tahun sehingga menjadi
penyedia pakan saat terjadi kelangkaan sumber daya di alam. Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung sebagai kawasan yang memiliki bentang alam karst
terbesar di Indonesia mempunyai Ficus yang melimpah akan tetapi spesies tersebut
sedang mengalami gangguan akibat kehadiran tumbuhan invasif yang dapat
mengancam eksistensi Ficus karena dapat mengkolonisasi habitat yang bisa
mengubah komposisi keanekaragaman spesies. Kajian ekologi Ficus sebagai
spesies kunci masih terbatas. Hal tersebut menjadi penyebab rendahnya informasi
untuk melakukan upaya perlindungan dan pelestarian spesies sehingga tujuan dari
penelitian adalah menganalisis keanekaragaman dan distribusi Ficus,
membandingkan komposisi spesies, dan menganalisis faktor lingkungan yang
mempengaruhi Ficus di Resort Pattunuang dan Resort Bantimurung.
Tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah pengambilan data
ekologi dan data lingkungan yang dilaksanakan pada Januari 2022 sampai dengan
Juni 2022. Pengumpulan data vegetasi dengan menggunakan kuadrat bertingkat
yang diletakkan secara purposive sampling. Ukuran plot 20 m x 20 m untuk pohon.
Di dalam plot 20 m x 20 m dibuat subplot berukuran 10 m x 10 m untuk tiang, 5 m
x 5 m untuk pancang dan 2 m x 2 m untuk semai. Di Resort Pattunuang dan Resort
Bantimurung masing-masing dibuat sembilan plot dengan metode yang sama. Data
ekologi dihitung untuk mengetahui indeks nilai penting (INP) serta indeks ekologi
lainnya seperti indeks keanekaragaman (H’), indeks kekayaan (R), indeks
kemerataan (E), dan indeks dominansi (C) dianlisis menggunakan software Past
versi 4.03. Pola sebaran spesies dihitung menggunakan Indeks Morisita (Id) dan
kesamaan spesies dihitung dengan Indeks Similaritas Jaccard (ISJ). Data
lingkungan serta data analisis sifat kimia dan fisik tanah yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis komponen utama (AKU) menggunakan program R versi
4.0.4 untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap keberadaan Ficus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan sebanyak 18 spesies Ficus
spp. dengan berbagai tipe fase pertumbuhan. Spesies yang ditemukan dari subgenus
Urostigma sebanyak 6 spesies, subgenus Sycidium sebanyak 5 spesies, subgenus
Sycomorus sebanyak 4 spesies, subgenus Pharmacosycea sebanyak 2 spesies, dan
subgenus Ficus sebanyak 1 spesies. Ficus spp. yang ditemukan di Resort
Pattunuang sebanyak 14 spesies dan 15 spesies pada Resort Bantimurung. Kedua
lokasi penelitian mempunyai 11 spesies Ficus yang sama yaitu Ficus ampelas,
Ficus benjamina, Ficus callophylla, Ficus callosa, Ficus drupacea, Ficus gul,
Ficus obscura, Ficus racemosa, Ficus sundaica, Ficus variegata, dan Ficus virens.
Sistem reproduksi yang ditemukan yaitu sebanyak 9 spesies monoecious, 8 spesies
dioecious, dan 1 spesies gynodioecious.
Analisis vegetasi di Resort Pattunuang memperlihatkan komposisi spesies
yang mendominasi berdasarkan nilai INP. Spesies Ficus spp. yang ditemukan
dengan persentase lebih dari 20% pada tingkat pohon adalah F. sundaica (27,55),
F. callophylla (23,79), dan F. subulata (23,02). Spesies lain yang ditemukan
mendominasi pada tingkat pohon adalah Pterospermum celebicum (22,29), tangkat
tiang adalah Saccopetalum sp. (31,38), tingkat pancang adalah Phaleria capitata
(28,14), dan tingkat semai adalah Pterospermum celebicum (22,51). Ficus spp.
yang ditemukan mempunyai pola sebaran merata dengan nilai Id 0,91. Dominansi
tumbuhan pada Resort Bantimurung dengan persentase nilai IPN lebih dari 20%
pada tingkat pohon adalah F. ampelas (29,23), F. virens (28,32), F. drupacea
(23,51), pada tingat tiang adalah F. pisifera (39,87), dan tingkat pancang adalah F.
pisifera (23,52). Spesies lain yang ditemukan mendominasi pada tangkat pohon
adalah Kleinhovia hospita (25,91), tingkat tiang adalah Pterocymbium tinctorium
(30,49), tingkat pancang adalah Leea indica (29,32), dan tingkat semai adalah Piper
retrofractum (16,72). Ficus spp. yang ditemukan mempunyai pola sebaran merata
dengan nilai Id 0,86.
Resort Pattunuang memiliki indeks keanekaragaman (H’) pohon tergolong
sedang dengan nilai indeks lebih dari 1 dan kurang dari 3, sedangkan tiang memiliki
kategori rendah karena nilai indeks kurang dari 1. Kekayaan (R) untuk semua fase
pertumbuhan menunjukkan nilai kurang dari 3,5 yang mengindikasikan kekayaan
spesies tergolong rendah. Tingkat kemerataan (E) pada semua fase tumbuh
menunjukkan nilai yang dekat dengan angka 1 menandakan semua spesies tersebar
secara merata. Dominansi (C) pada fase pohon mendekati 0 yang menandakan tidak
ada pemusatan spesies, sedangkan untuk tiang menunjukkan nilai dominansi 1 yang
mengindikasikan Ficus pada fase tiang terjadi pemusatan spesies. Pada Resort
Bantimurung, keanekaragaman (H’) tergolong sedang untuk fase pertumbuhan
pohon, tiang, dan pancang karena nilai indeks lebih besar dari 1 namun berada di
bawah 3. Kekayaan (R) spesies tergolong rendah karena nilai indeks yang
menunjukkan angka di bawah 3,5. Kemerataan (E) menunjukkan angka mendekati
1 mengindikasikan bahwa spesies tersebar secara merata yang didukung oleh nilai
dominansi (C) mendekati angka 0 dengan indikasi bahwa tidak ada pemusatan
spesies di lokasi penelitian.
Kedua Resort mempunyai komposisi Ficus yang relatif sama dengan nilai ISJ
61%. Analisis PCA menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi
keberadaan Ficus di Resort Pattunuang adalah kecepatan angin, suhu tanah, suhu
udara, kelembapan tanah, pH tanah, dan kelembapan udara. Resort Bantimurung,
keberadaan Ficus dipengaruhi oleh kecepatan angin, suhu tanah, kelembapan tanah,
dan kelembapan udara. | id |