Model Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus TPA Troketon, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)
Date
2023-01-11Author
Ratnawati, Beata
Yani, Mohamad
Suprihatin, Suprihatin
Hardjomidjojo, Hartrisari
Metadata
Show full item recordAbstract
Meningkatnya jumlah penduduk di suatu wilayah akan diiringi peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Peningkatan jumlah sampah akan memengaruhi pengelolaan di tempat pemprosesan akhir sampah. Apabila pengelolaan tidak berjalan optimal maka akan terjadi pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi kondisi saat ini pengelolaan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Kabupaten Klaten, (2) mengevaluasi umur pakai TPA Troketon Kabupaten Klaten, (3) mendesain model pengelolaan yang dapat diterapkan di TPA Troketon berdasarkan pengolahan yang digunakan, dan (4) memformulasikan strategi pengelolaan di TPA Troketon, Kabupaten Klaten.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang terkait dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah. Pengelolaan sampah yang baik dapat dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pengelolaan sampah dari aspek lingkungan dapat dilihat dengan tidak adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan. Aspek sosial dapat dilihat dari peranan sampah terhadap masyarakat, dimana dari pengolahan sampah yang dilakukan dapat dijadikan lapangan pekerjaan. Pengelolaan sampah dari aspek ekonomi adalah dengan mengolah sampah menjadi produk bermanfaat seperti kompos dapat memperoleh keuntungan. Pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga bentuk yaitu (1) mengolah sampah menjadi pupuk kompos maupun dilakukan penimbunan di halaman rumah, (2) sampah dibuang di sungai, (3) sampah dibuang di Tempat Penampungan Sementara (TPS) maupun TPS Terpadu.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara dengan petugas TPA, pemulung, dan masyarakat sekitar serta pengambilan sampel untuk memperoleh data komposisi sampah. Data sekunder berupa jumlah sampah yang masuk ke TPA yang berasal dari jembatan timbang, jumlah penduduk Kabupaten Klaten, detail engineering design TPA yang berasal dari instansi terkait yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Data dianalisis menggunakan material flow analysis, dan Interpretive Structural Modeling.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam kepada petugas serta masyarakat sekitar TPA diperoleh bahwa kondisi pengelolaan sampah di TPA Troketon saat ini menerapkan metode controlled landfill dan memiliki beberapa kendala dalam pengelolaan. Alur pengelolaan sampah di Troketon sebelum ditimbun di landfill adalah sampah yang masuk ke TPA Troketon ditimbang di jembatan timbang lalu dipilah di Instalasi Pengolah Limbah Domestik (IPSD). Sampah yang tidak terolah ditimbun di landfill. Sampah yang masuk ke TPA adalah sejumlah 94,24 ton/hari. Sebanyak 40-70% sampah yang dihasilkan berupa sampah organik yang dapat diolah dengan pengomposan. Beberapa kendala yang dialami pada pengelolaan sampah di TPA saat ini meliputi aspek operasional, kelembagaan, dan biaya. Kendala yang dihadapi pada aspek operasional adalah meningkatnya jumlah sampah yang ditimbun di landfill sehingga kapasitas landfill tidak mencukupi. Kendala pada aspek kelembagaan adalah kurangnya tenaga kerja terlatih untuk mengolah sampah menjadi kompos. Kendala pada aspek ekonomi adalah pembiayaan yang berasal dari APBD hanya dapat digunakan untuk biaya operasional seperti biaya solar, biaya tenaga kerja, biaya pengurugan tanah, dan biaya peralatan keselamatan.
Pengolahan sampah saat ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Limbah Domestik (IPSD) yang terdapat di TPA Troketon. IPSD dapat menampung sampah sebanyak 3000 kg/ hari. Sampah yang masuk dipilah, sampah organik menjadi kompos sedangkan sampah yang tidak dapat diolah ditimbun di landfill. Zona penimbunan sampah yang dimiliki oleh TPA Troketon ada 3 zona landfill. Zona landfill 1 memiliki kapasitas 94.183 m3, dimana telah terisi 70%. Zona landfill 2 memiliki kapasitas 78.803 m3, dimana telah terisi penuh. Zona landfill 3 memiliki kapasitas 74.623 m3, yang belum dioperasikan. Kapasitas landfill sangat memengaruhi umur pakai TPA. Perhitungan umur pakai adalah kapasitas landfill dibagi dengan jumlah sampah yang ditimbun setiap hari. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh umur pakai TPA pada zona landfill 1 dengan kondisi saat ini mencapai kapasitas maksimal pada 155 hari. Apabila sampah melebihi kapasitas dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, oleh karena itu perlu adanya pengolahan untuk memperpanjang umur pakai TPA.
Pengolahan sampah dapat digunakan untuk memperpanjang umur pakai TPA. Penelitian ini bertujuan membuat model pengelolaan TPA dengan menggunakan skenario pengolahan. Ada empat skenario yang dapat dilakukan, yaitu skenario (1) pengolahan sampah dengan pengomposan, skenario (2) pengolahan sampah dengan pengomposan dan reuse, reduce, recycle (3R), skenario (3) pengolahan sampah dengan waste to energy (WTE), dan skenario (4) pengolahan sampah dengan pengomposan, 3R, dan WtE. Dari hasil analisa keempat skenario menggunakan Material Flow Analysis (MFA) diperoleh skenario 2 dan 4 yang dapat mengurangi emisi maupun lindi dan dapat memperpanjang umur pakai TPA. Berdasarkan aspek pembiayaan dan sumber daya skenario yang dapat diaplikasikan di TPA Troketon saat ini adalah skenario 2 dengan benefit cost ratio (BCR) adalah 1,02 dan pengolahan dikatakan layak apabila keuntungan lebih besar dibandingkan modal. Selain itu, biaya investasi skenario 2 kurang dari Rp 6 000 000 000, 00 lebih rendah dibanding skenario 4. Dari aspek sumber daya skenario 2 tidak memerlukan pekerja dengan spesifikasi tertentu.
Berdasarkan kendala dan permasalahan dalam pengelolaan TPA diperlukan adanya strategi pengelolaan TPA. Strategi pengelolaan TPA tersebut diperoleh dengan menganalisa elemen kunci yang terkait dalam pengelolaan TPA dengan menggunakan tools Interpretive structure modelling (ISM). ISM dapat digunakan untuk menentukan elemen kunci dan mengetahui hubungan antar elemen. Elemen yang digunakan dalam pengelolaan TPA berdasarkan para pakar yang berasal dari pemerintah, akademisi, masyarakat, serta lembaga masyarakat. Elemen terpilih adalah sektor masyarakat yang terpengaruh, perubahan yang diinginkan, kebutuhan, dan kendala dalam pengelolaan TPA. Berdasarkan keempat elemen tersebut elemen paling penting adalah elemen perubahan yang diinginkan. Perubahan yang diinginkan adalah berkurangnya sampah yang ditimbun. Berkurangnya sampah yang ditimbun dapat memperpanjang umur pakai TPA, pencemaran lingkungan yang berasal dari emisi dan lindi menjadi berkurang. Untuk mengurangi sampah yang ditimbun peran masyarakat sangat diperlukan selain itu peningkatan teknologi, bantuan dana pemeliharaan, serta peningkatan SDM baik kualitas maupun kuantitas dibutuhkan dalam pengelolaan TPA.
Kebaruan dalam penelitian ini adalah dihasilkan model pengelolaan TPA dalam bentuk website aplikasi dengan judul “SIPTA: Sistem Informasi Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah”. Website tersebut dapat digunakan untuk memperoleh rekomendasi dalam pengelolaan sampah di TPA. Website tersebut berfungsi untuk mencatat jumlah sampah yang masuk ke TPA kemudian disimulasikan dengan pengolahan yang dapat dilakukan sehingga diperoleh perhitungan emisi dan lindi yang dihasilkan serta dapat memperoleh perhitungan kapasitas landfill yang tersisa dan umur pakai landfill. Model pengelolaan TPA ini dapat direplikasi oleh Kota/Kabupaten lain dengan modifikasi tertentu.