| dc.description.abstract | Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) adalah salah satu Taman Nasional ekosistem pegunungan di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi. TNGC ditetapkan pada tanggal 8 Mei 2014 melalui Surat Penetapan Menteri LHK No.3684/Menhut/VIIKUH/2014 dengan luas wilayah 14.481,3 Ha.
Perubahan status dari Kawasan Hutan Produksi menjadi Taman Nasional menimbulkan konsekuensi yang sangat besar terutama konsekuensi mata pencaharian masyarakat. Perubahan ini harus disikapi dengan benar sehingga kesejahteraan masyarakat tetap terjaga. Balai TNGC melalui kebijakan manajemen kedaulatan rakyat untuk pengelolaan Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di kawasan zona pemanfaatan kawasan TNGC. Melalui kebijakan tersebut maka perlu adanya pengembangan produk wisata untuk pemberdayaan masyarakat. Melalui pengembangan produk wisata masyarakat akan lebih berdaya dalam hal sumber daya manusia, kelembagaan, permodalan, maupun pengembagan fasilitas umum lainya. Hal tersebut dapat terjadi oleh adanya keterlibatan para pihak lain untuk mendukung pengembangan produk wisata yang dikelola oleh masyarakat desa penyangga.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan stakeholders diantaranya Balai TNGC, Dinas Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian (DISKOPDAGPERIN) Kabupaten Kuningan, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Kabupaten Majalengka, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka, Pemerintah Desa (Desa Cisantana, Desa Setianegara, dan Desa Padaherang) Koperasi Pengelola ODTWA (Koperasi Alam Citra Mandiri, Koperasi Ciremai Green Lambosir, dan Koperasi Leles Tirta Raharja), Media, Lembaga Swadaya Masyarakat (Aktivitas Anak Rimba, Forum Ciremai, dan Pokdarwis) Universitas IAIN Cirebon. Sedangkan data sekunder merupakan seluruh data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat menunjang penelitian ini. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kondisi umum desa penyangga dan kondisi produk wisata di ODTWA lokasi penelitian. Selain itu analisis stakeholders digunakan untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan dari setiap stakeholders yang berperan dengan fungsi, kapasitas, maupun kapabilitas yang berbeda disetiap ODTWA lokasi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Cisantana yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC memiliki potensi wisata yang sangat banyak dilihat dari wisata alam, taman wisata, wisata kuliner sebagai objek daya tarik wisata yang terletak di Kecamatan Cigugur berjarak ±5 km dari pusat Kota Kabupaten Kuningan. Selain potensi wisata Desa Cisantana juga memiliki budaya masyarakat bertani dan beternak dari hasil pengamatan lapangan terdapat potensi peternakan susu perah, ayam pedaging, pertanian sayur-sayuran. Potensi pertanian dan peternakan belum dioptimalkan dengan baik sehingga hasil produksi dari
masyarakat pertanian dijual secara mandiri ke pasar yang ada. Potensi sumber daya pertanian dan peternakan perlu dikolaborasikan dengan wisata alam yang ada di lingkup Desa maupun kawasan TNGC sebagai wisata agro eduwisata organik. Kolaborasi antara para pihak Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa maupun Balai TNGC dalam hal peningkatan kapasitas masyarakat petani dan kelompok dan/atau badan usaha koperasi pengelola ODTWA untuk memanfaatkan sumber daya pertanian dan peternakan ke dalam paket wisata sebagai konsep agroeduwisata organik atau perpaduan antara potensi wisata alam dengan hasil pertanian dan peternakan yang ada sebagai suatu daya tarik wisata untuk wisata edukasi.
Potensi di alam lingkup Desa Setianegara memiliki bentang alam menyuguhkan keindahan persawahan yang hijau dengan tanaman padi maupun jenis tanaman pertanian lainya seperti ubi jalar dan sayur sayuran dengan pemandangan berlatar Gunung Ciremai belum dikembangkan dengan baik meskipun terdapat beberapa warung kopi di sekitar persawahan Desa Setianegara namun belum tertata dengan rapi dan menarik. Potensi bentang alam persawahan dan sumber air irigasi yang sangat baik dapat dimanfaatkan dengan konsep wisata alam dengan adanya konstruksi jembatan semi permanen yang membentang di tengah persawahan dan menghubungkan ke saung atau gazebo untuk tempat kuliner, swafoto, maupun kolam ikan hias dan kolam pemancingan dengan memanfaatkan air irigasi yang sangat cukup di dalam persawahan. Perlu adanya dukungan dalam hal perencanaan yang baik antara para masyarakat pemilik lahan dengan Pemerintah Desa Setianegara, Balai TNGC dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan, Media, LSM dan akademisi dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat. Kolaborasi antara para pihak tersebut dapat mendukung, memfasilitasi kelompok Karang Taruna Desa Setianegara atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) maupun Koperasi Ciremai Green Lambosir dalam hal peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kolaborasi dalam pengembangan produk wisata Desa Setianegara.
Desa Padaherang terletak di Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka yang berpotensi alam yang melimpah dengan sumber mata air, persawahan, maupun pertanian hortikultura yang menghasilkan buah durian yang khas Desa Padaherang. Potensi yang sementara ini menjadi unggulan di yaitu Buper Leles yang terletak di dalam kawasan TNGC namun tidak menutup kemungkinan bagi koperasi pengelola Buper Leles untuk berkolaborasi dengan kelompok Karang Taruna, Pokdarwis Desa Setempat dalam pengembangan potensi alam seperti Situ Cikuda. Potensi alam Situ Cikuda merupakan bendungan air seluas ±3 ha sebagai aset Pemerintah Desa Padaherang. Perlu adanya Kerjasama antara para pihak seperti Pemerintah Desa Padaherang, Balai TNGC, dan Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk melakukan kajian dan perencanaan dalam hal pengembangan produk wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di lingkup kawasan TNGC maupun lingkup Desa Padaherang berupa hasil produksi pertanian, bentang alam (persawahan), bendungan air, bumi perkemahan untuk saling berintegrasi atau dalam suatu konsep ekowisata Desa Padaherang. | id |
| dc.description.abstract | Gunung Ciremai Nasional Park (GCNP) is a mountainous ecosystem National Park with very high tourism potential in West Java Province. The national park was established on May 8, 2014, through the Letter of Determination of the Minister of Environment and Forestry No.3684/Menhut/VIIKUH/2014, with a designated area of 14.481,3 Ha as GCNP.
The change in the area's status from a Production Forest Area to a National Park has enormous consequences, especially the consequences of community livelihoods. This change must be addressed properly so that the community's welfare is maintained. GNCP Office Center through the people's sovereignty management policy for the management of Object and Natural Tourism Attractions (ONTA) in the utilization zone of the GCNP area. Through this policy, it is necessary to develop tourism products for community empowerment. So that through the development of tourism products, the community will be more empowered in terms of human resources, institutions, capital, and the development of other public facilities. This can happen because of the involvement of other parties to support the development of tourism products managed by the buffer village community.
This study uses primary data and secondary data. Primary data were obtained from interviews with stakeholders, including the GCNP Office Center, the Kuningan Regency Cooperative and Micro Small Business Office, the Kuningan Regency Youth Sports and Tourism Office, the Majalengka Regency Cooperative and Micro Small Business Office, the Majalengka Regency Tourism and Culture Office, and the Village Government (Cisantana Village), Setianegara Village, Padaherang Village) ONTA Management Cooperatives (Citra Alam Mandiri Cooperative, Ciremai Green Lambosir Cooperative, and Leles Tirta Raharja Cooperative), Media, Non-Governmental Organizations (Aktivitas Anak Rimba, Ciremai Forum, and Pokdarwis) IAIN Cirebon University. While secondary data is collected from various sources that can support this research. The data collected was then analyzed using qualitative descriptive analysis to determine the general condition of the support villages and tourism products in the ONTA research location. In addition, stakeholder analysis is used to determine the influence and interests of each stakeholder who plays a role with different functions, capacities, and capabilities in each ONTA research location.
The results showed that Cisantana Village, which is directly adjacent to the GCNP area, has a lot of tourism potential seen from nature tourism, park tourism, culinary tourism as a tourist attraction located in Cigugur District, approximately 5 km from the city center of Kuningan Regency. In addition to tourism potential, Cisantana Village also has a community culture of farming and raising livestock. From the results of field observations, there is potential for dairy farming, broilers, and vegetable farming. The potential of agriculture and animal husbandry has not been optimized properly so that the production of the farming community is sold independently to the existing market. Potential agricultural and animal husbandry resources need to have collaborated with natural tourism in the village and the GCNP area as an organic agro-educational tourism activity. Collaboration between the local government, village orders, and the GCNP Office Center in terms of increasing the capacity of farming communities and groups and cooperative business entities managing ONTA to utilize agricultural and livestock resources into tourism packages as an organic agro-education concept or a combination of natural tourism potential with agricultural and livestock products that exist as a tourist attraction for educational tourism.
The potential in the scope of Setianegara Village has a landscape that presents the beauty of green rice fields with rice plants and other types of crops such as sweet potatoes and vegetables with a view of Mount Ciremai that has not been developed properly. However, there are several huts/coffee stalls around the village of Setianegara, not neatly arranged and attractive. The potential of rice fields landscapes and excellent irrigation water sources can be utilized with the concept of nature tourism with the construction of a semi-permanent bridge that spans the middle of the rice fields and connects to a saung or gazebo for culinary places, photo spots, as well as ornamental fish ponds and fishing ponds by utilizing sufficient irrigation water in the rice fields. There needs to be supported in terms of good planning between the farming community/landowners with the Setianegara Village Government, the GCNP Office Center, the Kuningan Regency Government, the media, NGOs, and academics in the development of community-based nature tourism. The collaboration between these parties can facilitate the Setianegara Village Youth Organization group or the Tourism Awareness Group (Pokdarwis) and the Ciremai Green Lambosir Cooperative in terms of increasing human resource capacity and collaboration in the development of tourism products in Setianegara Village.
Padaherang Village is located in the District of Sindangwangi, Majalengka Regency, which has abundant natural potential with springs, rice fields, and horticultural agriculture that produces durian fruit typical of Padaherang Village. The potential currently being featured is Buper Leles which is located within the TNGC area. However, the joint managing Buper Leles can collaborate with the Karang Taruna group, Pokdarwis, to develop natural potentials such as Situ Cikuda. The natural potential of Situ Cikuda is a water dam covering an area of ± 3 ha as an asset of the Padaherang Village Government. There needs to be cooperation between parties such as the Padaherang Village Government, GCNP Office Center, and the Majalengka Regency Government through the Tourism and Culture Office to conduct studies and to plan in terms of developing tourism products by utilizing the natural potential that exists within the GCNP area and the Padaherang Village in the form of results. Agricultural production, landscapes (paddy fields), water dams, campgrounds for integration of saline or in an ecotourism concept in Padaherang Village. | id |
