Show simple item record

dc.contributor.advisorSudrajat, Agus Oman
dc.contributor.advisorWidanarni, Widanarni
dc.contributor.advisorSuprayudi, Muhammad Agus
dc.contributor.advisorManalu, Wasmen
dc.contributor.advisorHadiroseyani, Yani
dc.contributor.authorHeltonika, Benny
dc.date.accessioned2022-12-01T06:27:51Z
dc.date.available2022-12-01T06:27:51Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115410
dc.description.abstractAktivitas budidaya ikan baung (Hemibagrus nemurus) mengalami kendala dalam ketersediaan benih, rendahnya nilai produksi akibat kematian yang masih tinggi, di antaranya karena perilaku kanibalisme, dan hingga saat ini belum ada kajian kanibalisme pada ikan baung. Perilaku kanibalisme ikan sering dikaitkan dengan perilaku agresivitas, yang erat kaitannya dengan kerja hormon. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan sintasan benih ikan baung adalah dengan menurunkan kejadian kanibalismenya melalui pengendalian konsentrasi steroid dalam tubuh secara pendekatan hormon steroid, fitoestrogen, dan triptofan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi padat tebar dan perilaku pemangsaan pada benih ikan baung serta peran hormon testosteron, estradiol, tepung kunyit, dan triptofan dalam mengendalikan kanibalisme ikan baung melalui pendekatan pengendalian plasma steroid tubuh. Penelitian ini terdiri atas 4 tahapan: (1) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung pada padat tebar berbeda serta perilaku pemangsaan, (2) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung yang diberi pakan yang diperkaya dengan 17α-metiltestosteron, (3) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung yang diberi hormon estradiol-17β melalui perendaman, (4) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung yang diberi hormon estradiol-17β, tepung kunyit, dan triptofan melalui pakan. Kebaruan penelitian terdiri atas perilaku kanibalisme, peran hormon testosteron, estradiol- 17β, dan fitoestrogen dalam kejadian kanibalisme ikan baung. Penelitian pertama bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh padat tebar pada kejadian kanibalisme dan cara pemangsaan pada benih ikan baung. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap, dengan dua tahap, yaitu pemeliharaan benih ikan baung pada padat tebar rendah dan padat tebar tinggi. Benih berukuran 3,6±0,1 cm, digunakan pada padat tebar rendah (1, 2, 3, dan 4 ekor L-1) dan 3,5±0,19 cm, digunakan pada padat tebar tinggi (3, 4, 5, dan 6 ekor L-1), benih diberi pakan komersial dengan kandungan protein 40% sebanyak 4 kali sehari atau per 6 jam secara at satiation, dipelihara selama 30 hari. Pengamatan dilakukan pada kejadian kanibalisme, kinerja pertumbuhan, dan cara pemangsaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan padat tebar meningkatkan kejadian kanibal dan menurunkan sintasan (p<0,05). Akan tetapi, tidak ada perbedaan pada kinerja pertumbuhan antar-perlakuan (p>0,05). Selanjutnya, berdasarkan pengamatan pada benih korban, ada 3 cara pemangsaan, yaitu memangsa bagian ekor, bagian perut, dan bagian kepala. Penelitian kedua bertujuan untuk mengevaluasi peran testosteron, yaitu sebagai salah satu hormon yang bertanggung jawab atas kejadian kanibalisme pada ikan. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap dan 4 perlakuan, dengan pemberian 17α-metiltestosteron (mg kg-1) dalam pakan dengan dosis 0 (A), 7,5 (B), 15 (C), dan 30 (D), pada padat tebar 2 ekor L-1 dan diulang sebanyak 4 kali. Benih berukuran 4,09±0,19 cm dipelihara dalam media pemeliharaan dan diberi pakan komersial dengan kandungan protein 40% sebanyak 4 kali sehari secara at satiation, dan pemeliharaan dilakukan selama 30 iii hari. Parameter yang diamati meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan, kematian normal, kinerja produksi benih, konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan kortisol), serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian testosteron meningkatkan kejadian kanibal dan menurunkan sintasan (p<0,05). Akan tetapi, tidak ada perbedaan kinerja pertumbuhan serta konsentrasi testosteron antar-perlakuan (p>0,05), namun terdapat perbedaan konsentrasi estradiol pada plasma (p<0,05). Testosteron memiliki peran dalam kejadian kanibalisme melalui mekanisme peningkatan konsentrasi estradiol plasma. Pada tahap ketiga ini dikaji peran estradiol yang berpotensi untuk mengontrol kejadian kanibalisme ikan. Kajian fokus pada perendaman benih dalam larutan estradiol-17β. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan rancangan faktorial dengan 9 perlakuan, dengan kombinasi perlakuan dosis 1 dan 2 ppm, lama waktu perendaman 2 dan 4 jam, serta interval perendaman 3 dan 6 hari sekali, serta satu kontrol yang diulang 4 kali. Benih berukuran 0,67±0,73 cm dengan padat tebar 10 ekor L-1 dipelihara dalam media pemeliharaan dengan pemberian pakan cacing sutra secara ad libitum, dan pemeliharaan selama 30 hari. Parameter yang diamati meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan, kematian normal, kinerja produksi benih, konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan kortisol), serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan perendaman estradiol- 17β memberikan pengaruh terhadap kejadian kanibal, semakin tinggi pemberian estradiol-17β maka meningkatkan kanibalisme pada benih ikan baung (p<0,05). Namun pemberian estradiol-17β memberikan kemampuan benih ikan baung hidup pada kepadatan yang tinggi, ditunjukkan dengan meningkatnya sintasan dan menurunnya kematian normal (p<0,05). Penelitian tahap keempat ini bertujuan untuk mengevaluasi peran estradiol- 17β, tepung kunyit (fitoestrogen), dan triptofan melalui pakan dalam mengendalikan kanibalisme pada benih baung. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap dengan 11 perlakuan, yaitu pengayaan pakan komersial (protein 40%): tanpa pengayaan (A), estradiol-17β 15 mg kg-1 pakan (B), estradiol-17β 30 mg kg-1 pakan (C), estradiol-17β 45 mg kg-1 pakan (D), tepung kunyit 2,5 g kg-1 pakan (E), tepung kunyit 5 g kg-1 pakan (F), kurkumin 0,34 g kg-1 pakan (G), triptofan 0,25% pakan (H), triptofan 0,5% pakan (I), triptofan 0,75% pakan (J), dan triptofan 1% pakan (K), diulang sebanyak 3 kali. Benih berukuran 4,98±0,14 cm dengan padat tebar 3 ekor L-1 dipelihara dalam media pemeliharaan dan pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari. Parameter yang diamati meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan, kematian normal, kinerja produksi benih, konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan kortisol) serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian estradiol-17β tidak memberikan dampak pada penurunan kejadian kanibal (p>0,05), namun memberikan penurunan sintasan dan kinerja produksi (p<0,05). Pemberian tepung kunyit, kurkumin, dan triptofan pada dosis optimal menurunkan kejadian kanibalisme dan meningkatkan sintasan serta kinerja produksi (p>0,05). Suplementasi tepung kunyit, kurkumin, dan triptofan pada semua dosis menurunkan estradiol plasma hingga di bawah 1 ng mL-1, yang merupakan konsentrasi plasma optimal yang menurunkan kejadian kanibal baung.id
dc.description.sponsorshipBUDI-DN, LPDPid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStudi Pengendalian Hormonal Terhadap Kanibalisme Pada Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)id
dc.title.alternativeStudy of Hormonal Control Against Cannibalism at Asian Redtail Catfish (Hemibagrus nemurus)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordphytoestrogenid
dc.subject.keywordtestosteroneid
dc.subject.keywordtryptophanid
dc.subject.keywordaggressiveid
dc.subject.keywordgrowthid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record