dc.description.abstract | Aktivitas budidaya ikan baung (Hemibagrus nemurus) mengalami kendala
dalam ketersediaan benih, rendahnya nilai produksi akibat kematian yang masih
tinggi, di antaranya karena perilaku kanibalisme, dan hingga saat ini belum ada
kajian kanibalisme pada ikan baung. Perilaku kanibalisme ikan sering dikaitkan
dengan perilaku agresivitas, yang erat kaitannya dengan kerja hormon. Dengan
demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan sintasan benih ikan baung adalah
dengan menurunkan kejadian kanibalismenya melalui pengendalian konsentrasi
steroid dalam tubuh secara pendekatan hormon steroid, fitoestrogen, dan triptofan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengevaluasi padat tebar dan perilaku pemangsaan pada benih ikan baung serta
peran hormon testosteron, estradiol, tepung kunyit, dan triptofan dalam
mengendalikan kanibalisme ikan baung melalui pendekatan pengendalian plasma
steroid tubuh. Penelitian ini terdiri atas 4 tahapan: (1) Mengevaluasi tingkat
kanibalisme benih ikan baung pada padat tebar berbeda serta perilaku
pemangsaan, (2) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung yang diberi
pakan yang diperkaya dengan 17α-metiltestosteron, (3) Mengevaluasi tingkat
kanibalisme benih ikan baung yang diberi hormon estradiol-17β melalui
perendaman, (4) Mengevaluasi tingkat kanibalisme benih ikan baung yang diberi
hormon estradiol-17β, tepung kunyit, dan triptofan melalui pakan. Kebaruan
penelitian terdiri atas perilaku kanibalisme, peran hormon testosteron, estradiol-
17β, dan fitoestrogen dalam kejadian kanibalisme ikan baung.
Penelitian pertama bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh padat tebar pada
kejadian kanibalisme dan cara pemangsaan pada benih ikan baung. Percobaan
bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap, dengan dua tahap,
yaitu pemeliharaan benih ikan baung pada padat tebar rendah dan padat tebar
tinggi. Benih berukuran 3,6±0,1 cm, digunakan pada padat tebar rendah (1, 2, 3,
dan 4 ekor L-1) dan 3,5±0,19 cm, digunakan pada padat tebar tinggi (3, 4, 5, dan 6
ekor L-1), benih diberi pakan komersial dengan kandungan protein 40% sebanyak
4 kali sehari atau per 6 jam secara at satiation, dipelihara selama 30 hari.
Pengamatan dilakukan pada kejadian kanibalisme, kinerja pertumbuhan, dan cara
pemangsaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan padat tebar
meningkatkan kejadian kanibal dan menurunkan sintasan (p<0,05). Akan tetapi,
tidak ada perbedaan pada kinerja pertumbuhan antar-perlakuan (p>0,05).
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan pada benih korban, ada 3 cara pemangsaan,
yaitu memangsa bagian ekor, bagian perut, dan bagian kepala.
Penelitian kedua bertujuan untuk mengevaluasi peran testosteron, yaitu
sebagai salah satu hormon yang bertanggung jawab atas kejadian kanibalisme
pada ikan. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak
lengkap dan 4 perlakuan, dengan pemberian 17α-metiltestosteron (mg kg-1) dalam
pakan dengan dosis 0 (A), 7,5 (B), 15 (C), dan 30 (D), pada padat tebar 2 ekor L-1
dan diulang sebanyak 4 kali. Benih berukuran 4,09±0,19 cm dipelihara dalam
media pemeliharaan dan diberi pakan komersial dengan kandungan protein 40%
sebanyak 4 kali sehari secara at satiation, dan pemeliharaan dilakukan selama 30
iii
hari. Parameter yang diamati meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan,
kematian normal, kinerja produksi benih, konsentrasi hormon (estradiol,
testosteron, dan kortisol), serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan pemberian testosteron meningkatkan kejadian kanibal dan
menurunkan sintasan (p<0,05). Akan tetapi, tidak ada perbedaan kinerja
pertumbuhan serta konsentrasi testosteron antar-perlakuan (p>0,05), namun
terdapat perbedaan konsentrasi estradiol pada plasma (p<0,05). Testosteron
memiliki peran dalam kejadian kanibalisme melalui mekanisme peningkatan
konsentrasi estradiol plasma.
Pada tahap ketiga ini dikaji peran estradiol yang berpotensi untuk
mengontrol kejadian kanibalisme ikan. Kajian fokus pada perendaman benih
dalam larutan estradiol-17β. Percobaan bersifat eksperimental, menggunakan
rancangan faktorial dengan 9 perlakuan, dengan kombinasi perlakuan dosis 1 dan
2 ppm, lama waktu perendaman 2 dan 4 jam, serta interval perendaman 3 dan 6
hari sekali, serta satu kontrol yang diulang 4 kali. Benih berukuran 0,67±0,73 cm
dengan padat tebar 10 ekor L-1 dipelihara dalam media pemeliharaan dengan
pemberian pakan cacing sutra secara ad libitum, dan pemeliharaan selama 30 hari.
Parameter yang diamati meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan, kematian
normal, kinerja produksi benih, konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan
kortisol), serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan perendaman estradiol-
17β memberikan pengaruh terhadap kejadian kanibal, semakin tinggi pemberian
estradiol-17β maka meningkatkan kanibalisme pada benih ikan baung (p<0,05).
Namun pemberian estradiol-17β memberikan kemampuan benih ikan baung hidup
pada kepadatan yang tinggi, ditunjukkan dengan meningkatnya sintasan dan
menurunnya kematian normal (p<0,05).
Penelitian tahap keempat ini bertujuan untuk mengevaluasi peran estradiol-
17β, tepung kunyit (fitoestrogen), dan triptofan melalui pakan dalam
mengendalikan kanibalisme pada benih baung. Percobaan bersifat eksperimental,
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 11 perlakuan, yaitu pengayaan
pakan komersial (protein 40%): tanpa pengayaan (A), estradiol-17β 15 mg kg-1
pakan (B), estradiol-17β 30 mg kg-1 pakan (C), estradiol-17β 45 mg kg-1 pakan
(D), tepung kunyit 2,5 g kg-1 pakan (E), tepung kunyit 5 g kg-1 pakan (F),
kurkumin 0,34 g kg-1 pakan (G), triptofan 0,25% pakan (H), triptofan 0,5% pakan
(I), triptofan 0,75% pakan (J), dan triptofan 1% pakan (K), diulang sebanyak 3
kali. Benih berukuran 4,98±0,14 cm dengan padat tebar 3 ekor L-1 dipelihara
dalam media pemeliharaan dan pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari secara at
satiation. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari. Parameter yang diamati
meliputi tipe kanibal, indeks kanibal, sintasan, kematian normal, kinerja produksi
benih, konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan kortisol) serta kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian estradiol-17β tidak memberikan
dampak pada penurunan kejadian kanibal (p>0,05), namun memberikan
penurunan sintasan dan kinerja produksi (p<0,05). Pemberian tepung kunyit,
kurkumin, dan triptofan pada dosis optimal menurunkan kejadian kanibalisme dan
meningkatkan sintasan serta kinerja produksi (p>0,05). Suplementasi tepung
kunyit, kurkumin, dan triptofan pada semua dosis menurunkan estradiol plasma
hingga di bawah 1 ng mL-1, yang merupakan konsentrasi plasma optimal yang
menurunkan kejadian kanibal baung. | id |