Analisis Kontribusi SO2 dan NOx sebagai Prekursor terhadap Konsentrasi PM2.5 di Wilayah Puncak dan Baranangsiang

Abstract

Pencemar partikulat halus berupa PM2.5 di atmosfer dikelompokkan menjadi partikel primer dan partikel sekunder. Pembentukan PM2.5 sekunder berasal dari reaksi kimia di atmosfer akibat adanya prekursor seperti SO2, NOx, dan VOC. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi SO2 dan NOx sebagai prekursor terhadap konsentrasi PM2.5 di wilayah Puncak dan Baranangsiang, Bogor. Wilayah Puncak dapat dianggap mewakili daerah rural, sedangkan Baranangsiang mewakili karakteristik sub-urban. Data yang digunakan adalah data konsentrasi PM2.5, NOx, NO, NO2, SO2, dan data curah hujan wilayah Puncak Bogor dan Baranangsiang. Data diolah menggunakan package openair pada perangkat lunak RStudio dan dianalisis menggunakan korelasi dan regresi linier. Hasil regresi linear berganda tahunan menunjukkan prekursor yang memiliki kontribusi lebih besar terhadap pembentukan PM2.5 di wilayah Puncak adalah NOx (R2 = 43,4%) sedangkan di Baranangsiang adalah SO2 (R2 = 8,6%). Pengaruh musim menunjukkan pada periode bulan kering konsentrasi PM2.5 beserta prekursornya lebih tinggi dibanding pada periode bulan basah. Berdasarkan nilai koefisien determinasi, kontribusi NOx terhadap pembentukan PM2.5 di wilayah Puncak lebih besar daripada SO2, sedangkan di wilayah Baranangsiang kontribusi SO2 lebih besar dibandingkan dengan NOx. Pengaruh prekursor baik SO2 dan NOx terhadap konsentrasi PM2.5 lebih terlihat di wilayah Puncak Bogor dibandingkan dengan wilayah Baranangsiang. Fluktuasi konsentrasi PM2.5 di wilayah Puncak dan Baranangsiang dipengaruhi oleh sumber emisi primer dan keberadaan prekursor. Perbedaan prekursor di Puncak Bogor dan Baranangsiang dapat disebabkan karena perbedaan kondisi wilayah dan lingkungan, sumber pencemar, serta faktor meteorologi yang berperan penting dalam proses pembentukan PM2.5 dari prekursor.

Fine particulate pollutants in the form of PM2.5 in the atmosphere are grouped into primary particles and secondary particles. The formation of secondary PM2.5 comes from chemical reactions in the atmosphere due to the presence of precursors such as SO2, NOx, and VOC. This study aims to analyze the contribution of SO2 and NOx as precursors to PM2.5 concentrations in the Puncak and Baranangsiang areas, Bogor. Puncak area can be considered to represent rural areas, while Baranangsiang represents sub-urban characteristics. The data used are data on concentrations of PM2.5, NOx, NO, NO2, SO2, and rainfall data for the Puncak Bogor and Baranangsiang areas. Data were processed using the openair package on RStudio software and analyzed using correlation and linear regression. The annual multiple linear regression results show that the precursor that has a greater contribution to the formation of PM2.5 in the Puncak area is NOx (R2 = 43.4%) while in Baranangsiang it is SO2 (R2 = 8.6%). The influence of the season shows that in the dry months the concentration of PM2.5 and its precursors is higher than in the wet months. Based on the value of the coefficient of determination, the contribution of NOx to the formation of PM2.5 in the Puncak area is greater than that of SO2, while in the Baranangsiang area the contribution of SO2 is greater than that of NOx. The effect of both SO2 and NOx precursors on PM2.5 concentrations was more visible in the Puncak Bogor area compared to the Baranangsiang area. Fluctuations in PM2.5 concentrations in the Puncak and Baranangsiang areas are influenced by primary emission sources and the presence of precursors. Differences in precursors in Puncak Bogor and Baranangsiang can be caused by differences in regional and environmental conditions, pollutant sources, and meteorological factors which play an important role in the process of forming PM2.5 from precursors.