Performa Reproduksi Induk Domba Garut yang Diinduksi Hormon PMSG pada Sistem Produksi Ternak Berbasis Hijauan Sorgum dan Indigofera
Date
2022-11-24Author
Somanjaya, Rachmat
Fuah, Asnath Maria
Rahayu, Sri
Abdullah, Luki
Setiadi, Mohamad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Domba Garut merupakan sumber daya genetik ternak (SDGT) lokal Indonesia yang banyak dikembangbiakkan di wilayah Jawa Barat. Sistem pemeliharaan domba Garut umumnya masih bersifat tradisional, dan tersebar di masyarakat perdesaan. Tingkat produktivitas domba Garut dengan sistem pemeliharaan tradisional terbilang masih rendah, yaitu litter size-nya hanya sekitar 120% dengan tingkat kematian anak prasapihnya mencapai 30%. Jenis pakan yang diberikan hanya mengandalkan rumput lapangan dengan kualitas nutrien yang fluktuatif dan sangat bergantung pada musim. Faktor tersebut diduga sebagai penyebab rendahnya tingkat produktivitas domba Garut.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas domba adalah melalui perbaikan kualitas pakan dengan cara memilih vegetasi tanaman yang mudah dikembangbiakkan, produksivitasnya tinggi, palatabilitasnya tinggi, daya hidupnya tinggi pada berbagai musim, dan memiliki kandungan nutrien yang baik untuk ternak. Tanaman sorgum dan Indigofera dinilai memiliki berbagai kriteria tersebut. Sorgum termasuk ke dalam jenis tanaman serealia, sedangkan Indigofera zollingeriana merupakan tanaman leguminosa perdu. Selanjutnya, untuk meningkatkan litter size induk domba, dapat dilakukan melalui induksi hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophine (PMSG). Hormon PMSG memiliki sifat biologis seperti Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) yang akan menstimulasi perkembangan folikel dan ovulasi sehingga dapat meningkatkan kualitas estrus dan litter size induk domba.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi pada pengaruh pemberian pakan berbasis hijauan Sorgum-Indigofera dan induksi hormon PMSG pada performa reproduksi induk domba Garut. Tujuan selanjutnya adalah melakukan evaluasi pada kelayakan penerapan teknologi pakan dan reproduksi tersebut dalam suatu sistem produksi ternak domba rakyat. Harapan dari penelitian ini adalah terciptanya teknologi pengolahan pakan dan reproduksi yang aplikatif dan berdampak positif pada produktivitas ternak domba. Selanjutnya, penulis berharap dapat terjadinya peningkatan minat masyarakat peternak domba untuk menerapkan teknologi pakan dan reproduksi sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan peternaknya.
Penelitian dilakukan secara eksperimen pada 28 ekor induk domba Garut multipara yang memiliki kriteria kondisi tubuh sehat dan normal, umur 2-3 tahun, bobot badan ±30 kg, dan tidak dalam keadaan bunting. Penelitian telah mendapatkan izin etik dari komisi etik hewan Fakultas Kedokteran Hewan IPB University Nomor 011/KEH/SKE/V/2021. Rangkaian penelitian dilakukan secara simultan dalam satu fase reproduksi penuh, dimulai dari fase aklimatisasi pakan percobaan, fase reproduksi hingga dilakukan penyapihan anak domba. Selanjutnya, dilakukan analisis kelayakan penerapan teknologi pakan dan reproduksi dalam suatu sistem produksi ternak.
Pengujian pada dua jenis pakan dilakukan pada fase aklimatisasi, yaitu rumput lapangan (RL) dan pakan campuran antara 50% silase hijauan sorgum + 40% hay Indigofera + 10% dedak padi (SI) dengan 14 kali ulangan setiap perlakuannya. Variabel yang diamati selama fase tersebut antara lain konsumsi bahan kering (BK), pertambahan bobot badan (PBB), nilai kecernaan nutrien pakan, kandungan nitrogen urea darah (BUN), dan kolesterol darah. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji-t. Setelah 30 hari masa aklimatisasi, setengah dari populasi setiap perlakuan pakan (RL dan SI) diinduksi hormon PMSG bersamaan dengan penyuntikan PGF2α ke-dua secara intra muscular (i.m.). Perlakuan pada fase ini menggunakan pola faktorial 2 x 2 dengan tujuh ulangan. Variabel yang diamati antara lain karakteristik estrus dan tingkat efisiensi reproduksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan general linier models untuk mengetahui adanya interaksi antara faktor jenis pakan dan induksi hormon PMSG. Selanjutnya, untuk mengetahui kelayakan sistem produksi ternak maka dilakukan analisis kelayakan teknis (produktivitas dan responsibilitas), dan kelayakan finansial.
Konsumsi bahan kering dan tingkat kecernaan nutrien pakan pada perlakuan SI selama masa aklimatisasi lebih rendah (p<0,05) dari perlakuan RL. Akan tetapi, pertambahan bobot badan, kandungan BUN, dan kolesterol darah induk domba yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05). Kondisi tersebut menunjukkan perlakuan pakan SI lebih efektif dan mampu menghasilkan induk domba yang siap untuk bereproduksi. Setelah perlakuan sinkronisasi berahi yang diikuti dengan induksi hormon PMSG, semua induk domba pada setiap kombinasi perlakuan menunjukkan gejala estrus kecuali satu ekor pada perlakuan RL (kontrol). Variabel karakteristik estrus tidak dipengaruhi oleh interaksi antara faktor jenis pakan dan induksi hormon PMSG. Akan tetapi, kedua faktor tersebut secara independen mempengaruhi masing-masing karakteristik estrus. Seperti halnya onset estrus secara nyata (p<0,05) dipengaruhi oleh faktor jenis pakan. Pakan SI menghasilkan onset estrus yang lebih cepat dari kelompok induk domba yang diberi rumput lapangan. Berbeda halnya dari onset estrus, untuk variabel durasi estrus terjadi lebih lama (p<0,05) pada kelompok induk domba yang diinduksi PMSG dibanding dengan yang tidak. Selanjutnya, semua induk domba pada saat puncak estrus mengalami kenaikan suhu vulva hingga 38,16±0,69°C.
Pakan SI mampu meningkatkan performa reproduksi induk domba garut, baik tanpa atau pun dengan induksi PMSG. Terbukti dengan perolehan tertinggi dalam pencapaian induk bunting dan jumlah anak yang dihasilkan. Sementara, ferforma anak domba pascalahir dari induk domba yang diberi pakan SI memiliki laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya, yaitu 120 g/ekor/hari. Kondisi tersebut dapat dikaitkan dengan produksi susu induk domba yang dihasilkan pada kelompok perlakuan pakan SI lebih tinggi (p<0,05) dari kelompok perlakuan RL. Kematian anak domba prasapih lebih banyak terjadi pada kelompok perlakuan pakan SI yang mungkin sangat terkait dengan jumlah anak yang dilahirkan dan bobot lahir yang dihasilkan, meskipun produksi susu induknya lebih banyak. Berdasarkan aspek kelayakan teknis dan finansial, penerapan teknologi pakan campuran sorgum-indigofera tanpa diikuti dengan stimulasi PMSG memiliki nilai kelayakan terbaik untuk diterapkan.
Collections
- DT - Animal Science [343]