Show simple item record

dc.contributor.advisorDadang
dc.contributor.advisorIndrasti, Nastiti Siswi
dc.contributor.advisorSyaukat, Yusman
dc.contributor.authorMuslim, Azhari
dc.date.accessioned2022-10-14T07:11:47Z
dc.date.available2022-10-14T07:11:47Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114982
dc.description.abstractBawang merah telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas utama pertanian sejak tahun 2012. Budi daya bawang merah dilaksanakan oleh banyak petani di berbagai kawasan dan produknya dibutuhkan dalam jumlah besar setiap tahun serta berpengaruh terhadap tingkat inflasi nasional. Sebanyak 65,60 % produksi bawang merah nasional berasal dari pulau Jawa. Propinsi Jawa Tengah merupakan pemasok sekitar 32,40 % produksi bawang merah nasional yang terkonsentrasi di Kabupaten Brebes. Pada tahun 2017, Kabupaten Brebes berkontribusi sekitar 57,23 % produksi bawang merah di Provinsi Jawa Tengah (BPS Jawa Tengah 2018). Produksi bawang merah di Kabupaten Brebes sebanyak 272,60 ribu ton (berkontribusi 18,54 % pada produksi nasional) pada tahun 2017. Tujuan utama penelitian ini untuk membuat desain strategi reduksi dampak kesehatan akibat keterpajanan pestisida pada petani bawang merah di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah agar dapat dijadikan pedoman dalam mengurangi dampak kesehatan pada petani bawang merah. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dibagi menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut: menganalisis pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma longa L) dalam mengurangi keracunan pada tikus Wistar yang terpajan pestisida; analisis faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku petani bawang merah tentang keterpajanan pestisida; menganalisis nilai willingness to pay ekstrak kunyit dan faktor yang memengaruhinya; menganalisis desain strategi reduksi dampak kesehatan akibat keterpajanan pestisida pada petani bawang merah. Berdasarkan perhitungan pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa L) terhadap keracunan klorpirifos pada tikus Wistar yang terpajan pestisida, analisis pada penelitian ini menunjukkan peningkatan aktivitas ChE, penurunan aktivitas AST dan ALT pada tikus Wistar. Ekstrak kunyit menunjukkan efek perlindungan terhadap keracunan klorpirifos pada tikus Wistar. Dosis kurkumin untuk perlindungan terhadap keracunan klorpirifos adalah 1209,6- 2419 mg. Analisis faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku petani bawang merah tentang keterpajanan pestisida menunjukkan peningkatan kerentanan yang dirasakan memiliki pengaruh paling tinggi terhadap peningkatan efikasi diri. Sedangkan peningkatan efikasi diri sebesar 100% dapat menurunkan tingkat keracunan sebesar 81,3%. Berdasarkan hasil analisis willingness to pay (WTP) ekstrak kunyit diketahui bahwa petani bawang merah bersedia membayar ekstrak kunyit sebagai obat herbal untuk mengurangi risiko keracunan pestisida. Rata-rata WTP ekstrak kunyit setiap petani adalah rendah, mencapai Rp625,777 per tahun. Seluruh petani bersedia membayar WTP ekstrak kunyit untuk mengurangi risiko keracunan pestisida. Nilai total WTP ekstrak kunyit petani Rp2,380,000 setiap bulan Kecamatan Jatibarang merupakan total WTP ekstrak kunyit paling tinggi. Kelas WTP ekstrak kunyit pada harga Rp50,000 merupakan kelas WTP ekstrak kunyit dengan frekuensi paling tinggi. Pendapatan usaha tani, jumlah anggota keluarga, persepsi risiko pestisida dan aktivitas kolinesterase. Hasil analisis menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa p e n i l a i a n p e r b a n d i n g a n b e r p a s a n g a n p a d a alternatif adalah peningkatan teknologi dengan bobot 0,475; perbaikan regulasi dengan bobot 0,329 dan peningkatan knowledge, attitude dan practice dengan bobot 0,196. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang terkait dengan reduksi dampak kesehatan perlu diatur secara tersendiri mengingat tingginya gangguan kesehatan akibat keterpajanan pestisida baik dilihat dari sudut pandang kandungan senyawa berbahaya dan proses pengelolaannya. Pemerintah Indonesia harus membuat regulasi atau peraturan yang terkait dengan pengelolaan pestisida di tingkat pedagang pengecer pestisida dan panduan untuk penjual terbatas serta mengatur secara teknis masalah pembuangan kemasan pestisida bekas. Pemerintah Indonesia belum memprioritaskan keterpajanan pestisida serta dampak kesehatan akibat keterpajanan pestisida. Koordinasi dan sinergi antar Kementerian Kesehatan atau Kementerian Pertanian sangat diperlukan untuk mengurangi dampak kesehatan akibat keterpajanan pestisida.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDesain Strategi Reduksi Dampak Kesehatan Akibat Keterpajanan Pestisida pada Petani Bawang Merah di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordpestisicidesid
dc.subject.keywordhealth impactid
dc.subject.keywordstructural equation modelingid
dc.subject.keywordwillingness to payid
dc.subject.keywordanalytical hierarchy processid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record