dc.description.abstract | Bawang merah telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas utama pertanian sejak
tahun 2012. Budi daya bawang merah dilaksanakan oleh banyak petani di berbagai
kawasan dan produknya dibutuhkan dalam jumlah besar setiap tahun serta berpengaruh
terhadap tingkat inflasi nasional. Sebanyak 65,60 % produksi bawang merah nasional
berasal dari pulau Jawa. Propinsi Jawa Tengah merupakan pemasok sekitar 32,40 %
produksi bawang merah nasional yang terkonsentrasi di Kabupaten Brebes. Pada tahun
2017, Kabupaten Brebes berkontribusi sekitar 57,23 % produksi bawang merah di
Provinsi Jawa Tengah (BPS Jawa Tengah 2018). Produksi bawang merah di Kabupaten
Brebes sebanyak 272,60 ribu ton (berkontribusi 18,54 % pada produksi nasional) pada
tahun 2017.
Tujuan utama penelitian ini untuk membuat desain strategi reduksi dampak
kesehatan akibat keterpajanan pestisida pada petani bawang merah di Kabupaten Brebes
Provinsi Jawa Tengah agar dapat dijadikan pedoman dalam mengurangi dampak
kesehatan pada petani bawang merah. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini
dibagi menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut: menganalisis pengaruh ekstrak
kunyit (Curcuma longa L) dalam mengurangi keracunan pada tikus Wistar yang terpajan
pestisida; analisis faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku petani bawang
merah tentang keterpajanan pestisida; menganalisis nilai willingness to pay ekstrak kunyit
dan faktor yang memengaruhinya; menganalisis desain strategi reduksi dampak kesehatan
akibat keterpajanan pestisida pada petani bawang merah.
Berdasarkan perhitungan pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa L)
terhadap keracunan klorpirifos pada tikus Wistar yang terpajan pestisida, analisis pada
penelitian ini menunjukkan peningkatan aktivitas ChE, penurunan aktivitas AST dan ALT
pada tikus Wistar. Ekstrak kunyit menunjukkan efek perlindungan terhadap keracunan
klorpirifos pada tikus Wistar. Dosis kurkumin untuk perlindungan terhadap keracunan
klorpirifos adalah 1209,6- 2419 mg.
Analisis faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku petani bawang merah
tentang keterpajanan pestisida menunjukkan peningkatan kerentanan yang dirasakan
memiliki pengaruh paling tinggi terhadap peningkatan efikasi diri. Sedangkan
peningkatan efikasi diri sebesar 100% dapat menurunkan tingkat keracunan sebesar
81,3%.
Berdasarkan hasil analisis willingness to pay (WTP) ekstrak kunyit diketahui bahwa
petani bawang merah bersedia membayar ekstrak kunyit sebagai obat herbal untuk
mengurangi risiko keracunan pestisida. Rata-rata WTP ekstrak kunyit setiap petani adalah
rendah, mencapai Rp625,777 per tahun. Seluruh petani bersedia membayar WTP ekstrak
kunyit untuk mengurangi risiko keracunan pestisida. Nilai total WTP ekstrak kunyit petani
Rp2,380,000 setiap bulan Kecamatan Jatibarang merupakan total WTP ekstrak kunyit
paling tinggi. Kelas WTP ekstrak kunyit pada harga Rp50,000 merupakan kelas WTP
ekstrak kunyit dengan frekuensi paling tinggi. Pendapatan usaha tani, jumlah anggota
keluarga, persepsi risiko pestisida dan aktivitas kolinesterase.
Hasil analisis menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa p e n i l a i a n
p e r b a n d i n g a n b e r p a s a n g a n p a d a alternatif adalah peningkatan teknologi
dengan bobot 0,475; perbaikan regulasi dengan bobot 0,329 dan peningkatan knowledge,
attitude dan practice dengan bobot 0,196. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang
terkait dengan reduksi dampak kesehatan perlu diatur secara tersendiri mengingat
tingginya gangguan kesehatan akibat keterpajanan pestisida baik dilihat dari sudut
pandang kandungan senyawa berbahaya dan proses pengelolaannya. Pemerintah
Indonesia harus membuat regulasi atau peraturan yang terkait dengan pengelolaan
pestisida di tingkat pedagang pengecer pestisida dan panduan untuk penjual terbatas serta
mengatur secara teknis masalah pembuangan kemasan pestisida bekas. Pemerintah
Indonesia belum memprioritaskan keterpajanan pestisida serta dampak kesehatan akibat
keterpajanan pestisida. Koordinasi dan sinergi antar Kementerian Kesehatan atau
Kementerian Pertanian sangat diperlukan untuk mengurangi dampak kesehatan akibat
keterpajanan pestisida. | id |