Karakteristik Reproduksi Ular-air Pelangi, (Enhydris enhydris) (Familia: Homalopsidae) (Schneider, 1799) untuk Rekomendasi Pemanenan Berkelanjutan
Abstract
Ular-air pelangi (Enhydris enhydris) merupakan ular akuatik bertubuh
gempal, yang memiliki persebaran cukup luas yakni dari Asia Selatan hingga Asia
Tenggara. Ular air-pelangi bereproduksi secara vivipar dan dapat ditemukan di
Indonesia mulai dari Sumatera hingga Sulawesi. Ular ini tidak toleran terhadap air
asin, sehingga seluruh populasinya dibatasi oleh laut. Ular ini merupakan komiditas
ekspor yang dipanen dari alam untuk dimanfaatkan daging dan kulitnya. Oleh
karena itu, dikhawatirkan populasi Ular air-pelangi di alam terancam, akibat
pemanenan dalam jumlah besar yang terus dilakukan. Informasi biologi reproduksi
ular pelangi masih sangat minim. Informasi ini bersifat fundamen untuk
pengelolaan pemanenan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik reproduksi Ular-air pelangi berdasarkan ukuran dan kondisi
reproduksi ular-ular yang dipanen di rumah pemotongan ular di Cirebon, Jawa
Barat. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar penentuan ukuran yang layak
panen dari ukuran minimum individu reproduktif Ular-air pelangi di Indonesia.
Sampel Ular-air pelangi ditangkap dari alam dan diproses di rumah
pemotongan di Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai dengan pengambilan
data, meliputi ukuran SVL (Snout-Vent Length / Panjang moncong-kloaka) (cm),
TL (tail length / panjang ekor) (cm), massa tubuh (gram), dan skor lemak. Khusus
pada individu jantan, diamati pula skor vas deferens, panjang dan lebar testis (mm).
Kemudian, pada individu betina, diamati kondisi dan lebar oviduk (mm), lebar
folikel primer (mm), keberadaan dan diameter folikel sekunder (mm), keberadaan
dan diameter embrio (mm), serta keberadaan corpus luteum dan corpus albicans.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik
reproduksi untuk dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ular-air pelangi jantan reproduktif
memiliki SVL berkisar antara 38.36±5.44 cm. Kedua testis individu jantan
reproduktif menjadi turgid dengan panjang minimum 10.43±3.31 mm dan lebar
minimum 3.47±1.18 mm. Pada individu betina, ukuran SVL 39.57±6.85 cm.
Individu betina yang pernah melakukan reproduksi sebelumnya berukuran SVL
minimum 44.77±7.26 cm. Oviduk individu betina yang sudah matang mengalami
penebalan dan dengan lebar minimum 4.93±2.46 mm. Ditemukan juga alokasi
folikel sekunder dan embrio yang asimetri di ovarium dan oviduk individu betina
yang secara signifikan mengalokasikan lebih banyak folikel sekunder di ovarium
dan embrio di oviduk kanan dengan rata-rata rasio (kanan/kiri) 1.45±0.91 dan
1.58±1.15.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemanenan Ular-air pelangi
dapat dilakukan pada individu-individu yang pernah berreproduksi. Individu jantan
dengan SVL > 44 cm dan betina dengan > 53 cm layak panen. Persyaratan tangkap
yang didasari ketentuan SVL ini dapat mendukung pemanenan yang berkelanjutan
yaitu dengan memanen individu-individu dewasa yang telah memberi kontribusi
terhadap populasi pada ukuran tersebut.