Show simple item record

dc.contributor.advisorPanuju, Dyah Retno
dc.contributor.advisorTrisasongko, Bambang Hendro
dc.contributor.authorChairunnisa, Sanita
dc.date.accessioned2022-09-27T06:13:47Z
dc.date.available2022-09-27T06:13:47Z
dc.date.issued2022-09-21
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114694
dc.description.abstractArea perkotaan tumbuh dinamis seiring pertumbuhan populasi dan diikuti dengan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh tingkat urbanisasi dapat memicu terjadinya fragmentasi lahan dan peningkatan suhu kawasan suatu kota. Kota Tangerang Selatan letaknya berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta yang menjadikan kota ini cukup strategis sebagai pengembangan megapolitan Jakarta. Kedekatan tersebut menjadi salah satu alasan munculnya urban sprawl yang ditandai dengan perkembangan kawasan terbangun berpola jarang di pinggiran Kota Tangerang Selatan dan peningkatan suhu kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara perubahan penggunaan lahan, fragmentasi lahan, dan suhu kawasan di Kota Tangerang Selatan. Penelitian menggunakan data citra Sentinel-2 dan Land Surface Temperature (LST), serta data pendukung analisis lainnya. Perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan pendekatan pasca klasifikasi (post-classification analysis) pada hasil klasifikasi terbimbing dengan algoritma Random Forest (RF) yang membagi penggunaan lahan menjadi 8 kelas, yaitu: 1) Badan air, 2) Perkantoran, industri, dan perdagangan, 3) Lahan terbuka, 4) RTH, 5) Pertanian, 6) Padang rumput, 7) Permukiman teratur, serta 8) Permukiman tidak teratur. Fragmentasi lahan diidentifikasi melalui ukuran bidang (effective mesh size/meff) dan jumlah petak (patch) yang diperoleh menggunakan plug-in Fragscape pada QGIS. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan lahan dominan di Tangerang Selatan adalah permukiman teratur yang terus meningkat hingga menutupi lebih dari 50% kota di tahun 2021. Peningkatan luasan lahan terbangun menyebabkan fragmentasi lahan terbangun menurun, ditandai dengan jumlah petak yang berkurang dan ukuran bidang lebih besar. Penggunaan lahan bervegetasi yang paling berpengaruh terhadap fragmentasi adalah ruang terbuka hijau (RTH), dimana pola perubahan luasan dan fragmentasinya cukup dinamis. Perubahan luas RTH cenderung sama dengan perubahan luas badan air, dimana jika luas RTH sebagai daerah resapan air berkurang, luas badan air pun cenderung berkurang dan sebaliknya. LST dideteksi meningkat setiap tahunnya dengan nilai tertinggi pada penggunaan lahan terbangun, yaitu permukiman, dan terendah pada RTH dan badan air. Hal ini terkait dengan penyerapan radiasi matahari oleh atap permukiman yang padat dan adanya proses evapotranspirasi oleh tumbuhan dan evaporasi oleh air dan tanah. Kata kunci: effective mesh size, fragmentasi lahan, jumlah petak, perubahan penggunaan lahan, suhu permukaanid
dc.description.abstractUrban areas are developing dynamically along with population growth and land use change. Land use change caused by urbanization may trigger land fragmentation and can increase the regional temperature of such city. South Tangerang City shares a border with Jakarta, the Indonesian capital city, making South Tangerang a strategic location for the development of Jakarta megapolitan area. Its adjacency is a possible reason of urban sprawl, which was marked by the development of sparsely patterned built-up areas on the outskirts of South Tangerang City and increasing its regional temperature. This study aims to identify the relationship between land use change, land fragmentation, and increasing temperature of South Tangerang City. This research employed Sentinel-2, Land Surface Temperature (LST) images, and other supporting data for the analysis. The land use change was analyzed by post-classification analysis employing Random Forest (RF) algorithm. The supervised classification resulted eight land use classes: 1) Water bodies, 2) Offices, industries, and trades, 3) Open land, 4) Green spaces, 5) Agriculture, 6) Grasslands, 7) Regular settlements, and 8) Irregular settlements. Land fragmentation was identified through the effective mesh size (meff) and number of patches obtained by fragscape, a plug-in of QGIS. The results show that the dominant land-use in South Tangerang City was regular settlements which continues to increase from annual observations and covers more than 50% of the city in 2021. The increase of built-up areas was along with decreasing fragmentation, marked by reducing number of patches and enlarging meff. The most influential vegetated area on land fragmentation was green space, with dynamic pattern. The change of green space acreages was similar to the acreage of water bodies, where decreasing urban green spaces as water catchment related to reducing water bodies, and vice versa. Based on annual observations, LST seems to increase, with the highest temperature was in the built-up area, such as settlements, and the lowest was in the urban green spaces and water bodies. This was related to solar radiation absorption by dense residential roofs and evapotranspiration by vegetation along with evaporation of water bodies and land surface.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerubahan Penggunaan Lahan, Fragmentasi Lahan, dan Peningkatan Suhu Kawasan di Kota Tangerang Selatanid
dc.title.alternativeLand Use Change, Land Fragmentation, and Increasing Temperature in South Tangerang Cityid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordeffective mesh sizeid
dc.subject.keywordland fragmentationid
dc.subject.keywordland surface temperatureid
dc.subject.keywordland use changeid
dc.subject.keywordnumber of patchid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record