Show simple item record

dc.contributor.advisorFauzi, Akhmad
dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorSyartinilia
dc.contributor.authorWijayanto, Yanuar
dc.date.accessioned2022-09-22T02:17:34Z
dc.date.available2022-09-22T02:17:34Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114597
dc.description.abstractTransportasi kereta api memiliki banyak keunggulan dibandingkan moda transportasi lainnya, antara lain kapasitas massal, ramah lingkungan dan lebih aman. Sistem transportasi perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai bagian dari sistem transportasi nasional memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan nasional. Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline Jabodetabek memainkan peran penting di wilayah Jabodetabek, yang dikelola oleh PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI). Kemacetan yang semakin parah dan terus- menerus di wilayah DKI Jakarta membuat KRL menjadi andalan bagi sekitar 921.300 warga Jabodetabek setiap hari untuk beraktivitas, seperti bekerja, berdagang, belajar, dan aktivitas lainnya di Jakarta dan pulang ke rumah masing-masing di Jabodetabek. Selanjutnya, kemacetan jalan menimbulkan permasalahan yaitu meningkatnya jumlah penumpang KRL dari tahun ke tahun sehingga menurunkan tingkat pelayanan KRL yaitu menurunnya kenyamanan, keselamatan, dan keamanan penumpang KRL. Tujuan utama penelitian ini adalah membuat Disain Kebijakan Peningkatan Pelayanan Yang Berkelanjutan Pada Kereta Rel Listrik (KRL) Rute Jabodetabek. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, tiga tujuan antara yang akan dicapai yaitu yang pertama untuk mengetahui pola sebaran spasial dari rute, penumpang dan stasiun KRL dari waktu ke waktu, dan mengevaluasi lokasi stasiun KRL agar pembangunannya ke depan lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan metode analisis pola spasial dengan pendekatan Spatial autocorrelation Indeks Moran. Indeks Moran banyak digunakan untuk mengukur autokorelasi spasial secara global, yaitu pendugaan antar nilai yang diamati pada variabel yang sama di sebuah tempat. Tujuan antara yang kedua adalah untuk merumuskan faktor-faktor penting yang mempengaruhi kebijakan pelayanan perkeretaapiaan perkotaan yang berkelanjutan dan menganalisis interaksi para pemangku kepentingan (aktor) dengan tujuan pengembangan kebijakan pelayanan KRL (faktor) dalam meningkatkan pelayanan KRL yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan metode analisis Micmac dan Mactor. Micmac adalah matriks struktural kausal yang dapat menyelidiki hubungan antara parameter dalam suatu sistem. Teknik Mactor, di sisi lain, diterapkan pada berbagai taktik yang melibatkan banyak aktor dan serangkaian kepentingan dan tujuan yang terkait. Tujuan antara yang ketiga adalah untuk menganalisis dan memprediksi volume penumpang KRL Jabodetabek di masa depan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan metode System Dynamics. System Dynamics adalah analisis sistem dengan membangun struktur umpan balik yang mampu menjelaskan fenomena perilaku dari sistem yang diamati melalui simulasi komputer. Dari ketiga tujuan antara di atas maka dapat dibuat disain kebijakan peningkatan pelayanan KRL yang berkelanjutan di Jabodetabek. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan metode Multipol. Multipol adalah metode yang memperhitungkan ketidakpastian dan berpikir disain dari dinamika kebijakan. Multipol berupaya membangun jalur kebijakan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah kebijakan dengan menggunakan beberapa kriteria. Dari hasil analisis pola spasial ditemukan bahwa lima stasiun dengan jumlah penumpang terbanyak adalah Stasiun Tanah Abang, Stasiun Bogor, Stasiun Bekasi, Stasiun Citayam, dan Stasiun Bojonggede. Sebaran stasiun Jabodetabek memiliki autokorelasi spasial positif, dan pola sebaran yang terbentuk adalah pola mengelompok (clustered). Studi ini memberikan penjelasan kepadatan stasiun dan rute KRL Jabodetabek yang selama ini belum dijelaskan dalam studi sebelumnya sebelumnya. Dari hasil analisis Micmac dan Mactor mengungkapkan bahwa model pelayanan KRL yang berkelanjutan adalah dimana semua komponen layanan kereta api berkelanjutan saling mempengaruhi. Selanjutnya dari aspek lingkungan, pelayanan kereta api listrik dapat diandalkan, mudah, aman, terjamin, dan tidak mencemari lingkungan, sehingga meningkatkan pendapatan ekonomi perusahaan dan negara. Dari hasil studi System Dynamics diprediksi bahwa di masa depan akan terjadi melebihi kapasitas pada jaringan KRL Jabodetabek yang akan membahayakan keselamatan pengguna KRL dan menurunkan kualitas pelayanan KRL. Aspek keselamatan dan keamanan memiliki hubungan positif terhadap manajemen keselamatan dan keamanan penyelengaraan jasa transportasi KRL. Keselamatan dan keamanan kereta api akan terganggu oleh kegagalan menangani jumlah permintaan penumpang. Dari hasil studi Multipol dapat dirumskan inovasi kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan pelayanan KRL. Temuan lain dari penelitian ini adalah kebijakan peningkatan kenyamanan dan kemudahan harus dimulai dengan lebih banyak informasi yang memudahkan penumpang. Kedua, Kementerian Perhubungan meningkatkan pengawasan, penilaian, pengaduan, dan sanksi terhadap pemenuhan standar pelayanan yang memperhatikan kelestarian lingkungan KRL. Ketiga, melalui penetapan proses kerja penggunaan peralatan sanitasi yang mengurangi konsumsi air, pengelolaan limbah, pengelolaan air limbah di lingkungan KRL. Keempat, dengan pembangunan, pengembangan fasilitas stasiun KRL yang nyaman. Kelima, dengan meningkatkan frekuensi perjalanan KRL. Benang merah dari tujuan-tujuan penelitian di atas adalah analisis pola spasial menjadi salah satu variabel kebijakan (Policy) dalam analisis Multipol. Kemudian, analisis Micmac akan menjadi tujuan dalam analisis Mactor. Hasil analisis Micmac dan Mactor akan menjadi unsur dalam struktur yang dibangun dalam model System Dynamics. Selanutnya, Skenario prediksi dalam System Dynamics akan masuk menjadi Policy dan Actions di dalam analisis Multipol. Pada akhirnya dari analisis pengembangan kebijakan (Multipol) dapat dibuat disain kebijakan peningkatan pelayanan KRL. Secara umum keterkaitan antar analisi adalah bahwa tiap analisis merupakan rangkaian penelitian yang saling mengisi untuk dapat membuat disain kebijakan peningkatan pelayanan KRL. Tujuan penelitian 1, 2, 3, dan 4 adalah saling terkait ibarat sebuah puzzle yang pada akhirnya akan mampu memberikan wajah pengembangan kebijakan yang komprehensif dan holistik. Dari sisi akademis, penelitian ini mengisi kesenjangan penelitian empirical gap, theoretical gap, evidence gap dan methodological gap terkait pelayanan yang berkelanjutan pada KRL. Dari sisi praktis, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa Peraturan Menteri Perhubungan PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Kereta api sangat direkomendasikan untuk direvisi dengan menambahkan unsur kelestarian lingkungan KRL. Variabel yang menjadi prioritas dan krusial dalam pembuatan kebijakan adalah terkait perencanaan tata kerja, penggunaan bahan, material yang ramah lingkungan di sarana dan prasarana KRL. Yang kedua adalah melakukan pengawasan dan evaluasi atas pelayanan yang memperhatikan keselestarian lingkungan. Yang ketiga adalah peningkatan keselamatan. Kemudian dalam pembuatan kebijakan DJKA, PT KCI, BPTJ, Masyarakat dan KLHK harus menjalin kolaborasi aksi di dalam peningkatan pelayanan karena keenam aktor ini adalah aktor kunci yang paling menentukan dalam kebijakan peningkatan pelayanan KRL. Skenario Dorongan teknologi dapat diambil dengan kebijakan pengembangan infrastruktur KRL dan KRL yang ramah lingkungan. Sementara Skenario Tarikan pasar dengan kebijakan peningkatan kenyamanan- kemudahan dan kebijakan keselamatan-keamanan juga dapat menjadi opsi yang bisa diambil. Dari hasil keempat analisis tersebut maka bisa dilakukan sintesis untuk membuat rancangan kebijakan peningkatan pelayanan KRL yang berkelanjutan. Studi ini memberikan beberapa implikasi yaitu yang pertama, Pemerintah harus membangun jalur dan stasiun baru karena tingkat kepadatan rute dan stasiun yang tinggi saat ini. Yang kedua, Pemerintah harus mengutamakan keselamatan pengguna KRL Jabodetabek, terutama di masa pandemi. Salah satu langkah paling kritis untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19 di kalangan pengguna KRL. Yang ketiga, Pemerintah dan perusahaan perkeretaapian PT KCI harus mengantisipasi prediksi pertumbuhan jumlah penumpang, dengan membangun infrastruktur perkeretaapian baru, menambah jumlah KA, membangun jalur baru, dan mempekerjakan pekerja baru. Yang keempat, Pemerintah dapat melakukan inovasi kebijakan peningkatan pelayanan KRL Jabodetabek melalui dua skenario, empat kebijakan, tujuh belas tindakan, dan empat kriteria, yang dipelajari lebih lanjut untuk menghasilkan kebijakan baru yang berpotensi menjadi solusi peningkatan pelayanan KRL.id
dc.description.abstractRail transportation has many advantages over other modes, including mass capacity, being environmentally friendly, and being safer. The urban transportation systems of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jabodetabek), as part of the national transportation system, have a strategic role in supporting national development. The Jabodetabek Commuterline Electric Rail Train (KRL) plays an important role in the Jabodetabek area, which is managed by PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI). The increasingly severe and persistent congestion in the DKI Jakarta area makes KRL a mainstay for around 921,300 Jabodetabek residents every day to carry out activities such as work, trade, study, and other activities in Jakarta and return to their homes in Jabodetabek. Furthermore, road congestion causes problems, namely the increasing number of KRL passengers from year to year, thereby reducing the level of KRL services, namely decreasing the comfort, safety, and security of KRL passengers. The main purpose of this research is to design a policy for sustainable service improvement on the Jabodetabek Electric Rail Train (KRL). To achieve this main goal, three intermediate goals will be achieved, namely, the first to determine the spatial distribution pattern of routes, passengers, and KRL stations from time to time, and evaluate the location of KRL stations so that their development in the future is more effective and efficient. To achieve this goal, the writer uses the method of spatial pattern analysis with the Spatial autocorrelation approach of Moran's Index. Moran's index is widely used to measure global spatial autocorrelation, an estimate between values observed in the same variable in one place. The second intermediate objective is to formulate important factors that influence sustainable urban rail service policies and analyze the interaction of stakeholders (actors) to develop KRL service policies (factors) in improving sustainable KRL services. To achieve this goal, the writer uses the Micmac and Mactor analysis method. Micmac is a causal structural matrix that can investigate the relationship between parameters in a system. Mactor's technique, on the other hand, is applied to a variety of tactics involving multiple actors and an associated set of interests and goals. The third intermediate goal is to analyze and predict the future volume of KRL Jabodetabek passengers to improve safety and security. To achieve this goal, the author uses the System Dynamics method. System Dynamics is a system analysis by building a feedback structure that can explain the behavioral phenomena of the observed system through computer simulations. From the three objectives above, a policy for sustainable KRL service improvement in Jabodetabek can be designed. To achieve this goal, the author uses the Multipol method. Multipol is a method that considers the uncertainty and design thinking of policy dynamics. Multipol seeks to establish different policy pathways to solve policy problems using several criteria. From the spatial pattern analysis results, it was found that the five stations with the highest number of passengers were Tanah Abang Station, Bogor Station, Bekasi Station, Citayam Station, and Bojonggede Station. The distribution of Jabodetabek stations has a positive spatial autocorrelation, and the distribution pattern formed is clustered. This study explains the density of Jabodetabek KRL stations and routes, which have not been described in previous studies. Micmac and Mactor's analysis revealed that a sustainable KRL service model is one where all components of sustainable rail services influence each other. Furthermore, from the environmental aspect, electric train services are reliable, easy, safe, secure, and do not pollute the environment, thereby increasing the economic income of companies and the state. From the results of the System Dynamics study, it is predicted that in the future, there will be more than the capacity of the Jabodetabek KRL network, which will endanger the safety of KRL users and reduce the quality of KRL services. Aspects of safety and security have a positive relationship to the safety and security management of the implementation of KRL transportation services. The safety and security of the trains will be compromised by the failure to handle the number of passenger requests. From the results of the Multipol study, it can be formulated policy innovations that can be taken to improve KRL services. Another finding from this study is that the policy of increasing comfort and convenience should start with more information that makes it easier for passengers. Second, the Ministry of Transportation increases supervision, assessment, complaints, and sanctions on fulfilling service standards that pay attention to the environmental sustainability of KRL. Third, establish a work process for using sanitation equipment that reduces water consumption, waste management, and wastewater management in the KRL environment. Fourth, with the construction and development of comfortable KRL station facilities. Fifth, by increasing the frequency of KRL trips. The common thread of the research objectives above is that spatial pattern analysis is one of the policy variables (Policy) in Multipol analysis. Then, Micmac analysis will be the goal of Mactor's analysis. The results of the Micmac and Mactor analysis will be an element in the structure built in the System Dynamics model. Furthermore, the prediction scenarios in System Dynamics will be included in the Policy and Actions in the Multipol analysis. In the end, from the analysis of policy development (Multipol), a policy design for improving KRL services can be made. In general, the relationship between the analyses is that each analysis is a series of complementary studies to design policies to improve KRL services. The objectives of research 1, 2, 3, and 4 are interrelated like a puzzle that will ultimately be able to provide the face of comprehensive and holistic policy development. From an academic perspective, this research fills the empirical, theoretical, evidence, and methodological gaps related to sustainable services on KRL. From a practical point of view, this research provides empirical evidence that the Regulation of the Minister of Transportation PM 63 of 2019 concerning Minimum Railway Service Standards is highly recommended to be revised by adding an element of environmental sustainability to KRL. The variables that become a priority and crucial in policymaking are related to work planning use of environmentally friendly materials in KRL facilities and infrastructure. The second is supervising and evaluating services that are concerned with environmental sustainability. The third is increased safety. Then in making the DJKA policy, PT KCI, BPTJ, the Community, and the KLHK must establish collaborative actions in service improvement because these six actors are the most decisive key actors in improving KRL services. Scenario a technology push can be taken with an environmentally friendly KRL and KRL infrastructure development policy. Meanwhile, market pull scenarios with increased convenience-comfort policies and safety-security policies can also be an option that can be taken. A synthesis can be carried out from the four analyses to create a policy design for sustainable KRL service improvement. This study provides several implications; namely, first, the Government must build new lines and stations because of the high current density of routes and stations. Second, the Government must prioritize the safety of Jabodetabek KRL users, especially during the pandemic. One of the most critical steps to stop the spread of the Covid-19 virus among KRL users. Third, the Government and the railway company PT KCI must anticipate the predicted growth in the number of passengers by building new railway infrastructure, increasing the number of trains, building new lines, and hiring new workers. Fourth, the Government can innovate policies to improve Jabodetabek KRL services through two scenarios, four policies, seventeen actions, and four criteria, which are studied further to produce new policies that can improve KRL services.id
dc.description.sponsorshipLembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) RIid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDisain Kebijakan Peningkatan Pelayanan Yang Berkelanjutan Pada Kereta Rel Listrik (KRL) Rute Jabodetabekid
dc.title.alternativePolicy Design for Sustainable Service Improvement on Electric Rail Trains (KRL) on the Jabodetabek Routeid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordPolicy designid
dc.subject.keywordJabodetabek KRL Serviceid
dc.subject.keywordStrategyid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record