Fluktuasi Rasio PM2.5/PM10 pada Musim Hujan dan Kemarau (Studi Kasus: Bogor)
Abstract
Partikulat pencemar udara yang berbahaya bagi kesehatan dan sering
dianalisis adalah partikel berdiameter kurang dari 10µm (PM10) dan kurang dari
2.5µm (PM2.5). Rasio PM2.5/PM10 dapat menjadi salah satu indikator yang
memberi gambaran karakteristik dan dominasi sumber emisi partikulat
pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besaran rasio
PM2,5/PM10 di Baranangsiang (Kota Bogor) dan Cibeureum (Puncak, Kabupaten
Bogor), serta mengetahui fluktuasi rasio PM2.5/PM10 pada musim hujan dan
musim kemarau. Data yang digunakan adalah data konsentrasi PM2.5, PM10, serta
faktor meteorologi dari kedua lokasi pada tahun 2020. Penelitian menggunakan
analisis korelasi dan regresi antara nilai rasio PM2.5/PM10 dengan faktor
meteorologi menggunakan package openair di RStudio dan Microsoft Excel. Nilai
Rasio PM2.5/PM10 per 3 jam selama tahun 2020 berkisar 0.2-0.8 di Baranangsiang
dan 0.03-0.7 di Cibeureum. Persentase nilai rasio PM2.5/PM10 ≥ 0.5 sebesar 32%
di Baranangsiang dan 23% di Cibeureum. Ini menunjukkan proporsi konsentrasi
PM2.5 di Baranangsiang lebih tinggi daripada di Cibeureum. Pada musim hujan
yang diwakili bulan basah (Februari 2020) dan musim kemarau pada bulan kering
(Agustus), persentase nilai rasio PM2.5/PM10 ≥ 0.5 lebih besar pada bulan kering,
dan lebih besar di Baranangsiang (42%) daripada di Cibeureum (37%). Ini
menunjukkan jenis sumber emisi partikulat di Baranangsiang berbeda dengan di
Cibeureum. Pengaruh faktor meteorologi terhadap fluktuasi rasio PM2.5/PM10
berdasar analisis regresi berganda lebih jelas pada musim kemarau, dan lebih
besar di Baranangsiang (R2=56.1%) dibandingkan dengan Cibeureum (R2=43.4%).
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji mengenai fluktuasi rasio
PM2.5/PM10 dan pengaruh unsur-unsur meteorologi dengan menggunakan rentang
waktu data yang lebih panjang untuk melihat kestabilan dan konsistensinya Air pollutant particulates that are hazardous to health and are often analyzed
are particles less than 10µm in diameter (PM10) and less than 2.5µm (PM2.5). The
PM2.5/PM10 ratio can be an indicator that describes the characteristics and
dominance of air pollution particulate emission sources. This study aims to
analyze the PM2.5/PM10 ratio in Baranangsiang (Bogor City) and Cibeureum
(Puncak, Bogor Regency), as well as to determine the fluctuations in the
PM2.5/PM10 ratio in the wet and dry season. The data used are PM2.5, PM10
concentration data, and meteorological factors from both locations in 2020. The
study uses correlation and regression analysis between the PM2.5/PM10 ratio value
and meteorological factors using the openair package at RStudio and Microsoft
Excel. The value of the PM2.5/PM10 ratio per 3 hours during 2020 ranges from 0.2-
0.8 in Baranangsiang and 0.03-0.7 in Cibeureum. The percentage of PM2.5/PM10
ratio > 0.5 is 32% in Baranangsiang and 23% in Cibeureum. This shows the
proportion of PM2.5 concentration in Baranangsiang is higher than in Cibeureum.
In the wet season represented by the wet month (February 2020) and the dry
season in the dry month (August), the percentage of the PM2.5/PM10 ratio>0.5 was
greater in the dry month, and was greater in Baranangsiang (42%) than in
Cibeureum (37%). This shows that the types of particulate emission sources in
Baranangsiang are different from those in Cibeureum. The influence of
meteorological factors on fluctuations in the PM2.5/PM10 ratio based on multiple
regression analysis was more pronounced in the dry season, and was greater in
Baranangsiang (R2=56.1%) compared to Cibeureum (R2=43.4%). Future research
is expected to be able to examine the fluctuations in the PM2.5/PM10 ratio and the
influence of meteorological elements by using a longer data time span to see its
stability and consistency