Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarnika, Etih
dc.contributor.advisorSumiarto, Bambang
dc.contributor.advisorBasri, Chaerul
dc.contributor.authorPrimatika, Roza Azizah
dc.date.accessioned2022-07-25T08:09:01Z
dc.date.available2022-07-25T08:09:01Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112810
dc.description.abstractAfrican Swine Fever (ASF) merupakan penyakit menular pada babi peliharaan dan babi hutan yang disebabkan oleh virus ASF. Virus ini memiliki DNA beruntai ganda dan tergolong dalam keluarga Asfirvidae dan genus Asfivirus. Tingkat mortalitas penyakit ASF hampir mencapai 100% pada babi peliharaan maupun babi hutan dan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi bagi peternak. Penyakit ini menyebabkan penurunan populasi babi di beberapa daerah. Pencegahan dan pengendalian ASF hingga saat ini belum dapat ditangani dengan baik secara berkelanjutan, sehingga strategi dalam optimalisasi pencegahan dan pengendalian harus dapat dilakukan secara bersama – sama dengan pemangku kebijakan dalam pemberantasan ASF. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis distribusi (sebaran) kasus ASF, menganalisis faktor risiko dan membuat peta risiko berdasarkan faktor lingkungan, menduga estimasi peluang risiko wabah ASF, dan mengukur estimasi rasio reproduksi dasar (R0) berdasarkan wabah kasus ASF pada babi di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai September 2021 di Provinsi Sumatera Utara. Data penelitian ini terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari database sistem kesehatan hewan nasional (iSIKHNAS) Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan in-depth interview kepada petugas kesehatan hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Dinas yang mengurusi kesehatan hewan kabupaten/kota, Balai Karantina Pertanian Belawan, dan Balai Veteriner Medan (BVet Medan). Wabah ASF pertama kali terjadi pada babi peliharaan di dalam peternakan di Indonesia pada tahun 2019 dan menyebar hingga tahun 2020 ke hampir seluruh kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Arah sebaran dan pola kejadian wabah ASF dapat dianalisis menggunakan analisis kartografi. Analisis kartografi dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu standar deviation ellips (SDE) yang digunakan untuk mengetahui arah sebaran kasus ASF di Sumatera Utara pada tahun 2019-2020 dan Indeks Moran’s digunakan untuk melihat pola kejadian kasus ASF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran kasus ASF tahun 2019 mengikuti arah barat laut-tenggara, sedangkan sebaran kasus tahun 2020 mengikuti arah timur-barat. Hasil Indeks Morans kasus ASF tahun 2019 dibagi menjadi 4 kuadran, terdiri dari 34 kasus di kuadran pertama atau tinggi tinggi (HH) dan 203 kasus di kuadran ketiga atau rendah rendah (LL). Terdapat 1 kasus di area hotspot dan 36 kasus di area coldspot. Hasil Indeks Morans kasus ASF tahun 2020 terdiri dari kuadran pertama atau tinggi tinggi (HH) sebanyak 81 kasus dan kuadran ketiga atau rendah rendah (LL) sebanyak 173 kasus. Terdapat 10 kasus di area hotspot dan 55 kasus di area coldspot. Dampak sosial ekonomi akibat penyakit ASF sangat dirasakan oleh peternak akibat adanya pembatasan perdagangan babi maupun produk babi. Peternakan babi sangat terancam keberadaannya akibat kematian babi dalam peternakan. Penularan virus ASF antar babi dalam peternakan dan antar peternakan yang begitu cepat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu parameter penyebab ASF adalah faktor anthropogenic, yaitu faktor lingkungan yang ada di sekitar kasus ASF. Faktor lingkungan pada penelitian ini adalah populasi babi, populasi manusia, jalan, pelabuhan, bandara, stasiun, sungai, dan tempat pembuangan sampah. Metode analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kasus ASF menggunakan software Rstudio dan pembuatan peta risiko menggunakan ArcGIS versi 10.5. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko antropogenic yang berpengaruh terhadap kejadian kasus ASF di Sumatera Utara adalah kepadatan populasi babi, kepadatan jalan, kepadatan pelabuhan, kepadatan stasiun kereta api, kepadatan sungai, dan kepadatan tempat pembuangan sampah akhir (TPS). Persamaan model analisis regresi linier berganda diperolehY_i=529.1+0.0002246〖 D〗_babi+35.04 D_pelabuhan+8.17 D_tps-0.6228 D_jalan-5.658〖 D〗_stasiun-1.769〖 D〗_sungai. Berdasarkan faktor lingkungan yang berpengaruh, maka dapat digambarkan melalui peta risiko yang dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona risiko rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan zona risiko didasarkan pada jarak lokasi kasus ASF dari faktor lingkungan yang berpengaruh. Peta dengan zona risiko tinggi mempunyai jarak < 20 km dari faktor lingkungan yang berpengaruh, peta dengan zona risiko sedang mempunyai jarak 20 – 100 km dari faktor lingkungan yang berpengaruh, dan peta dengan zona risiko rendah mempunyai jarak > 100 km dari faktor lingkungan yang berpengaruh. Tingkat kematian ASF pada babi domestik menyebabkan penurunan populasi babi dan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak. Faktor lingkungan atau ekologi menjadi hal terpenting dalam penyebaran virus ASF di Sumatera Utara. Maximum Entropy (Maxent) dapat memperkirakan kemungkinan atau peluang risiko wabah ASF berikutnya di Sumatera Utara. Metode maxent digunakan untuk mengestimasi peluang risiko wabah ASF di Sumatera Utara dengan cara mencari peluang distribusi yang paling memberikan nilai entropi yang maksimum agar mendapatkan peluang distribusi yang terbaik. Data dianalisis menggunakan software Microsoft excel, ArcGIS versi 10.5 (ESRI, California, USA), Maxent versi 3.4.4, Rstudio. Penelitian ini menunjukkan bahwa model Maxent yang sangat akurat dengan nilai AUC yang signifikan secara statistik yaitu sebesar 0,860. Faktor lingkungan yang paling memberikan kontribusi terhadap model tersebut adalah pelabuhan dengan kontribusi sebesar 57%; stasiun sebesar 32,4%; jalan sebesar 4,2%; tempat pembuangan sampah sebesar 3,6%; sungai sebesar 2,9%; dan populasi babi sebesar 0%. Peluang risiko wabah ASF berikutnya tertinggi memiliki peluang antara 0,723 - 0,84 yang ditandai dengan warna merah. Estimasi peluang risiko tertinggi pada wabah ASF di Provinsi Sumatera Utara dapat digunakan untuk melakukan strategi pencegahan dan pengendalian ASF selanjutnya di lokasi tersebut. Babi merupakan salah satu komoditas penting bagi Indonesia dalam memenuhi protein hewani maupun sebagai komoditas ekspor. Populasi babi yang semakin berkurang sangat dipengaruhi oleh tingkat penyebaran penularan penyakit ASF. Salah satu parameter utama yang perlu diketahui untuk pemodelan dan prediksi penyebaran penyakit menular adalah perhitungan basic reproduction number atau nilai reproduksi dasar (R0). Metode yang digunakan untuk menghitung nilai estimasi reproduksi dasar (R0) adalah menggunakan metode SIR (Susceptible-Infected-Removed). Hasil penelitian ini diperoleh nilai R0 adalah 2.816645 ≈ 3, yang berarti bahwa setiap 1 individu hewan yang terinfeksi (I) dapat menyebabkan 3 individu hewan yang baru terinfeksi. Selanjutnya jika terdapat 3 individu yang terinfeksi, maka terdapat 9 individu lainnya akan terinfeksi (R_0 )^n sebagai tingkat peningkatan kasus. Nilai R0 dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan dan mengevaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian ASF di dalam peternakan babi di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arah sebaran dan pola kejadian kasus ASF dapat dipengaruhi oleh adanya faktor risiko lingkungan yang berpengaruh terhadap kasus ASF. Kontribusi faktor lingkungan yang berpengaruh dapat digunakan untuk melakukan pendugaan peluang risiko kasus ASF yang akan datang, serta estimasi nilai reproduksi dasar dapat digunakan sebagai acuan dalam perhitungan estimasi herd immunity dan cakupan vaksinasi minimal.id
dc.description.sponsorshipBeasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Distribusi Penyakit African Swine Fever Sebagai Optimalisasi Strategi Pengendaliannya pada Babi di Sumatera Utara.id
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAfrican swine fever (ASF)id
dc.subject.keywordASF casesid
dc.subject.keywordrisk factorsid
dc.subject.keywordrisk mapid
dc.subject.keywordrisk probabilityid
dc.subject.keywordbasic reproduction number (R0)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record