Show simple item record

dc.contributor.advisorSarwoprasodjo, Sarwititi
dc.contributor.advisorSaleh, Amiruddin
dc.contributor.advisorBakti, Andi Faisal
dc.contributor.authorAnggraeni, Diana
dc.date.accessioned2022-07-25T04:00:45Z
dc.date.available2022-07-25T04:00:45Z
dc.date.issued2022-07-22
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112792
dc.description.abstractMedia atau radio komunitas merupakan media informasi dan penggerak masyarakat pada akar rumput. Keberadaan media ini diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2002, dan memiliki karakter utama yaitu partisipasi dan kearifan lokal yang membutuhkan kesadaran kritis dari khalayaknya untuk ikut melakukan perubahan sosial di wilayahnya. Namun, dalam praktiknya masih terdapat kendala yang dialami oleh pengelola radio komunitas terutama yang berada di wilayah perkotaan. Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis proses kesadaran khalayak komunitas yang terbangun melalui peristiwa komunikasi, (2) menganalisis kesadaran khalayak komunitas melalui consciousness raising communication, (3) mengeksplorasi proses serta peran pengelolaan radio komunitas dalam mendorong partisipasi khalayaknya, dan (4) Merancang model pembangunan kesadaran kritis yang dapat diterapkan melalui radio komunitas dalam upaya mengembangkan kesadaran khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional berbasis komunitas. Penelitian dilaksanakan di dua radio komunitas di wilayah perkotaan di Depok dan Bandung yakni Radio Komunitas Seni Budaya (RKSB) Maja, 107.8 FM di Kelurahan Pasirjati, Ujungberung, Bandung yang berdiri sejak tahun 2008, dan lokasi penelitian kedua adalah Radio Komunitas Dapur Remaja (RKDR), 107.8 FM di Kelurahan Cinangka, Sawangan, Depok yang berdiri sejak tahun 1984. Waktu penelitian berlangsung pada September 2019 hingga Juni 2021. Penelitian menggunakan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif untuk menganalisis peristiwa komunikasi khalayak yang terjadi di radio komunitas. Peristiwa yang diteliti terkait dengan pembangunan kesadaran khalayak untuk ikut aktif dalam melestarikan seni budaya tradisi Sunda pada lokasi RKSB di tengah maraknya informasi budaya modern, dan upaya menjaga serta melestarikan lingkungan terutama wilayah daerah aliran sungai Pesanggrahan pada lokasi RKDR yang terdampak karena pesatnya pembangunan sebagai daerah penyanggah Ibu Kota. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), observasi. Data sekunder, dikumpulkan dari berbagi sumber kepustakaan dan dokumentasi internal. Sementara itu, data eksternal, terdiri dari peta lokasi penelitian, media sosial, pemberitaan di media cetak dan digital. Analisis data dilakukan dengan melakukan first cycle coding dan second cycle coding yang diolah melalui software Nvivo, sehingga hasil yang didapat lebih mendekati kondisi sebenarnya di lapangan. Luaran penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses kesadaran khalayak komunitas terbangun dari peristiwa komunikasi, meliputi level intrapersonal, terkait sikap individu dalam melihat, memaknai dan merespon realitas yang menimbulkan niat dan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan. Kesadaran interpersonal muncul sebagai hasil dari interaksi dialogis antar individu yang memiliki keyakinan bahwa untuk memperbaiki permasalahan harus dilakukan secara kolektif. Level organisasi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan, menguatkan kesadaran sebagai sebuah identitas dan menyediakan ruang untuk masyarakat berpartisipasi. Ketiga aspek tersebut disatukan melalui pemanfaatan dan penggunaan teknologi sebagai media untuk melakukan pesan-pesan informasi, persuasif dan promosi, serta mengatasi kendala dalam pengelolaan radio komunitas. (2) Interaksi dialogis oleh radio komunitas sebagai agen pembangunan untuk membangun kesadaran dapat dilihat pada pola kegiatan yang dilakukan dan diperkuat dengan unsur dalam counciousness raising (awareness, respect, context, integration, empowerment, praxis dan transformation). Khalayak komunitas memiliki kesadaran aktif untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan dan berperan dalam memaknai informasi. (3) Pengelola radio komunitas, memiliki peran besar dalam mengakomodir kesadaran khalayaknya untuk mencapai tujuan komunitas secara bersama. Kedua lokasi penelitian menunjukkan dilakukannya kegiatan sebagai upaya melakukan aktivitas perbaikan. RKSB cukup konsisten dalam melakukan dan menyampaikan informasi serta mengadakan kegiatan terkait seni budaya. Sementara itu, RKDR, lebih banyak melakukan kegiatan secara off air, sehingga upaya melibatkan khalayak untuk ikut berpartisipasi secara luas, masih memerlukan waktu yang lebih panjang. Ketokohan menjadi sentral dalam menggerakan khalayak komunitas untuk melakukan perubahan dari bawah secara berkelanjutan. (4) Model pembangunan kesadaran dibangun melalui pola-pola peristiwa yang terjadi dalam radio komunitas. Komponen dalam model pembangunan kesadaran menekankan bahwa manusia tidak pasif, melainkan aktif merespon realitas sosial dan memperbaiki kualitas hidupnya. Dengan memahami proses ini, pengelola radio komunitas dapat membuat kegiatan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan komunitasnya. Model ini dapat diterapkan pada wilayah atau negara yang mengusung pembangunan dari bawah (bottom up), sehingga pembangunan lokalitas lebih dapat dikembangkan dan berdasarkan kemampuan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil di atas, peneliti memberikan saran kepada: (1) pengelola untuk mengedepankan kembali peran dan fungsi radio komunitas yang menjunjung tinggi partisipasi dan kearifan lokal dengan membuat program yang lebih beragam dan mempromosikannya, sehingga menarik minat minat masyarakat untuk berpartisipasi, termasuk juga melakukan penguatan kapasitas terhadap pengetahuan dan keterampilan bagi khalayak komunitasnya. (2) mengusulkan kepada Kementerian Informasi dan komunikasi untuk mempertimbangkan kembali regulasi penyiaran komunitas terkait pembiayaan yang berpihak kepada media komunitas agar hambatan sistem dan struktur dalam pengelolaan radio komunitas dapat diatasi, dan pengelola radio komunitas lebih fokus pada aktivitasnya sebagai agen perubahan untuk melakukan pembangunan di wilayahnya. (3) perlu adanya pengukuran mengenai efektivitas program yang dilakukan dari awal hingga akhir, sehingga dapat diketahui manfaat dan keberhasilan dari kegiatan tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPBPressid
dc.titleRadio Komunitas sebagai Agen Pembangunan Kesadaran Kritis bagi Masyarakat di Sawangan dan Ujungberungid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordactive partic ipation community radioid
dc.subject.keyword, , critical awarenessid
dc.subject.keywordcommunication eventsid
dc.subject.keyworddialogical interactionid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record