dc.description.abstract | Debit aliran sungai merupakan salah satu informasi penting dalam berbagai
perencanaan terutama terkait dengan tata guna lahan dan tata ruang wilayah.
Adanya perubahan tata guna lahan berpengaruh terhadap kondisi hidrologi suatu
daerah aliran sungai (DAS) seperti meningkatnya debit aliran. Debit aliran sungai
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya curah hujan, luas dan bentuk DAS,
tanah dan topografi, serta penggunaan lahan. Data debit aliran sungai di Indonesia
terutama pada bagian hulu sungai belum banyak diperoleh. Sampai tahap tertentu
kelangkaan informasi ini dapat didekati dengan model hidrologi, seperti model
SWAT. Model SWAT (Soil and Water Assessment Tool) digunakan untuk menduga
pengaruh penggunaan lahan, jenis tanah, dan topografi terhadap respon hidrologi
suatu DAS berdasarkan kondisi biofisiknya. Hasil penelitian menunjukkan debit
aliran sungai rataan bulanan berdasarkan model tertinggi adalah 65.97 m3
/detik
yang terjadi pada bulan Februari, dan terendah adalah 3.47 m3
/detik yang terjadi
pada bulan Agustus. Debit aliran sungai hasil prediksi model SWAT memiliki nilai
yang bervariasi, dengan debit hasil prediksi model umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan debit aliran sungai hasil pengukuran. Debit aliran sungai hasil
prediksi model SWAT berbanding lurus dengan curah hujan. Walaupun demikian,
terdapat hubungan yang sangat erat antara debit hasil prediksi model SWAT dan
debit pengukuran lapang. Nilai koefisien determinasi (R2
) yang diperoleh adalah
0.89 dan termasuk ke dalam kategori memuaskan, sehingga model SWAT dapat
digunakan untuk memprediksi debit aliran sungai di Sub DAS Cisadane Hulu. | id |